Mohon tunggu...
Aryan Dava
Aryan Dava Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi UMM

Mahasiswa Psikologi UMM

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kurang Tidur dan Hubungannya dengan Kesehatan Tubuh dan Mental

8 Juli 2021   14:55 Diperbarui: 8 Juli 2021   15:21 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh makhluk hidup, terutama manusia. Setiap orang memerlukan kebutuhan istirahat atau tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal dari segi fisik mapun batin. Pada kondisi tidur, tubuh melakukan proses pengembalian stamina tubuh agar stamina berada dalam kondisi optimal kembali. 

Sebalikya, kurang tidur dapat mempengaruhi tubuh. Kurang tidur menyebabkan banyak efek antara lain konsentrasi berkurang, gangguan sasana hati, kecemasan dan  banyak penyakit menyerang. Ciri-ciri kurang tidur dapat diketahui secara fisik seperti memperlihatkan perasaan lelah, mudah gelisah, lesu, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006)

Kita semua tahu dorongan tidur sering kali demikian kuat dan tidak nyaman rasanya apabila kita melawan dan terjaga. Terkecuali efek nyeri hebat dan kebutuhan untuk bernafas, mengantuk mungkin merupakan dorongan paling mendesak yang dapat kita alami.  

Kebanyakan orang dapat menahan diri dari makan dan minum, namun bahkan orang yang tahan menderita sekalipun tidak dapat terus-menerus melawan dorongan untuk Tidur. 

Tidur akan datang cepat atau lambat, tidak peduli seberapa keras usaha seseorang untuk tetap terjaga. Menurut Lanywati  pada tahun 2001, kebutuhan tidur yang cukup ditentukan oleh beberapa faktor yaitu jam tidur (kuantitas tidur) dan juga oleh kedalaman tidur (kualitas tidur).

Berdasarkan tiga rekaman fisiologis yang dilakukan sewaktu tidur, yaitu dengan melekatkan sejumlah elektroda ke kulit kepala untuk memonitor elektroensefalografi (EEG), dan ke dagu untuk memonitor aktivitas otot yang direkam sebagai elektromiogram (EMG), elektorda-elektroda yang dilekatkan di sekeliling mata memonitor gerakan mata yang dirrekam sebagai elektro-okulogen (EOG). Tidur dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Tidur Non-Rapid Eye Movement (NREM), dibagi menjadi 4 stadium, yaitu:

 - Tingkat 1 (tidur ringan)

- Tingkat 2 (tidur terkonsolidasi)

- Tingkat 3 (Tidur dalam)

-  Tingkat 4 (tidur gelombang lambat)

2. Tidur REM Siklus akan berulang sebanyak 4-6 kali tiap tidur secara normal pada orang dewasa, dan setiap siklus berlangsung sekitar 90-110 menit (Lumbantobing, 2008; Chokroverty, 2010).

Waktu tidur yang kurang dari kebutuhan dapat mempengaruhi sintesis protein yang berperan dalam memperbaiki sel--sel yang rusak menjadi menurun. Kelelahan, meningkatnya stres, kecemasan serta kurangnya konsentrasi dalam aktivitas sehari--hari adalah akibat yang sering terjadi apabila waktu tidur tidak tercukupi. 

Tidur malam yang berlangsung dengan rata-rata 7 jam, terdiri dari 2 macam kondisi yaitu REM dan NREM yang bergantian selama 4--6 kali. Seseorang yang kurang cukup menjalani tidur jenis REM maka esok harinya akan menunjukkan kecenderungan untuk hiperaktif, kurang dapat mengendalikan diri dan emosinya, nafsu makan bertambah. Tidur NREM yang kurang cukup, akan mengakibatkan esok harinya keadaan fisik menjadi kurang gesit (Potter & Perry, 2005).

Dilansir dari Verry Well Mind, kurang tidur dapat membuat Anda merasa mudah tersinggung dan kelelahan dalam jangka pendek, tetapi juga dapat memiliki konsekuensi kesehatan jangka panjang yang serius juga. Kurang tidur terkait dengan sejumlah konsekuensi kesehatan yang tidak menguntungkan termasuk penyakit jantung, diabetes tipe-2, dan depresi. Beberapa kondisi kejiwaan dapat menyebabkan masalah tidur dan gangguan tidur juga dapat memperburuk gejala dari banyak kondisi mental termasuk depresi, kecemasan, dan gangguan bipolar.

Penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara tidur dan kesehatan mental adalah kompleks. Sementara tidur telah lama dikenal sebagai konsekuensi dari banyak kondisi kejiwaan, pandangan yang lebih baru menunjukkan bahwa tidur juga dapat memainkan peran kasual dalam pengembangan dan pemeliharaan berbagai masalah kesehatan mental. Dengan kata lain, masalah tidur dapat menyebabkan perubahan kesehatan mental dan sebagainya. Kondisi kesehatan mental juga dapat memperburuk masalah dengan kurangnya tidur.

Kurang tidur memengaruhi kondisi psikologis dan kesehatan mental Anda. Dan mereka yang memiliki masalah kesehatan mental lebih mungkin mengalami insomnia atau gangguan tidur lainnya. 

Masalah tidur sangat umum pada pasien dengan kecemasan,  depresi, gangguan bipolar, dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Dasar otak dari hubungan timbal balik antara tidur dan kesehatan mental belum sepenuhnya dipahami. Tetapi studi neuroimaging dan neurokimia menunjukkan bahwa tidur malam yang nyenyak membantu menumbuhkan ketahanan mental dan emosional, sementara kurang tidur kronis memicu pemikiran negatif dan kerentanan emosional.

MENURUT PANDANGAN ISLAM

Dalam prespektif islam kata " TIDUR " disebutkan lebih dari 10 kali dalam Al-qur'an. Hal ini mencerminkan bahwa aktivitas tidur yang baik dan benar diakui dalam islam dan memiliki fungsi tertentu dalam kehidupan manusia. Fenomena tidur telah membuat manusia menyadari bahwa mereka mempunyai kelemahan di banding Allah SWT yang selalu terjaga, kekal dan tanpa perlu tidurdan istirahat. Berikut Firman Allah SWT dalam Al-qur'an tentang tidur salah satunya dalam surat Ar-Rum ayat 23

" Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan. "

Menurut ajaran islam, aktivitas tidur menandakan kekuasaan Allah SWT yang mana Allah menciptakan malam untuk istirahat dan siang untuk beraktivitas. Bahkan pada saat tertentu tidur adalah ibadah maka sebagai seorang umat islam untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Bentuk dari kesyukuran kita atas nikmat aktivitas tidur bisa kita praktekkan dengan cara memperhatikan pola tidur yang baik. Efek pola tidur yang baik diharapkan dapat memberikan manfaat langsung baik pada fisik maupun psikis.

Berikut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga pola tidur yang baik dalam prespektif islam dan sains :

  • Durasi Tidur

Kebiasaan rasullulah yaitu tidur di awal malam dan menghidupkan akhir malam seperti hadist nabi berikut ini :

" Dari Abu Barzah bahwasanya Rasullulah membenci tidur malam sebelum (sholat isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya (begadang)". (HR. Bukhari Muslim)

Durasi tidur merupakan yang mempengaruhi kesehatan kita. Sebab kurang tidur atau tidur yang terlalu lama berpotensi membuat seseorang mengalami gangguan kesehatan. Salah satu dampaknya dapat menimbulkan diabetes tipe-2.

Kebiasan Sebelum Tidur

Sebelum tidur nabi Muhammad SAW memiliki kebiasaan yaitu tidak memakan makanan berat tetapi nabi memakan makanan seperti sayur-sayuran dan buah-buahn seperti kurma. penelitian ilmiah menjelaskan bahwa mengkonsumsi makanan dengan kandungan kalori tinggi dapat meningkatkan kerentanan terhadap obesitas dan penyakit kadiometabolik lainya seperti penyakit jantung.

Kebiasaan selanjutnya berupa nabi berwudhu terlebih dahulu sebelum tidur. Rasullulah SAW bersabda

" Apabila kamu hendak tidur maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk sholat, kemudian berbarunglah diatas sisi tubuhmu yang kanan " (HR. Bukhori).

Cara Tidur Yang Baik

Cara tidur yang dicontohkan rasullulah berupa berbaring dengan menghadap ke kanan. Berbaring menghadap ke kanan menurunkan resistensi terhadap pernapasan. Selain itu manfaat lainya tidur miring kearah kanan dapat menyebabkan peredaran darah ke otak menjadi lancar selama tidur, karena darah yang di pompa oleh jantung mengalir secara optimal ke otak. Hati atau liver berada di sisi kanan tubuh. Tidur miring ke kanan merupakan posisi yang baik untuk liver karena liver merupakan organ tubuh paling berat diantara organ yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Kelley, T. (2005) 50 Cara Alami Tidur Berkualitas. Jakarta: Erlangga.

Rahmadi, A. (2019) Kitab Pedoman Pengobatan Nabi. Jakarta Selatan: Wahyu Qolbu.

Pewe.id

Harvard

Halodoc

Suara.com

Verywellwealth.com

Jurnal UNUD

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun