Mohon tunggu...
Arya Kuswara
Arya Kuswara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya seorang mahasiswa tunanetra, klasifikasi buta total, saya berkuliah di Kampus Universitas Ikip PGRI Argopuro Jember, jurusan pendidikan luar biasa. Saat ini, saya aktif di Organisasi Persatuan Tunanetra Indonesia Daerah Nusa Tenggara Barat, Aktif di kepengurusan, di pengurus daerah (PD) sebagai Wakil Sekertaris Daerah, dan di pengurus cabang (PC) sebagai Sekertaris Cabang Lombok Barat. Saya juga aktif di Organisasi Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia Wilayahh Nusa Tenggara Barat, di kepengurusan sebagai Ketua Bidang 3 Pengembangan Organisasi dan Media Center.

Saya cenderung pendiam, meski cerewet pada teman-teman yang sudah saya kenal. Hobi saya menulis puisi, menulis opini saya, membaca cerita silat, membaca novel, membaca buku-buku, dan menonton YouTube. Saya tidak begitu punya fans content fanatik, yang terpenting membahas psikologi, anak abk, sastra, teknologi for blind, filsafat, cara berpikir, catur, dan content hiburan. Misal FTV dan menonton Cak Lontong

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengapa Tak Coba Menjadi Diri Sendiri Saja, Be Yourself

28 April 2023   00:07 Diperbarui: 28 April 2023   00:14 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biasa belajar, sudahkah kita terbiasa belajar, atau sudahkah kita menjadi pribadi pembelajar, jawaban itu, hanya kamu yang tahu, simpan saja dulu. Setiap kita pasti pernah belajar, banyak sikap yang perlu kita miliki dalam belajar, ingat, sikap tak berarti hanya tentang postur dan posisi tubuh, akan tetapi sikap juga punya arti landasan pendirian seseorang dalam bertindak. Menurut penulis ada sebelas sikap yang perlu ada dalam diri seorang pembelajar yaitu punya niat baik, berani, percaya diri, kritis, disiplin, rajin, telaten, tekun, ulet, sabar, dan rendah hati.

            Penulis fokus ke poin sikap keempat dan juga akan menyentuh poin nomor tiga. Kita juga pasti pernah, stuck pada keadaan tak berani melangkah, atau ragu-ragu, banyak pertanyaan, tapi tidak diluar, dalam arti sederhana, kita banyak tanya bukan ke orang lain, tapi malah bertanya ke diri sendiri. Apakah apa yang aku lakukan benar, apakah bila aku menjawab tidak salah, atau apakah jika aku menyuarakan pendapatku akan ditertawakan, dan sederet pertanyaan yang mencecar diri sendiri. Kita yang sebenarnya kritis, yang aslinya banyak ide, yang sesungguhnya banyak solusi, malah terlihat pelongo, zonk, bagai tong kosong, sudah tak ada isi, malah tak bisa bunyi nyaring juga. Yakinlah, percayalah dirimu, kamu sekuat hati meminta orang percaya kepada dirimu, sementara dirimu sampai mati tak kamu percaya. Kuncinya satu, percaya diri, hingga dirimu maksimal teraktualisasi.

            Dikutip dari situs halodoc, berikut beberapa cara untuk menjadi pribadi yang percaya diri:

  • Dimulai dari Sikap Berdiri atau Duduk

Duduklah dengan tegak, tersenyum, atau berdiri dalam "pose kekuatan", dan pesan itu akan dikirim ke otak. Jika kamu berdiri dan duduk dengan tegap, secara tidak langsung tubuh mengirimkan sinyal positif ke seluruh sel-sel tubuh dan otak yang benar-benar dapat mengubah perasaan.

  • Mindfulness

Dikutip dari Channel YouTube Bermain Jiwa, mindfulness tak hanya dilakukan dengan cara hening, menghabiskan beberapa menit untuk mengondisikan perhatian pada suatu titik tertentu, cara ini juga sangat berguna bagi orang-orang yang sibuk. Meskipun menurut penulis pribadi, mindfulness yang dilakukan dengan menata fokus dan diikuti oleh tidak adanya aktivitas ragawi lebih masuk, meresap, dan berasa, apalagi jika dikombinasikan dengan ibadah tertentu, seperti wirit, dzikir napas, atau dzikir di dalam hati. 

Tapi kelebihan dari teknik ini, memberi peluang bagi kita yang tak sempat melepaskan bekerjanya badan atau aktivitas tubuh untuk bisa melakukan mindfulness. Mari kita sama-sama belajar dan kita praktikan teknik ini. Yang terpenting dalam teknik ini ialah, bagaimana proses kita dalam berepetisi dan konsistensi, mengingat intensi atau niat, serta menemukan passion (semangat). Kemudian bagaimana koneksi kita, begitulah perasaan yang berdesir dalam batin kita. Jadi apa yang ada di layar pikiran, akan mempengaruhi perasaan kita. 

Langkah berikutnya pembersihan, secara sederhana, makanan dan minuman yang kita konsumsi, yang kita serap energinya, perlu melalui proses pennyaringan, sebagiannya akan diolah menjadi energi dan sebagiannya dibuang menjadi sampah. Begitu juga dengan frekuensi, yang kita konsumsi, perlu dilakukan pembersihan. Jadi langkahnya, koneksi, pikiran kita mengimajinasikan cahaya berwarna tertentu, dan melakukan pembersihan terutamanya pada chakra major dan seluruh tubuh, pembuangan energi, dilakukan melalui chakra dasar. 

Nanti dengan langkah-langkah ini, kita akan mendapat bimbingan atau intuisi. Keberlimpahan intuisi, tentu juga akan mendukung kepercayaan diri, karena dari intuisi terdapat ide-ide yang tak terduga dan bernilai berilian. Kebiasaan mengimajinasikan, akan membantu pikiran untuk terbiasa fokus, hingga kedepannya juga dapat dimanfaatkan untuk mengamati diri secara on time. Inti dari teknik ini adalah, bagaimana cara kita untuk terbiasa mengulang, terus menerus, mengingat niat, dan menemukan semangat, dalam melakukan tiga langkah mindfulness diatas.

  • Olahraga secara Teratur

Olahraga teratur melepaskan endorfin yang pada gilirannya berinteraksi dengan reseptor opiat di otak, yang menghasilkan keadaan pikiran menyenangkan dan pada akhirnya diri akan terlihat dalam sudut pandang yang lebih positif. Oleh karena itu, olahraga tak hanya bermanfaat untuk raga atau badan saja, sesuai namanya (olahraga), tapi juga bermanfaat untuk psikologis kita, hal ini juga menjelaskan kepada kita, bahwa raga dan jiwa saling terkait.

  • Katakan yang Baik pada Diri Sendiri

Kepercayaan diri terkait juga dengan bagaimana cara kita menghargai diri, dimana langkah pertama untuk menghargai diri sendiri adalah justru dengan berharap tidak dihargai orang lain 75%, artinya, persentase yang lebih besar diemban oleh kita, untuk lebih bisa menghargai diri kita sendiri dari pada orang lain. Pada hakikatnya, masing-masing dari kita sama-sama berharap dihargai, maka logika sederhananya, buat apa menggantungkan harapan besar kepada seseorang yang juga masih mendambakan hal yang kita harapkan.

Jangan dengarkan kata orang lain yang negatif, karena sebagaimanapun dekatnya dengan kita atau tahu tentang kita, tetap saja, mereka tak pernah mengamati kita sepanjang hari 24 jam, mereka bukan malaikat pencatat amal baik buruk yang selalu mengawasi kita, mereka tak pernah andil dalam kesedihan dan masalah-masalah kita, tiga alasan sederhana diatas, sudah cukup menjadi dalil untuk tak menghiraukan mereka. Katakanlah hal-hal yang baik kepada diri kita, puji diri kita sendiri. Dan ambil pena dan kertas atau catat di hand phone, tulis hal bermanfaat apa saja yang pernah kita lakukan untuk orang lain, bahkan bubuhkan hari, tanggal, dan tahun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun