Apabila tak punya waktu melakukan hal itu setiap hari, lakukan dalam jarak hitungan tertentu, misal selang dua hari sekali, tiga kali sehari, dan sebagainya, seenak kita saja. Dan apabila nanti, kita masih tenggelam oleh air bah kata-kata negatif orang lain, baca catatan itu, kenang baik-baik, rasakan diri kamu, bahwa diri kamu itu berguna, Tuhan tak menciptakan kamu menjadi nyamuk terhadap jasa-jasa, tak berguna. Poin ini dikutip dari Channel Youtube Kuliah Psikologi.
5. Perbanyak Kegiatan yang Menyenangkan
Melakukan hal-hal yang menyenangkan juga tak ada salahnya untuk menunjang kepercayaan diri, akan tetapi hal-hal yang menyenangkan yang masih berada diatas rel, "sewajarnya", yang tidak merugikan orang lain dan diri sendiri.
 Tindakan ini berguna untuk menghilangkan lelah, penat, perasaan tertekan, stress, bahkan sampai depresi. Intinya, agar jiwa kita tidak penuh, yang bisa berpengaruh juga terhadap kepercayaan diri, kita perlu sedikit bersenang-senang, atau jeda dari keramaian, sehingga jiwa kita menjadi tenang, dan dapat melangkah lagi dalam menyongsong hari, dengan lebih yakin. Dalam arti yang lebih sempit lagi,  kita butuh aktivitas penyeimbang otak kanan dan kiri. Dan melakukan hal-hal yang menyenangkan ini, dapat ditempuh dengan melakukan hobi, atau bisa dengan mendekatkan diri kepada Sang Maha Kuasa, yang berkuasa terhadap kita sendiri, termasuk kepercayaan diri, hal yang kita tuju, dan berkuasa atas rintangan-rintangan yang menghadang dalam prosesi menggapai tujuan.
- Jangan sampai menjadi kacang lupa kulitnya
Setelah kita nyaman dengan diri sendiri, asyik bergelut menikmati tenangnya, setelah kita keluar dari zona yang mengekapnya, membenci diri, meragukan diri, tak mau berkasihan dengan diri, ingat, di luar sana masih ada lingkungan, wadah yang berperan penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan kita.Â
Jangan sampai lupakan, di sana tempat kita bermula, membuka diri, mengenal hal-hal baru, termasuk persehabatan dan permainan-permainan masa kanak yang sering kita mainkan, di sana juga nantinya, kita akan kembali, membangun hidup baru, dan lagi-lagi menyertakannya, lingkungan, selanjutnya digunakan oleh anak cucu kita untuk hidup, berkembang, dan bermasyarakat. Kita akan meninggalkan lingkungan, apabila jatah hidup kita sudah habis.
      Sesibuk apapun kita, jangan sampai lupa, luangkan waktu, biarkan diri kita sejenak merasakan bergaul dengan masyarakat, basuh diri kita ini, dengan persahabatan. Tak perlu menjadi penutur, tak perlu menjadi yang diperhatikan, cukup kita menjadi pendengar, karena orang-orang akan merasa lebih baik, jika tahu ada orang yang mau mendengarkannya, hal itu juga akan menungjang kepercayaan diri seseorang, dan mari kita sama-sama belajar, memberi sedekah batin. Jadi intinya, selain mengenal diri dan percaya diri, kita butuh juga menilai diri, sebagai barometer kita didalam hidup, baik barometer untuk aspek tindakan, ucapan, atau cara berpikir.
      Menilai diri atau introspeksi sangat penting untuk dilakukan, bahasa lainnya juga adalah mawas diri, jangankan individu seseorang, segala sesuatu yang dibuat manusia yang dijalankan atau dilaksanakan dalam jangka waktu yang panjang membutuhkan evaluasi, semisal program kerja sedekah ikhlas Jumat berkah, kita mencatat keterlaksanaan program kerja itu, kemudian mengidentifikasi hal-hal atau tindakan-tindakan yang mengakibatkan program kerja itu dapat berjalan dan tidak dapat berjalan, memberi tanda-tanda penting pada hal-hal atau tindakan-tindakan yang mendukung program tersebut berjalan semakin lancar dan tidak, dan sederet penilaian yang lainya. Dan apa kabar dengan manusia, apakah bisa tanpa introspeksi? Tentu saja tidak.
      Dikutip dari study.com, Introspeksi adalah tindakan individu menilai pikiran, emosi, dan perilaku mereka. Melalui penilaian ini seseorang dapat menemukan gambaran tentang dirinya yang terkini dan berpengaruh untuk mengubah cara berprilaku dan berpikir. Wilhelm Wundt adalah psikolog pertama yang menerapkan introspeksi sebagai teknik penelitian di bidang psikologi.
 Berikut cara sederhana untuk introspeksi diri menurut penulis, langkah pertama, jujurlah, karena introspeksi demi kebaikan dan kemajuan hidup kita, dan jangan bersikap egois, jika ada masukan atau kritik dari orang lain, cobalah dengarkan, dan jangan lupa pilah, budayakan selalu prinsip ambil baik buang buruknya.Â
Kemudian ambil pena dan kertas, lalu tulis hal paling baik dan paling buruk yang pernah kamu lakukan hari ini atau minggu ini. Dan tulis item-item yang kita ingin introspeksi, dan lakukan terus seperti itu, apakah buruk atau baik, dan taruhkan juga diskripsi dari tindakan buruk atau baik yang kita lakukan. Item-item yang perlu menjadi poin penting dalam introspeksi menurut penulis ialah ibadah, sikap kepada orangtua, sikap terhadap orang yang lebih tua, sikap terhadap yang lebih muda, malas atau rajin dalam belajar, malas atau rajin dalam bekerja, dan malas atau rajin dalam mengurus diri. Diri luar dan dalam, raga dan jiwa.