Mohon tunggu...
Arya Nugroho Raharjo
Arya Nugroho Raharjo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya

Halo semua, perkenalkan nama saya Arya Nugroho Raharjo. Saya adalah mahasiswa Psikologi yang sedang berkuliah di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memandang Wajah Orang Tampan: Otak Bahagia?

15 Desember 2023   18:59 Diperbarui: 15 Desember 2023   19:11 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wajah yang menarik dapat memicu pelepasan dopamin dan oksitosin. Dopamin adalah neurotransmitter yang dihasilkan bagian otak bernama hipotalamus, yang dapat menimbulkan perasaan senang, sedangkan oksitosin merupakan neurotransmitter yang terkait dengan rasa cinta dan kasih sayang. Peningkatan produksi kedua hormon ini dapat memberikan efek positif pada tubuh. Selain itu, hormon-hormon ini mengaktifkan sistem reward yang sama dengan yang terlibat dalam makan dan seks.

Namun terdapat juga efek negatif dari memandang wajah orang tampan, seperti:

1. Muncul bias persepsi

Wajah yang dianggap menarik dapat menyebabkan kita memberikan penilaian yang lebih positif terhadap orang tersebut, bahkan jika penilaian tersebut tidak akurat. Hal ini dapat menyebabkan mispersepsi terhadap orang tampan tersebut.

2. Iri dan rendah diri

Perasaan seperti ini bisa muncul karena orang yang tampan cenderung dianggap lebih sempurna daripada kita. Ketika kita memandang wajah orang tampan, kita secara tidak sadar akan membandingkan diri kita dengan orang tersebut. Hal ini dapat membuat kita merasa iri dan rendah diri.

3. Rasa cemas dan stres

Ketika kita memandang wajah orang tampan, kita secara tidak sadar akan merasa terancam. Hal ini karena orang yang tampan cenderung dianggap lebih menarik dan mendapat perhatian orang lain. Oleh karena itu dapat menimbulkan rasa cemas dan stres.

Setelah semua penjelasan diatas, ternyata melihat wajah orang tampan memiliki efek positif dan negatif. Semua bergantung bagaimana kita mempersepsikan orang lain. Oleh karena itu, kita harus selalu mencintai diri kita sendiri, meski dengan semua kekurangan yang dimiliki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun