Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Cerita Trip Sehari ke Gunung Papandayan (Bagian 2)

19 Oktober 2014   15:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:29 1630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Mbak Vey…lihat!! Itu kan hutan mati yang di seberang sana, berarti masih jauh dong, Tegal Alun dimana ya?Koq gak kelihatan ya” seruku.

“Iya kayaknya masih jauh deh. Kalau gak keburu gak usah aja ya. Mungkin yang dimaksud edelweis itu Pondok Saladah kali” jawab mbak Vey.

[caption id="attachment_348530" align="alignnone" width="608" caption="Puncak yang agak gersang dan hutan mati (Dok. Yani)"]

1413680275214860991
1413680275214860991
[/caption]

[caption id="attachment_348531" align="alignnone" width="400" caption="Curug yang sedang kering (Dok. Yani)"]

14136803432120767373
14136803432120767373
[/caption]

Menurut keterangan pendaki yang kami temui, Tegal Alun masih jauh, harus melewati bukit lagi. Tapi kalau mau melihat edelweiss sudah ada di Pondok Saladah. Karena waktu sudah jam 11 lewat, kami putuskan untuk sampai Pondok Saladah saja. Sambil menunggu Mbak Ramdiyah yang tertinggal di belakang, saya mengambil foto bukit dan hutan mati, serta curug kering yang ada di bawahnya.

[caption id="attachment_348532" align="alignnone" width="602" caption="Pohon Cantigi (Dok. Yani)"]

1413680402522818661
1413680402522818661
[/caption]

[caption id="attachment_348535" align="alignnone" width="602" caption="Tegal Alun masih ke sana lagi lho :-) (Dok Yani)"]

14136805551825720737
14136805551825720737
[/caption]

Setelah beberapa menit berjalan, tenda-tenda menyembul di balik batang-batang tumbuhan Cantigi (Vaccinium varingiaefolium)yang kami lewati. Sampailah kami di Pondok Saladah. Sebuah lapangan yang biasa dipakai untuk berkemah. Jadi kami berjalan hampir 3 jam ini hanya sampai di sini. Saat itu sudah banyak pendaki yang membereskan tenda. Ada pula yang baru datang. Di pinggir lapangan ada hamparan rumput dan bunga edelweiss yang tumbuh cukup banyak. Baru kali saya melihat bunga edelweiss di habitat aslinya.

“Nah, kalau ini beneran edelweiss, yang tadi mah cabe-cabean hehe” ujar mbak Ramdiyah.

Beberapa kali tadi sebelum sampai sini saya sering salah tebak, mengira bunga lain itu edelweiss, padahal bunga lain entah apa namanya. Mbak Ramdiyah menjuluki bunga edelweiss di Pondok Saladah ini KWnya soalnya banyak yang kering dan agak rusak.

[caption id="attachment_348533" align="alignnone" width="594" caption="Serangga sedang menghisap bunga edelweis (Dok. Yani)"]

1413680453752848233
1413680453752848233
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun