Aku coba turun ke lantai satu untuk mengambil minuman, ternyata suasananya horor banget, ada ruang tamu dan ruang makan, di situ dihiasi kursi dan meja berukir, ada juga cermin yang di atasnya ada relief kepala orang. Di sana ada juga tempat perapian untuk menghangatkan ruangan. Benar-benar syerem deh!!! Setelah gelas terisi penuh, aku buru-buru naik ke atas. Foto-foto di bawah kuambil setelah pagi hari.
Suasana semakin larut, wow benar-benar sepi, di luar tampak gelap sekali. Katanya ada yang menginap juga di bangunan sebelah tapi sampai malam tidak ada tanda-tanda orang yang datang. Udarapun semakin dingin. Di antara kami banyak yang memutuskan untuk tidak mandi, airnya serasa seperti di kulkas. Mana letak kamar mandinya di luar lagi, jadi kalau ke situ selalu rame-rame.
Semalaman tidurku tidak terlalu nyenyak, selain mendengar suara dengkuran temanku di kamar sebelah, suara angin di luar juga seperti air terjun saja. Aku bersembunyi di balik selimut tebal, sama seperti teman-temanku yang lain. Aku teringat cerita teman yang pernah menginap di sini, katanya di sini ada ‘penghuninya’ entah itu terjadi di kamar dan guest house yang mana. Aku juga ingat cerita salah seorang temanku yang bekerja di KRC, kalau macan yang ada di TNGP sesekali turun ke KRC, tapi tadi petugas di sana bilang macan itu turun kalau di gunung sudah tidak ada makanan lagi, jadi gak perlu takut. Ah aku tidak perduli, yang penting sekarang istirahat. Dan malampun perlahan beranjak mendekati pagi, ternyata setelah dinihari udaranya lebih hangat dibanding sebelumnya.
Setelah sholat subuh, aku beranikan untuk mandi. Ya Allah dinginnya luar biasa, untung penghangatnya sedang bagus, tidak seperti hari sebelumnya, jadi aku bisa mandi dengan air hangat. Setelah mandi kubuka jendela di kamar. Wow indahnya pemandangan di luar!!! Beda banget dengan tadi malam yang gelap gulita.
Kamipun memutuskan untuk lari pagi di sekitar guest house sekalian menghangatkan badan dan berfoto-foto. Tapi karena di sana banyak background yang bagus untuk berfoto, jadi lebih banyak narsisnya deh dibanding lari paginya hehehe. Tapi pemandangan di sini benar-benar indah, dilatarbelakangi Gunung Gede Pangrango dan bunga-bunga cantik yang terdapat di sekeliling bangunan.
Jalan-jalan keliling KRC lebih rumit dibanding KRB, kalau tidak terbiasa bisa nyasar seperti yang saya alami kemarin. Padahal jarak antara guest house dan kantor KRC tidak terlalu jauh, tapi karena salah memilih jalan malah jadi muter-muter gak karuan sampai hampir mengelilingi sebagian kebun, untung ketemu juga kantornya.
Ternyata semakin siang, suasana di KRC juga semakin ramai. Hari itu hari sabtu jadi banyak yang berwisata ke sana, baik keluarga maupun rombongan dari kantor dan yang sedang mengadakan acara. Begitupun dengan guest housenya, tamunya sudah mulai berdatangan baik di bangunan baru maupun yang saya tempati. Kamipun harus meninggalkan guesthouse pada pukul jam 12 siang karena akan ditempati anak-anak SMA yang sedang mengadakan acara. Wah coba dari semalam ya, tentu kami tidak merasa takut.
Sambil menunggu jemputan yang datangnya telat karena terjebak macet di Puncak, kami menunggu di teras guesthouse, kami juga melihat tamu guest house sebelah yang sedang main helikopter mini di halaman. Ohya waktu itu ada petugas penginapan yang menghampiri kami. Cukup lama kami berbincang-bincang dengannya, termasuk membicarakan ‘penghuni’ guest house.