Pada awal tahun, sebuah perusahaan manufaktur berencana membeli mesin untuk meningkatkan produktifitas dan penjualan dalam meraih keuntungan.
Perusahaan ini tahun lalu berjalan dengan modal 10 M.
Keuntungan setelah satu tahun beroperasi adalah 10% dari perputaran modal, yang berarti kinerja modal 10 M menghasilkan keuntungan 1 M
Mesin itu berharga 2,5 M. Akan dibeli dengan uang muka 500 Juta, menggunakan 50% dari keuntungan perusahaan yang 1 M.
Sementara 500 juta sisa keuntungan diputuskan akan ditahan yaitu ditambahkan kedalam modal. Sehingga nilai modal bertambah menjadi  10,5 M.
2 Milyar untuk membeli mesin pinjam dari perusahaan atau badan peminjaman (baca: bank tanpa sistem riba), rencananya akan dicicil selama 2 tahun, dengan pembayaran cicilan dilakukan setiap tahun berdasarkan konsep bagi hasil.Â
Dengan pinjaman ini total modal atau harta menjadi 10,5 + 2 = 12,5 M
Proyeksi keuntungan perusahaan setelah membeli mesin ini diharapkan menjadi 2 M, naik 100% dari keuntungan tahun sebelumnya.
Untuk mempermudah penalaran sistem bagi hasil dalam tulisan ini, pinjaman uang 2 M yang adalah UTANG 'dilihat' sebagai MODAL yang sifatnya menambah HARTA perusahaan.
Dengan adanya pinjaman bisa dikatakan perusahaan bekerja dengan 'kekuatan' MODAL = 12,5 M.
Sebagaimana prediksi, setelah satu tahun dari pembelian mesin, keuntungan perusahaan meningkat menjadi 2 M.