Bakalan sulit dicari dikarenakan suhu tinggi yang terjadi pada musim kemarau dapat menyebabkan sistem metabolisme sapi terganggu sehingga pertumbuhan sapi menjadi terhambat. Kendala tersebut semakin besar ketika bibit-bibit ternak sapi potong yang digunakan berasal dari daerah subtropis dengan daya adaptasi yang kurang baik.
Mencari bakalan sapi potong yang baik bisa dilihat dari: kesehatan ternak, panjang badan, bentuk rangka, bentuk kaki dan tebal kulit. Jika seluruh aspek tersebut sudah terpenuhi, sudah dipastikan bakalan tersebut baik untuk diternakkan.
2. Regulasi dan Peternak
Sektor peternakan Indonesia masih dihadapkan oleh sejumlah permasalahan. Permasalahan tersebut terjadi dari mulai di hulu hingga ke hilir. CEO Ternaknesia Dalu Nuzlul Kirom mengatakan, salah satu contoh masalah yang terjadi adalah dari sisi aspek konsumen. Para konsumen masih kesulitan untuk mendapatkan produk ternak dengan kualitas yang bagus.Â
"Di aspek konsumen pun untuk mendapatkan produk berkualitas itu terbatas," ujarnya dalam acara Market Review IDX Channel, Jumat (11/12/2020). Â
Dalu mencontohkan misalnya pada aspek daging di mana masih rendahnya rumah potong hewan yang melayani daging untuk disebarkan kepada konsumen. Berdasarkan datanya, hanya sekitar 9,6% daging yang yang sesuai dengan standar pemerintah.
"Misalnya saja aspek daging, rumah potong hewan di Indonesia itu yang melayani daging yang disebarkan dan dikonsumsi masyarakat hanya 9,6% yang berstandar halal sesuai dengan standar pemerintah. Selebihnya dipotong di rumah potong tradisional," jelasnya.
Selain itu, masalah lainnya adalah perilaku peternak yang saat ini rata-tata berusia 40-60 tahun. Hal ini menjadi salah satu yang membuat produktifitas dari para peternak di Indonesia sangat rendag.
"Permasalahan peternak dari aspek dari pelaku peternaknya yang rata-rata usia tua 40-60 tahun sehingga produktifitasnya rendah," ucapnya.