Setelah kelas 'pecah' penulis mengajak lagi murid untuk kembali tenang. Kegiatan ini adalah salah satu teknik untuk mengajarkan kepada para murid tentang bagaimana mereka dapat mengendalikan irama batin dan fisik mereka, jika mereka dapat mengikuti dengan baik, maka itu tanda-tanda kalau murid kita adalah murid yang sehat, cerdas dan berkarakter.
Penulis membuat 4 sesi dalam waktu 90 menit kurang untuk menguatkan motivasi para murid khususnya terkait memunculkan semangat lebih kepada mereka agar mereka mencintai apa yang mereka hadapi, dan mau berkorban lebih untuk berjuang mencapai target yang mereka buat sendiri.
Sesi pertama, penulis mengajak para murid untuk memahami tentang diri sendiri. Penulis mengajak para murid kelas 6 ini untuk menyelami sebuah pertanyaan, "Siapa orang yang paling dekat dengan diri kalian, siapa yang paling dulu merasakan rasa sedih, rasa senang, dan rasa lainnya?".Â
Para murid tampak terdiam untuk mencari jawaban, mereka mulai memasuki meta kognitif mereka untuk menemukan jawaban yang mungkin tidak pernah ditanyakan dalam kelas reguler yang rutin diadakan di sekolah.
Penulis membimbing para murid untuk menemukan jawabannya, "Siapa yang kalian lihat di saat kalian bercermin? Yes, itu adalah diri kita sendiri".Â
Murid akhirnya memahami bahwa diri sendirilah yang terdekat dengan kehidupan kita saat ini, lalu penulis mengajak mereka untuk menghargai keunikan diri mereka sendiri dengan membagikan teknik bagaimana memberi hormat, memberi kekuatan, memberi dukungan kepada diri sendiri di sesi kedua.
Saat sesi berikutnya yaitu sesi ketiga, penulis mengajak para murid untuk belajar dari salah seorang pemain sepak bola yang terkenal yang masa kecil penuh dengan tantangan baik berupa perundungan dan juga sakit fisik yang menahun.Â
Para murid diajak untuk mendalami hal terkait adanya orang yang dekat dengan kita yang juga memberikan dukungan moril dan materil, "Siapakah mereka yang memberikan kekuatan kepada kita sejak kita dari kandungan hingga kita dilahirkan serta merawat kita dan memberikan fasilitas kepada kita agar kita tumbuh menjadi anak yang berkarakter dan cerdas?"
Penulis memberikan renungan kepada para murid terkait orang tua mereka yang telah melahirkan, merawat, memberikan fasilitas dan dukungan hingga mereka hadir hari ini.Â
Lampu di ruangan dimatikan, ruangan dibuat gelap, dan penulis mulai menyampaikan bait per bait renungan terhadap jasa orang tua dan juga kejadian-kejadian yang telah dilakukan oleh para murid khususnya di saat mereka pernah membantah, bicara kasar, membentak orang tua mereka.Â
Penulis menghadirkan orang tua mereka dalam bentuk renungan, agar para murid dengan pikiran mereka dapat merasakan kehadiran mereka dan penulis selipkan kata-kata untuk meminta maaf serta harapan agar ke depan lebih baik lagi.