Mohon tunggu...
Aryan Shaka
Aryan Shaka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Padjadjaran

Saat ini saya sedang menempuh pendidikan S1 di Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Hobi saya bermain Futsal, Salam Kenal!!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manajemen dan Permasalahan terkait Sapi Potong di Indonesia

24 September 2023   21:31 Diperbarui: 24 September 2023   21:36 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisnis di dunia ternak memang sangat menggiurkan, tetapi harus dibarengi dengan ilmu yang mumpuni. Banyak segelintir masyarakat di Indonesia yang ingin memulai bisnis ini tanpa didasari dengan ilmu yang memadai. Alhasil bukannya untung yang mereka dapatkan melainkan rugi. Adapun Siklus Peternakan Sapi Potong di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Saya ingin beternak

2. Saya membeli ternak

3. Saya mencoba membeli ternak

4. Saya untung

5. Saya membeli lagi ternak dan akhirnya 5 tahun saya sudah memiliki 10 ekor

6. Saya kewalahan (rumput susah, waktu ngarit, terbatas, cape dll)

7. Dijual

8. Saya berhenti beternak

Lalu bagaimana penyelesaiannya?

1. Keilmuan peternakan

Bukan hanya kemauan dalam diri kita untuk memulai bisnis sapi potong ini, tapi ilmu yang mapan juga harus kita miliki. Agar peternakan yang kita miliki mendapatkan keuntungan bukan kerugian.

2. Teknologi 

Selain itu dalam memulai bisnis sapi potong ini, kita harus memiliki teknologi yang canggih. Seperti contoh dalam proses breeding, teknologi yang digunakan adalah pengembangan embrio transfer untuk menghasilkan bibit-bibit embrio unggul dengan efisiensi pakan dan peningkatan pertumbuhan sapi. Di zaman ini, proses pengembangbiakan sapi tidak hanya dilakukan dengan cara kawin alami, tetapi juga melalui proses transfer embrio ke sapi pendonor yang akan digunakan rahimnya. Dalam proses ini, pedet-pedet bisa diciptakan dengan postur tubuh dan jenis kelamin yang seragam, para peternak tidak perlu lagi menduga-duga jenis kelamin pedet yang akan lahir. Waktu kelahiran pun dapat diatur sesuai dengan permintaan peternak.

Dikutip dari: https://www.sapibagus.com/teknologi-dalam-peternakan-sapi/

3. Inovasi

Inovasi juga kita perlukan dalam mengarungi bisnis di dunia peternakan ini, agar peternakana yang kita memiliki tidak terbelakang alias maju. "Untuk peternakan masalah inovasi ini sangat terbuka luas, mulai dari yang paling hulu yaitu bagaimana kita mengembangkan bibit benih dan bibit yang berkualitas serta paling efisien itu merupakan peluang untuk kita kembangkan," ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Ir. Syukur Iwantoro, MS., MBA., ketika menjadi pembicara kunci dalam Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan 4 yang digelar di Gedung 5 lantai 3 Fakultas Peternakan Unpad, Jatinangor, Rabu (07/11).

4. Digitalisasi

Digitalisasi dan transformasi digital sekarang ini memang merupakan keniscayaan. Nyaris semua sektor kehidupan kini mengalaminya. Tidak terkecuali sektor peternakan. Mengikuti perkembangan dan tuntutan zaman, digitalisasi peternakan saat ini mulai dijalankan. Dengan adanya digitalisasi dalam hal pendataan populasi ternak ini, maka proses pendataan dipastikan lebih akurat, terperbaharui, dan dilakukan dengan cepat. Dengan data yang terperbaharui dan akurat, jika ada permasalaham, maka akar permasalahan dan solusinya dapat diketahui secara tepat dan cepat.   

Dikutip dari: https://www.digitalbisa.id/artikel/jadi-peternak-digital-milenial-vMuiQ

Permasalahan tentang sapi potong yang kerap terjadi di Indonesia mencakup:

1. Bakalan

Bakalan sulit dicari dikarenakan suhu tinggi yang terjadi pada musim kemarau dapat menyebabkan sistem metabolisme sapi terganggu sehingga pertumbuhan sapi menjadi terhambat. Kendala tersebut semakin besar ketika bibit-bibit ternak sapi potong yang digunakan berasal dari daerah subtropis dengan daya adaptasi yang kurang baik.

 Dikutip dari: https://fpp.umko.ac.id/2021/06/16/kenali-faktor-penghambat-usaha-ternak/#:~:text=Suhu%20tinggi%20yang%20terjadi%20pada%20musim%20kemarau%20dapat,daerah%20subtropis%20dengan%20daya%20adaptasi%20yang%20kurang%20baik.

Mencari bakalan sapi potong yang baik bisa dilihat dari: kesehatan ternak, panjang badan, bentuk rangka, bentuk kaki dan tebal kulit. Jika seluruh aspek tersebut sudah terpenuhi, sudah dipastikan bakalan tersebut baik untuk diternakkan.

2. Regulasi dan Peternak

Sektor peternakan Indonesia masih dihadapkan oleh sejumlah permasalahan. Permasalahan tersebut terjadi dari mulai di hulu hingga ke hilir. CEO Ternaknesia Dalu Nuzlul Kirom mengatakan, salah satu contoh masalah yang terjadi adalah dari sisi aspek konsumen. Para konsumen masih kesulitan untuk mendapatkan produk ternak dengan kualitas yang bagus. 

"Di aspek konsumen pun untuk mendapatkan produk berkualitas itu terbatas," ujarnya dalam acara Market Review IDX Channel, Jumat (11/12/2020).  

Dalu mencontohkan misalnya pada aspek daging di mana masih rendahnya rumah potong hewan yang melayani daging untuk disebarkan kepada konsumen. Berdasarkan datanya, hanya sekitar 9,6% daging yang yang sesuai dengan standar pemerintah.

"Misalnya saja aspek daging, rumah potong hewan di Indonesia itu yang melayani daging yang disebarkan dan dikonsumsi masyarakat hanya 9,6% yang berstandar halal sesuai dengan standar pemerintah. Selebihnya dipotong di rumah potong tradisional," jelasnya.

Selain itu, masalah lainnya adalah perilaku peternak yang saat ini rata-tata berusia 40-60 tahun. Hal ini menjadi salah satu yang membuat produktifitas dari para peternak di Indonesia sangat rendag.

"Permasalahan peternak dari aspek dari pelaku peternaknya yang rata-rata usia tua 40-60 tahun sehingga produktifitasnya rendah," ucapnya.

Dikutip dari: https://economy.okezone.com/read/2020/12/11/320/2325881/sederet-masalah-peternakan-di-ri-dari-rumah-potong-hingga-usia-peternak

Manajemen Sapi Potong

  • Tahapan Persiapan

A. Administrative (form penerimaan, berita acara, rencana pemeliharaan dan strategi penjualan)

B. Teknis (pakan, kandang, sarana & prasarana, obat-obatan)

  • Tahapan Eksekusi

A. Penyeleksian, pengambilan darah, pengobatan, pemisahan ternak sakit dan sehat, dan pemberian pakan sesuai dengan rencana jual

  • Tahapan Evaluasi

A. Formulasi ransum, kualitas bahan pakan, dan penjualan

Manajemen Kesehatan

- Fase Adaptasi Bakalan

  • Sapi Import 1-7 hari
  • Sapi Lokal 1-4 minggu

- Treatment

  • Pemisahan ternak yang sakit dan sehat
  • Pemberian elektrolit (ATP)
  • Pemberian pakan dengan nutrisi

- Pemberian Obat dan Vaksin

  • Pemberian obat pada ternak yang sakit
  • Pemberian Vaksin
  • Pemberian Vitamin

Penjualan

- Trading

  • Dijual kembali untuk digemukkan
  • Dijual ke rumah potong hewan untuk di potong.

Sumber: Kuliah Umum oleh Kang Reno Hadiwijaya S.Pt yang digelar di Gedung 4 lantai 3 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran , Jatinangor, Jum'at (15/09/2023).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun