Mohon tunggu...
Sosbud Artikel Utama

Belajar Keseimbangan Hidup Lewat Permainan Enggrang

4 September 2018   11:39 Diperbarui: 5 September 2018   01:43 2659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berlomba di atas egrang (foto: Kemendikbud)

Ayah dan anak itu terlihat mendatangi festival dolanan anak (mainan anak), yang diadakan mulai sore hari, di pinggir perempatan besar yang terkenal di sebuah kota yang juga jadi tujuan wisata warga seantero provinsi. Berbagai macam permainan tradisional disuguhkan di festival tersebut, mulai dari enggrang sampai bekel.

"Yah, aku mau main itu," kata si bocah sambil menunjuk kumpulan anak lain yang memainkan dua bilah bambu dengan cara menaikinya. Mereka tampak riang, berusaha keras berjalan dengan benda tersebut.

"Kamu bisa mainnya?" kata ayahnya.

"Nggak bisa. Tapi aku mau coba," si bocah mulai merajuk manja.

Si ayah akhirnya menyerah, memilih menuruti permintaan anaknya. Berdua mereka mendatangi pinggiran perempatan di mana bilah-bilah bambu digeletakkan oleh pengelola festival. Pengunjung festival bebas menggunakan bilah bambu manapun yang mereka pilih.

Maka si ayah mengambil dua bilah bambu, membawanya ke area festival yang disediakan panitia sebagai lokasi bermain enggrang. Dua bilah bambu didirikan, dan si anak mencoba menaiki jalu (pijakan kaki) di bagian bawah. Sang ayah membantunya dengan cara memegang bagian depan bambu. "Ini mainnya gimana?" kata si anak.

"Sekarang coba kamu jalan pelan-pelan," si ayah menimpali. Satu, dua, tiga, pelan-pelan si anak mencoba berjalan menggunakan dua bilah bambu yang dia naiki. Sulit memang, apalagi bila tidak terbiasa.

Berlomba di atas egrang (foto: Kemendikbud)
Berlomba di atas egrang (foto: Kemendikbud)
Orang mengenal dua bilah bambu, dengan jalu menempel di badan masing-masing bambu, sebagai Egrang.

Nama ini mewakili satu jenis permainan tradisional di Indonesia yang lumayan dikenal, meski kurang begitu populer bila dibandingkan dengan layang-layang. Tapi setidaknya kita masih sering melihatnya ketika ada acara yang bertajuk "mainan anak" atau "permainan tradisional Indonesia".

Walau sudah dikenal di Indonesia sejak lama, tidak ada yang tahu kapan persisnya Egrang ditemukan.

Kakek-nenek kita mungkin akan dengan mantap menyebut asal Egrang: pulau Jawa. Tapi toh permainan ini juga dikenal di Sumatera dengan nama Tengkak-tengkak. Di Jawa Tengah namanya Jangkungan, sementara orang Bengkulu menyebutnya Ingkau.

Buku Baoesastra Jawa karangan Poerwadarminta sempat menyebut Egrang-egrangan sebagai mainan. Buku itu terbit tahun 1939, artinya sebelum kemerdekaan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun