Penulis: Arya Pandu Mahardhika dan Ranti Fitri Agustina
Di era digital yang semakin canggih, gadget menjadi kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat modern. Gadget, yang mencakup perangkat canggih, seperti smartphone, tablet, laptop, komputer, dan smartwatch dirancang untuk mempermudah berbagai aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Tren peningkatan pengguna gadget di seluruh dunia semakin meluas termasuk di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari data statistik telekomunikasi BPS (Badan Pusat Statistik) yang menunjukkan bahwa 66,48% penduduk Indonesia telah mengakses internet di tahun 2022 (meningkat dari angka 62,10% pada tahun 2021). Fakta tersebut disebabkan oleh peningkatan pengguna telepon seluler. Tercatat pada tahun 2022, 67,88% penduduk Indonesia sudah mempunyai telepon seluler (meningkat dari angka 65,87% pada tahun 2021).
Tingginya penggunaan gadget saat ini berkontribusi pada risiko terjadinya CVS (Computer Vision Syndrome). Sebanyak 90% pengguna komputer yang menghabiskan lebih dari 3 jam sehari di depan layar komputer menderita CVS. Selain itu, diperkirakan hampir 60 juta orang di seluruh dunia mengalami CVS dan terdapat 1 juta kasus yang terjadi setiap tahunnya. CVS merupakan sekumpulan gejala pada mata dan leher yang muncul akibat penggunaan komputer atau layar monitor secara berlebihan (jangka waktu yang lama). Gejala ini umumnya mencakup ketegangan mata, penglihatan menjadi buram, mata kering, sakit leher dan bahu, serta sakit kepala.
Faktor individu, lingkungan, dan komputer merupakan faktor risiko terjadinya CVS. Faktor individu mencakup jenis kelamin, usia, waktu bekerja dengan komputer, penggunaan kacamata, waktu istirahat, dan refleks berkedip. Faktor lingkungan mencakup pencahayaan, kelembaban, dan suhu udara ruangan. Sedangkan, faktor komputer mencakup sudut penglihatan, jarak pandang mata terhadap komputer, dan penggunaan anti-glare cover. Selain itu, terdapat faktor perilaku yang meningkatkan risiko terjadinya CVS. Perilaku tersebut adalah ketika seseorang tidak menerapkan prinsip ergonomi dengan baik ketika menggunakan gadget, sehingga dapat menyebabkan kelelahan pada mata, badan pegal-pegal, dan sering mengalami kesemutan. Postur tubuh juga perlu diperhatikan ketika menggunakan gadget untuk mengurangi risiko terjadinya CVS dan penyakit lain yang berhubungan dengan postur. Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat untuk lebih memahami dan mengelola risiko CVS, salah satunya melalui penerapan praktik-praktik pencegahan CVS.
Penelitian menemukan bahwa perkembangan teknologi yang meningkatkan penggunaan gadget ini berisiko menimbulkan masalah kesehatan, salah satunya adalah CVS yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Seluruh kategori usia yang setiap harinya menggunakan gadget dan layar digital lainnya selama lebih dari 2 jam memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami CVS. Selain itu, hasil penelitian pada mahasiswa yang dalam pembelajarannya dituntut untuk menggunakan layar digital dalam durasi yang cukup lama menunjukkan bahwa prevalensi CVS lebih tinggi daripada non-CVS.
Terdapat beberapa strategi pencegahan untuk mengurangi gejala CVS. Secara umum, pencegahan CVS dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut:
Penempatan layar komputer yang optimalnya berada 15---20 di bawah ketinggian mata.
Pencahayaan di ruangan harus seimbang dengan kecerahan pada layar untuk menghindari silau.
Memastikan suhu udara di ruangan nyaman agar frekuensi berkedip tetap normal untuk menjaga permukaan mata tetap lembab.
Pemakaian anti-glare screen untuk mengurangi jumlah cahaya yang dipantulkan dari layar.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!