Mohon tunggu...
Aryanda Putra
Aryanda Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jika Kesalahan dan Kebenaran bisa untuk didialogkan, kenapa harus mencari-cari Justifikasi untuk pembenaran sepihak. Association - A Stoic

Ab esse ad posse

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

The Alchemist: Pelajaran tentang Mimpi, Perjalanan, dan Makna Hidup

17 Januari 2025   15:22 Diperbarui: 17 Januari 2025   19:28 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santiago dan Impiannya

Angin, simbol perubahan, mengajarkan fleksibilitas---sebuah kualitas yang tampaknya vital dalam era digital. Angin, sebagai simbol perubahan, memang menggugah. Tetapi, di dunia nyata, perubahan sering kali lebih menyerupai badai daripada angin sepoi-sepoi yang filosofis. Generasi muda dihadapkan pada perubahan drastis: otomatisasi pekerjaan, krisis identitas akibat media sosial, hingga tekanan ekonomi. Fleksibilitas memang penting, tapi seberapa banyak dari kita yang benar-benar siap menghadapi angin kencang itu tanpa terhempas? Mungkin kita semua perlu belajar "berbicara dengan angin" seperti Santiago. Pertanyaannya, dalam dunia yang kini didefinisikan oleh kecepatan dan instan, bagaimana kita bisa "berbicara dengan angin" seperti Santiago? Di mana waktu untuk berhenti sejenak, merenung, dan mendengarkan suara hati, ketika notifikasi terus-menerus memanggil kita untuk kembali ke layar?

Ironisnya, mungkin justru dari dunia digital ini kita dapat menemukan cara untuk menghidupkan kembali pesan The Alchemist. Platform-platform modern memungkinkan generasi muda untuk belajar dari kegagalan orang lain, menemukan komunitas yang mendukung, dan mengejar "Personal Legend" mereka dalam bentuk yang tak pernah mungkin sebelumnya. Namun, ini hanya akan terjadi jika kita cukup bijak untuk tidak terjebak dalam ilusi digital dan tetap terhubung dengan tujuan hidup yang lebih besar.

Meskipun The Alchemist menawarkan refleksi mendalam melalui simbolisme, tantangan utama adalah bagaimana pesan-pesan tersebut diterapkan dalam realitas modern yang kompleks. Dalam dunia tempat "padang pasir" sering kali berubah menjadi tekanan hidup, "angin" berupa perubahan teknologi yang tak terduga, dan "tanda-tanda" terkubur dalam kebisingan digital, novel ini tampak seperti bisikan lembut di tengah keramaian yang memekakkan telinga. Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari, kesulitan sering kali tidak dilihat sebagai peluang untuk introspeksi seperti yang dialami Santiago, melainkan sebagai alasan untuk menyerah atau menyalahkan keadaan. Padang pasir modern adalah pekerjaan tanpa akhir, utang pendidikan, dan tekanan eksistensial yang sering kali terasa tak terpecahkan. Dalam konteks ini, pesan Coelho mungkin terasa idealistis---sebuah utopia spiritual yang sulit dijangkau.

Namun, justru di sinilah keunikan The Alchemist. Novel ini mengingatkan bahwa setiap individu memiliki kekuatan untuk menciptakan makna dalam kehidupan mereka sendiri, bahkan di tengah tantangan yang tampak tak teratasi. Dengan cara ini, simbolisme Coelho tidak hanya menjadi elemen cerita, tetapi juga undangan untuk merefleksikan kehidupan dengan sudut pandang yang lebih bijak.

Menemukan Tanda-Tanda di Era Kebisingan

Salah satu hal yang saya pelajari dari The Alchemist adalah pentingnya kesadaran untuk "membaca tanda-tanda" di sekitar kita. Dalam novel, Santiago diajarkan untuk memperhatikan setiap detail kecil yang seolah membimbingnya menuju tujuannya. Di kehidupan nyata, ini bisa diterjemahkan sebagai kemampuan untuk memanfaatkan peluang, mengenali potensi diri, dan belajar dari pengalaman, baik yang positif maupun negatif.

Dalam The Alchemist tanda-tanda semesta terasa magis dan penuh arti. Namun, bagaimana membaca tanda-tanda di dunia modern yang sibuk, bising, dan penuh distraksi? Apakah notifikasi di ponsel kita juga merupakan "tanda-tanda" yang dimaksud Coelho, atau hanya gangguan yang membuat kita semakin jauh dari mimpi kita? Kita kehilangan momen untuk merenung, mendengarkan hati, dan memahami apa yang sebenarnya ingin kita capai. Tampaknya, tantangan terbesar generasi ini bukan hanya memahami tanda-tanda, tetapi juga memilah mana yang penting dan mana yang hanya kebisingan. Dalam dunia yang terus-menerus menuntut perhatian, kemampuan untuk diam dan mendengarkan hati menjadi barang langka.

Menghadapi Ketakutan: Pelajaran dari Rintangan Santiago

Salah satu bagian yang paling menginspirasi saya adalah ketika Santiago menghadapi rasa takut di setiap tahap perjalanannya. Ketika ia ditipu di Tangier, dipenuhi keraguan di tengah padang pasir, atau harus mempertaruhkan segalanya untuk percaya pada mimpi, ia tidak pernah menyerah sepenuhnya. Ini menggambarkan bagaimana rasa takut sering kali menjadi penghalang terbesar bagi manusia untuk bergerak maju.

Generasi sekarang menghadapi ketakutan yang berbeda --- takut gagal, takut dinilai, atau bahkan takut mencoba sesuatu yang baru. Hal ini diperburuk oleh budaya digital, di mana kesalahan kecil dapat menjadi bahan kritik yang masif. Namun, The Alchemist mengajarkan bahwa ketakutan bukanlah alasan untuk berhenti, melainkan sebuah peluang untuk tumbuh.

Dalam kehidupan modern, ketakutan sering kali diatasi dengan pelarian, entah itu melalui hiburan, media sosial, atau mencari kenyamanan instan. Namun, novel ini menunjukkan bahwa menghadapi ketakutan secara langsung, seperti yang dilakukan Santiago, adalah satu-satunya cara untuk benar-benar mengatasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun