[caption id="attachment_87513" align="aligncenter" width="300" caption="Buah-buahan"]
[/caption] [caption id="attachment_87506" align="aligncenter" width="300" caption="Deretan lilin"]
[/caption] [caption id="attachment_87507" align="alignnone" width="627" caption="Tiap lilin ada namanya"]
[/caption] Ada juga ruangan khusus untuk membeli alat sembahyang, di dekat bangku panjang. Tampak seorang kakek tua yang sedang duduk di dalam ruangan itu. Ohya di sini banyak sekali makanan dan minuman yang dijadikan sesaji di atas piring-piring seperti biskuit, berbagai macam buah, air mineral sampai minyak goreng. Aku tidak tahu apakah makanan/minuman itu bakal dimakan juga oleh orang-orang di vihara itu. [caption id="attachment_87510" align="aligncenter" width="300" caption="Ruang untuk menjual alat-alat sembahyang"]
[/caption] [caption id="attachment_87514" align="alignnone" width="697" caption="Ada biskuit selamat, gelasnya bagus-bagus"]
[/caption] [caption id="attachment_87516" align="aligncenter" width="300" caption="Buah-buahan"]
[/caption] Saat hendak pamit, kami malah disuruh masuk ke dalam ruangan di belakang pelataran sembahyang. Katanya di sana banyak koleksi foto-foto sewaktu ada acara Cap Go Meh maupun dari pameran foto. Kami pun masuk ke ruang belakang itu. Di dalamnya banyak hiasan lampion-lampion, sepertinya hasil prakarya anak-anak sekolah.
Ada juga foto-foto Vihara Dhanagun Tempoe Doeloe dilengkapi dengan keterangan sejarahnya. Di situ tertulis, bahwa vihara ini dulu bernama Klenteng HOK TEK BIO yang dalam dialek Hokkian artinya Rumah Ibadah Rejeki dan Kebaikan. Masih menjadi misteri kapan klenteng ini didirikan, orang Perancislah yang pertama kali mengabadikan fotonya pada tahun 1860. Kini, kompleks bangunan lengkap Klenteng sebagian sudah lenyap. Bangunan ini juga berorientasi utara-selatan seperti kaidah di Tiongkok pada umumnya yang menerapkan kaidah Feng Shui. Menilik dari luas tanah mula-mula, diperkirakan tanah berdirinya Pasar Tangsi yang menjadi Plaza Bogor adalah milik Klenteng. Secara tipologi, geografi dan klasifikasi Dewa-Dewi, Klenteng ini didirikan oleh pedagang-pedagang Hokkian dan termasuk Klenteng Pedagang/Pasar. Oh mungkin karena orang-orang ada tinggal di sekitar klenteng (termasuk Pasar Bogor dan Jalan Surya Kencana) adalah pedagang semua. [caption id="attachment_87523" align="aligncenter" width="300" caption="Koleksi foto tempoe doeloe"]
[/caption] [caption id="attachment_87525" align="alignnone" width="697" caption="Foto klenteng jadul"]
[/caption] Di ruangan ini banyak sekali tulisan-tulisan yang bikin kami ketawa geli. Bisa dilihat sendiri di gambar yang saya upload. [caption id="attachment_87528" align="alignnone" width="627" caption="Khusus vegetarian"]
[/caption] [caption id="attachment_87530" align="aligncenter" width="464" caption="Sayangilah makanan dan minuman. Coba dulu sedikit bila kurang boleh tambah lagi"]
[/caption] [caption id="attachment_87532" align="alignnone" width="627" caption="Sesaji buat Mbah Bogor"]
[/caption] Setelah cukup lama melihat-lihat sebagian isi vihara, dan jeprat-jepret gak karuan, kamipun pamit pada penjaga vihara. Tak lupa sedikit bernarsis ria di halaman komplek Vihara, mumpung masih ada di situ, biar telihat seperti di China hehehe.
Salam Kompasiana Bogor, 5 Februari 2011 Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya