Di sebuah desa kecil yang dikelilingi hutan lebat dan misteri, hiduplah seorang pemuda bernama Badi. Badi dikenal sebagai sosok yang baik hati dan selalu siap membantu siapa pun yang membutuhkan. Namun, di balik kebaikannya, ada satu rahasia kelam yang tersimpan rapat.
Suatu malam, Badi menerima kabar duka tentang kematian sahabatnya, Rudi. Meskipun merasa sedih, dia bertekad untuk menghadiri pemakaman Rudi. Di dalam hatinya, dia berdoa agar bisa memberikan penghormatan terakhir dengan tenang. Namun, saat dia berdiri di samping jenazah Rudi, sebuah perasaan aneh menyelimuti dirinya. Dia merasa seolah ada sesuatu yang mengawasi dari balik bayangan.
Setelah pemakaman, Badi mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Dia menjadi lebih pendiam dan sering kehilangan fokus. Teman-temannya mulai khawatir ketika melihat wajahnya yang semakin pucat dan matanya yang tampak kosong. Badi tidak menyadari bahwa dia telah terkena "badi mayat," sebuah penyakit mistik yang menyerang seseorang setelah melihat mayat.
Hari-hari berlalu, dan keadaan Badi semakin memburuk. Dia mulai melihat sosok-sosok aneh di sekelilingnya---bayangan gelap yang melintas cepat dan suara bisikan yang tidak bisa dia pahami. Suatu malam, saat dia terbangun dari tidurnya, dia melihat sosok Rudi berdiri di ujung tempat tidurnya.
"Badi... bantu aku," suara Rudi terdengar samar.
Badi terkejut dan berusaha mengabaikan apa yang dilihatnya. Namun, setiap malam sosok itu kembali menghantuinya dengan permohonan yang sama. Dalam ketakutannya, Badi mencari bantuan dari seorang dukun di desa. Dukun itu menjelaskan bahwa untuk menghilangkan badi mayat yang mengganggu dirinya, Badi harus melakukan ritual tertentu.
"Badi, kau harus pergi ke tempat di mana Rudi meninggal dan meminta maaf kepada arwahnya," kata dukun tersebut.
Meskipun merasa ragu, Badi tahu bahwa dia tidak punya pilihan lain. Keesokan harinya, dia pergi ke lokasi kecelakaan di mana Rudi meninggal dunia. Dengan penuh rasa bersalah, Badi berlutut dan meminta maaf kepada arwah sahabatnya.
"Rudi, aku minta maaf karena tidak bisa menyelamatkanmu. Tolong tenangkan dirimu," ucap Badi sambil meneteskan air mata.
Tiba-tiba, angin kencang berhembus dan suasana menjadi mencekam. Dari kejauhan, Badi melihat sosok Rudi mendekatinya dengan wajah penuh harapan.Â
"Terima kasih, Badi," bisiknya sebelum menghilang ke dalam kabut malam.
Setelah ritual itu, perlahan-lahan Badi merasa beban berat di hatinya mulai menghilang. Dia tidak lagi melihat sosok-sosok aneh atau mendengar bisikan misterius. Namun, meskipun rasa takutnya sirna, dia akan selalu mengenang pengalaman mengerikan itu sebagai pengingat akan pentingnya menghargai hidup dan sahabat.
Badi kembali ke desa dengan semangat baru dan bertekad untuk tidak pernah melupakan sahabatnya yang telah pergi. Dia belajar bahwa kehidupan adalah anugerah yang harus dihargai setiap detik dan bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya---itu adalah bagian dari siklus kehidupan yang harus diterima dengan lapang dada.
Setelah pengalaman mengerikan itu, Badi berusaha untuk melanjutkan hidupnya. Namun, meskipun dia merasa beban di hatinya telah hilang, ada sesuatu yang tidak bisa dia lupakan. Setiap kali malam tiba, dia masih merasakan kehadiran Rudi, seolah sahabatnya tidak sepenuhnya pergi.
Badi kembali bekerja di ladang dan berinteraksi dengan teman-temannya, tetapi dia merasa ada jarak yang tak terjembatani antara dirinya dan orang-orang di sekitarnya. Dia tidak bisa berbagi pengalaman horornya dengan siapa pun; mereka akan menganggapnya gila. Namun, dia tahu bahwa dia harus menemukan cara untuk mengatasi rasa kehilangan dan ketakutan yang masih menghantuinya.
Suatu malam, saat Badi duduk sendirian di beranda rumahnya, dia mendengar suara bisikan lembut yang memanggil namanya. "Badi... bantu aku," suara itu kembali terdengar, lebih jelas dari sebelumnya. Kali ini, bukan hanya suara Rudi; ada suara lain yang menyertainya---suara wanita yang penuh kesedihan.
Merasa terpaksa untuk mencari tahu apa yang terjadi, Badi memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang kematian Rudi. Dia pergi ke rumah orang tua Rudi dan berbincang dengan mereka. Mereka menceritakan bahwa Rudi tidak hanya meninggal dalam kecelakaan, tetapi juga memiliki banyak beban emosional yang tidak pernah dia bagikan kepada siapa pun.
"Dia selalu merasa sendirian," kata ibunya dengan air mata di matanya. "Dia berjuang melawan rasa putus asa dan kesedihan."Mendengar hal itu, hati Badi terasa berat. Dia menyadari bahwa sahabatnya mungkin tidak hanya meminta maaf, tetapi juga ingin agar Badi memahami kesedihannya dan membantu menyelesaikan urusan yang belum tuntas.
Malam berikutnya, Badi kembali ke lokasi kecelakaan dengan harapan bisa berbicara dengan arwah Rudi lagi. Dia membawa lilin dan bunga sebagai tanda penghormatan. Dengan hati berdebar, dia mulai memanggil nama Rudi."Rudi! Jika kau mendengarku, aku di sini untukmu!" teriak Badi sambil menyalakan lilin.
Seketika, suasana menjadi dingin dan kabut tebal mulai menyelimuti area tersebut. Dari dalam kabut, sosok Rudi perlahan muncul, kali ini tampak lebih jelas dan lebih nyata daripada sebelumnya.
"Badi," suara Rudi terdengar penuh emosi. "Aku tidak bisa pergi karena ada sesuatu yang belum selesai."
"Apakah itu?" tanya Badi dengan penuh rasa ingin tahu.
"Aku memiliki sebuah rahasia yang harus kau ketahui," jawab Rudi. "Ada sesuatu yang terjadi sebelum aku meninggal. Aku menemukan sesuatu yang sangat penting---sebuah dokumen yang bisa menyelamatkan keluargaku dari kebangkrutan.
"Badi terkejut mendengar hal itu. "Di mana dokumen itu? Aku akan mencarikannya untukmu!""Dokumen itu tersembunyi di tempat kita biasa bermain saat kecil," kata Rudi sebelum sosoknya mulai memudar kembali ke dalam kabut.
Dengan tekad baru, Badi pergi ke tempat bermain mereka di pinggir hutan. Dia menggali di bawah pohon besar tempat mereka sering bermain saat kecil. Setelah beberapa saat mencari, tangannya menyentuh sesuatu yang keras---sebuah kotak kayu kecil.
Dengan gemetar, Badi membuka kotak itu dan menemukan dokumen-dokumen penting serta surat-surat yang menjelaskan tentang utang keluarga Rudi. Dia segera membawa semua dokumen itu pulang dan menemui orang tua Rudi.
Setelah menunjukkan dokumen tersebut kepada orang tua Rudi, mereka sangat terkejut dan berterima kasih kepada Badi atas usaha dan keberaniannya. Dengan dokumen itu, mereka dapat menyelesaikan utang-utang keluarga dan mencegah kebangkrutan."Sahabatku," kata Badi sambil meneteskan air mata saat berbicara dengan orang tua Rudi.Â
"Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan."
Malam harinya, saat Badi tidur dengan tenang setelah membantu keluarga sahabatnya, dia merasakan kehadiran Rudi sekali lagi---tetapi kali ini terasa lebih damai."Badi," suara Rudi terdengar lembut dalam mimpinya.Â
Terima kasih telah membantuku menuntaskan urusanku. Kini aku bisa pergi dengan tenang."Badi terbangun dengan perasaan lega dan bahagia. Dia tahu bahwa meskipun Rudi telah pergi secara fisik, persahabatan mereka akan selalu hidup dalam kenangan dan tindakan baik yang telah dilakukan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI