[caption id="attachment_87461" align="aligncenter" width="627" caption="Pemandangan saat memasuki pintu masuk vihara (Dokumen pribadi Aryani)"][/caption] Dua minggu yang lalu (22/1/2011), saya dan seorang teman janjian untuk hunting foto di Kebun Raya Bogor. Karena sudah terlalu siang dan hari mendung, teman saya mengajak untuk mengunjungi Vihara yang kebetulan letaknya di seberang pintu utama Kebun Raya. [caption id="attachment_87476" align="aligncenter" width="627" caption="Vihara Dhanagun tampak dari depan komplek"]
[/caption] [caption id="attachment_87505" align="alignnone" width="627" caption="Halaman depan"]
[/caption] Sesaat setelah memasuki gerbang vihara, kami minta izin untuk mengambil gambar-gambar kepada salah seorang penjaga vihara. Dengan ramah dia mengijinkan kami masuk, bahkan sempat menanyakan atau mengira kami berasal dari sekolah mana. Padahal kami mengambil gambar hanya sekedar untuk
hobi fotografi saja. [caption id="attachment_87483" align="aligncenter" width="300" caption="Letaknya bersebelahan dengan Plaza Bogor"]
[/caption] Vihara Dhanagun terletak persis di sebelah Plaza Bogor Indah, Pasar Bogor. Dulu saya tidak menyangka bahwa di situ terdapat vihara karena bangunannya tertutup oleh kepadatan angkot/kendaraan serta para pedagang kaki lima di pinggiran jalannya. Berikut adalah gambar-gambar yang saya ambil dengan lensa kit kamera Canon EOS 40D. Saya masih belajar menggunakannya, jadi hasilnya tidak terlalu bagus. Apalagi autofokusnya rusak jadi agak kesulitan juga untuk mengunci fokusnya. [caption id="attachment_87479" align="aligncenter" width="300" caption="Di depan pintu masuk"]
[/caption]
[caption id="attachment_87482" align="aligncenter" width="300" caption="Tempat menaruh dupa (Hio Lo)"]
[/caption]
[caption id="attachment_87504" align="aligncenter" width="300" caption="Hiasan Relief di depan vihara"]
[/caption] Memasuki pintu masuk vihara, mulai tercium aroma kemenyan, lumayan membuat pusing juga. Bokor tempat menancapkan dupa terlihat hampir di setiap sudut. Pintu, tiang-tiang dan bagian dalam vihara dihiasi oleh gambar dewa-dewi serta naga yang didominasi warna merah. Nuansa imlek sudah terasa meskipun masih berlangsung 2 minggu lagi. Hiasan lampion dan lentera, lilin banyak terlihat di bagian dalam vihara. Ada juga hiasan seperti bedug kecil.
[caption id="attachment_87496" align="alignnone" width="627" caption="Suasana di dalam vihara"]
[/caption] [caption id="attachment_87499" align="alignnone" width="627" caption="Bagian dalam vihara"]
[/caption]
Di dalamnya terdapat pelataran untuk sembahyang. Beberapa orang tampak berlalu-lalang untuk berdoa sambil menggerak-gerakkan dupanya. Sayangnya gerakan mereka terlalu cepat sehingga tidak sempat kurekam, hanya tampak samping/belakang dan kurang fokus. Ada juga bangku panjang, terdapat beberapa orang yang sedang duduk-duduk di atasnya. Sekilas tampaknya mereka sedang memperhatikan kami yang tengah asyik jeprat-jepret.
[caption id="attachment_87503" align="alignnone" width="627" caption="Terlihat banyak sesaji di altar : air mineral, buah-buahan, minyak goreng dll"]
[/caption] [caption id="attachment_87497" align="alignnone" width="627" caption="Altar sembahyang"]
[/caption] [caption id="attachment_87500" align="aligncenter" width="300" caption="Sembahyang"]
[/caption] [caption id="attachment_87544" align="aligncenter" width="300" caption="Mengambil dupa (hio)"]
[/caption]
[caption id="attachment_87543" align="aligncenter" width="300" caption="Duduk-duduk santai (Dokumen pinjaman dari teman)"]
[/caption]
Di pinggir pelataran sembahyang, ada deretan lilin-lilin yang menyala dalam gelas. Di setiap lilin ada nama-namanya. Menurut orang yang ada di vihara itu, setiap lilin ada yang punya, dan setiap habis akan selalu di ganti. Mereka rutin membayar kepada penjaga vihara agar lilin tersebut tetap menyala. Tujuannya untuk menerangi kehidupan mereka, karena lilin adalah simbol penerangan.
[caption id="attachment_87513" align="aligncenter" width="300" caption="Buah-buahan"]
[/caption] [caption id="attachment_87506" align="aligncenter" width="300" caption="Deretan lilin"]
[/caption] [caption id="attachment_87507" align="alignnone" width="627" caption="Tiap lilin ada namanya"]
[/caption] Ada juga ruangan khusus untuk membeli alat sembahyang, di dekat bangku panjang. Tampak seorang kakek tua yang sedang duduk di dalam ruangan itu. Ohya di sini banyak sekali makanan dan minuman yang dijadikan sesaji di atas piring-piring seperti biskuit, berbagai macam buah, air mineral sampai minyak goreng. Aku tidak tahu apakah makanan/minuman itu bakal dimakan juga oleh orang-orang di vihara itu. [caption id="attachment_87510" align="aligncenter" width="300" caption="Ruang untuk menjual alat-alat sembahyang"]
[/caption] [caption id="attachment_87514" align="alignnone" width="697" caption="Ada biskuit selamat, gelasnya bagus-bagus"]
[/caption] [caption id="attachment_87516" align="aligncenter" width="300" caption="Buah-buahan"]
[/caption] Saat hendak pamit, kami malah disuruh masuk ke dalam ruangan di belakang pelataran sembahyang. Katanya di sana banyak koleksi foto-foto sewaktu ada acara Cap Go Meh maupun dari pameran foto. Kami pun masuk ke ruang belakang itu. Di dalamnya banyak hiasan lampion-lampion, sepertinya hasil prakarya anak-anak sekolah.
Ada juga foto-foto Vihara Dhanagun Tempoe Doeloe dilengkapi dengan keterangan sejarahnya. Di situ tertulis, bahwa vihara ini dulu bernama Klenteng HOK TEK BIO yang dalam dialek Hokkian artinya Rumah Ibadah Rejeki dan Kebaikan. Masih menjadi misteri kapan klenteng ini didirikan, orang Perancislah yang pertama kali mengabadikan fotonya pada tahun 1860. Kini, kompleks bangunan lengkap Klenteng sebagian sudah lenyap. Bangunan ini juga berorientasi utara-selatan seperti kaidah di Tiongkok pada umumnya yang menerapkan kaidah Feng Shui. Menilik dari luas tanah mula-mula, diperkirakan tanah berdirinya Pasar Tangsi yang menjadi Plaza Bogor adalah milik Klenteng. Secara tipologi, geografi dan klasifikasi Dewa-Dewi, Klenteng ini didirikan oleh pedagang-pedagang Hokkian dan termasuk Klenteng Pedagang/Pasar. Oh mungkin karena orang-orang ada tinggal di sekitar klenteng (termasuk Pasar Bogor dan Jalan Surya Kencana) adalah pedagang semua. [caption id="attachment_87523" align="aligncenter" width="300" caption="Koleksi foto tempoe doeloe"]
[/caption] [caption id="attachment_87525" align="alignnone" width="697" caption="Foto klenteng jadul"]
[/caption] Di ruangan ini banyak sekali tulisan-tulisan yang bikin kami ketawa geli. Bisa dilihat sendiri di gambar yang saya upload. [caption id="attachment_87528" align="alignnone" width="627" caption="Khusus vegetarian"]
[/caption] [caption id="attachment_87530" align="aligncenter" width="464" caption="Sayangilah makanan dan minuman. Coba dulu sedikit bila kurang boleh tambah lagi"]
[/caption] [caption id="attachment_87532" align="alignnone" width="627" caption="Sesaji buat Mbah Bogor"]
[/caption] Setelah cukup lama melihat-lihat sebagian isi vihara, dan jeprat-jepret gak karuan, kamipun pamit pada penjaga vihara. Tak lupa sedikit bernarsis ria di halaman komplek Vihara, mumpung masih ada di situ, biar telihat seperti di China hehehe.
Salam Kompasiana Bogor, 5 Februari 2011 Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Sosbud Selengkapnya