Mohon tunggu...
Wurry Agus Parluten
Wurry Agus Parluten Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Ayah dan Suami.

Pernah menjadi Penulis Skenario, Pembuat Film Indie, Penulis (jadi-jadian), Pembaca, (semacam) Petani, (semacam) Satpam. Sekarang gemar dengan #tagar atau #hashtag guna mengisi sisa hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Roman Sastra Picisan

2 Desember 2022   01:41 Diperbarui: 2 Desember 2022   01:47 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kesehatan Kasih terus memburuk, dan benar, Kasih meninggal dunia beberapa bulan kemudian. Tulus dan Cinta, anak-anak mengantar Kasih ke peristirahatan terakhir.

Uniknya, Cinta dan Tulus memang benar-benar niat untuk bercerai habis itu. Tapi anak-anak melarang. Di sinilah Tulus dan Cinta berusaha untuk bertahan seperti yang diinginkan almarhumah Kasih. Dengan catatan, mereka akan sama-sama belajar sesuai yang diinginkan anak-anak. Ya, pernikahan sederhana tanpa ada motif apa-apa selain menyelamatkan masa depan anak-anak.

Mereka menemukan kembali puzzle yang hilang berupa, "ketulusan cinta".
=====
CATATAN: Hasil "Free Think Club", yang membuat saya jadi kenal bahwa "roman picisan" itu adalah penilaian kolonial Belanda terhadap sastra nggak bermutu dari Medan. Cocok pakai tagar #CyberpunkIndonesia.
-----

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun