Mohon tunggu...
Arya Pandu Mahardhika
Arya Pandu Mahardhika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S-1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Saya tertarik dengan K3 dan ingin membangun karier di bidang ini. Saya mempunyai minat yang tinggi dalam mempelajari dan mengembangkan praktik K3 untuk mencegah kecelakaan kerja dan melindungi keselamatan serta menjaga kesehatan pekerja. Saya sedang mencari kesempatan untuk belajar dan berkembang dalam lingkungan kerja yang mendukung pengembangan keterampilan dan karier. Saya siap berkontribusi dan mempelajari lebih banyak tentang K3, serta memperluas jaringan profesional saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Gadgets dan Ancaman CVS (Computer Vision Syndrome)

11 Desember 2023   15:34 Diperbarui: 11 Desember 2023   15:59 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
P2PTM Kemenkes RI (2020) Apa itu Computer Vision Syndrome (CVS)? Available at: https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/stress/page/10/apa-itu-com

Penulis: Arya Pandu Mahardhika dan Ranti Fitri Agustina

Di era digital yang semakin canggih, gadget menjadi kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat modern. Gadget, yang mencakup perangkat canggih, seperti smartphone, tablet, laptop, komputer, dan smartwatch dirancang untuk mempermudah berbagai aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Tren peningkatan pengguna gadget di seluruh dunia semakin meluas termasuk di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari data statistik telekomunikasi BPS (Badan Pusat Statistik) yang menunjukkan bahwa 66,48% penduduk Indonesia telah mengakses internet di tahun 2022 (meningkat dari angka 62,10% pada tahun 2021). Fakta tersebut disebabkan oleh peningkatan pengguna telepon seluler. Tercatat pada tahun 2022, 67,88% penduduk Indonesia sudah mempunyai telepon seluler (meningkat dari angka 65,87% pada tahun 2021).

Tingginya penggunaan gadget saat ini berkontribusi pada risiko terjadinya CVS (Computer Vision Syndrome). Sebanyak 90% pengguna komputer yang menghabiskan lebih dari 3 jam sehari di depan layar komputer menderita CVS. Selain itu, diperkirakan hampir 60 juta orang di seluruh dunia mengalami CVS dan terdapat 1 juta kasus yang terjadi setiap tahunnya. CVS merupakan sekumpulan gejala pada mata dan leher yang muncul akibat penggunaan komputer atau layar monitor secara berlebihan (jangka waktu yang lama). Gejala ini umumnya mencakup ketegangan mata, penglihatan menjadi buram, mata kering, sakit leher dan bahu, serta sakit kepala.

Faktor individu, lingkungan, dan komputer merupakan faktor risiko terjadinya CVS. Faktor individu mencakup jenis kelamin, usia, waktu bekerja dengan komputer, penggunaan kacamata, waktu istirahat, dan refleks berkedip. Faktor lingkungan mencakup pencahayaan, kelembaban, dan suhu udara ruangan. Sedangkan, faktor komputer mencakup sudut penglihatan, jarak pandang mata terhadap komputer, dan penggunaan anti-glare cover. Selain itu, terdapat faktor perilaku yang meningkatkan risiko terjadinya CVS. Perilaku tersebut adalah ketika seseorang tidak menerapkan prinsip ergonomi dengan baik ketika menggunakan gadget, sehingga dapat menyebabkan kelelahan pada mata, badan pegal-pegal, dan sering mengalami kesemutan. Postur tubuh juga perlu diperhatikan ketika menggunakan gadget untuk mengurangi risiko terjadinya CVS dan penyakit lain yang berhubungan dengan postur. Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat untuk lebih memahami dan mengelola risiko CVS, salah satunya melalui penerapan praktik-praktik pencegahan CVS.

Penelitian menemukan bahwa perkembangan teknologi yang meningkatkan penggunaan gadget ini berisiko menimbulkan masalah kesehatan, salah satunya adalah CVS yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Seluruh kategori usia yang setiap harinya menggunakan gadget dan layar digital lainnya selama lebih dari 2 jam memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami CVS. Selain itu, hasil penelitian pada mahasiswa yang dalam pembelajarannya dituntut untuk menggunakan layar digital dalam durasi yang cukup lama menunjukkan bahwa prevalensi CVS lebih tinggi daripada non-CVS.

Terdapat beberapa strategi pencegahan untuk mengurangi gejala CVS. Secara umum, pencegahan CVS dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut:

  • Penempatan layar komputer yang optimalnya berada 15---20 di bawah ketinggian mata.

  • Pencahayaan di ruangan harus seimbang dengan kecerahan pada layar untuk menghindari silau.

  • Memastikan suhu udara di ruangan nyaman agar frekuensi berkedip tetap normal untuk menjaga permukaan mata tetap lembab.

  • Pemakaian anti-glare screen untuk mengurangi jumlah cahaya yang dipantulkan dari layar.

  • Peningkatan stasiun kerja dengan penggunaan kursi dan meja yang sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan kenyamanan.

  • Posisi duduk yang ergonomis untuk mengurangi stres otot dan mata ketika bekerja dalam waktu yang lama.

  • Mengatur waktu penggunaan gadget dengan bijak untuk mengurangi paparan terus-menerus.

  • Mengistirahatkan mata dengan menerapkan metode 20-20-20, yaitu setiap 20 menit menatap layar digital, lihat objek yang jauhnya sekitar 20 kaki selama 20 detik.

Dalam era yang didominasi oleh teknologi ini, penggunaan gadget meningkat dalam gaya hidup digital di seluruh kelompok generasi. Tren ini menunjukkan adanya peningkatan prevalensi CVS yang ditandai dengan gejala mata nyeri, kemerahan, kering, penglihatan kabur, serta sakit pada leher dan bahu. Munculnya CVS tidak hanya dipengaruhi oleh faktor individu, lingkungan, dan komputer seperti yang telah disebutkan di atas, tetapi juga dipengaruhi oleh kurangnya kesadaran mengenai praktik kesehatan mata yang baik dalam pemakaian layar digital. Pendidikan melalui pemberian edukasi mengenai bahaya dan risiko CVS akibat penggunaan gadget dan layar digital lainnya perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya masalah ini. Selain edukasi, adanya solusi teknologi seperti penyesuaian kecerahan otomatis dan filter cahaya biru pada gadget dapat meminimalisasi dampak buruk pada mata. Penerapan tindakan pencegahan yang dikombinasikan dengan solusi teknologi yang tersedia dapat menjadi solusi untuk menghadapi ancaman CVS di era modern ini. Dengan begitu, tercipta keseimbangan dalam perkembangan teknologi yang mendukung perlindungan pada kesehatan mata sehingga kesejahteraan dan produktivitas individu tetap optimal.

Referensi

Amalia, H. (2018) 'Computer vision syndrome', Jurnal Biomedika dan Kesehatan, 1(2), pp. 117--118. doi:10.18051/jbiomedkes.2018.v1.117-118.

AOA (no date) Computer vision syndrome (Digital Eye Strain), American Optometric Association. Available at: https://www.aoa.org/healthy-eyes/eye-and-vision-conditions/computer-vision-syndrome?sso=y. (Accessed: 10 December 2023).

Badan Pusat Statistik (2023) Statistik Telekomunikasi Indonesia 2022. Available at: https://www.bps.go.id/id/publication/2023/08/31/131385d0253c6aae7c7a59fa/statistik-telekomunikasi-indonesia-2022.html.

Erdinest, N. and Berkow, D. (2021) '[COMPUTER VISION SYNDROME].', Harefuah, 160(6), pp. 386--392. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/34160157.

Fadhilah, A. and Herbawani, C.K. (2022) 'Hubungan Durasi dan Perilaku dalam Penggunaan Laptop dengan Kejadian Computer Vision Syndrome: Systematic Review', Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 21(4), pp. 279--285. Available at: https://doi.org/10.14710/mkmi.21.4.279-285.

Lengga, V.M. et al. (2023) 'Gambaran Prevalensi Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa dengan Pembelajaran Jarak Jauh', Jurnal Keperawatan, 15(1), pp. 1--6. doi:https://doi.org/10.32583/keperawatan.v15i1.622.

Loh, K., and Redd, S. (2008). Understanding and preventing computer vision syndrome. Malaysian family physician: the official journal of the Academy of Family Physicians of Malaysia, 3(3), 128--130.

Pavel, I.A. et al. (2023) 'Computer vision syndrome: An ophthalmic pathology of the modern era', Medicina, 59(2), p. 412. doi:10.3390/medicina59020412.

P2PTM Kemenkes RI (2020) Apa itu Computer Vision Syndrome (CVS)? Available at: https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/stress/page/10/apa-itu-computer-vision-syndrome-cvs.

Sari, F.T.A. and Himayani, R. (2018) Faktor risiko terjadinya computer vision syndrome. Jurnal Majority, 7(2), pp.278-282.

Ruslan, R., Amir, S.P., Kusumardhani, S.I. and Akib, M.N. (2023) Hubungan antara Intensitas Penggunaan Gadget dengan Kejadian Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Selama Masa Pandemi. Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran, 3(1), pp.45-53.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun