"Ada. Sebuah buku yang aku pinjam di perpustakaan sekolah. Aku mau meminjam, ya, karena sampulnya kupandang menarik saja. Judulnya, ah, seingatku 'Kisah-kisah Tengah Malam'. Aku tidak begitu ingat. Yang jelas, buku itu berisi cerpen. Horror.Â
Salah satunya, seingatku, tentang seseorang yang terjebak hujan, lalu menginap di sebuah kastil. Di kastil itu, ada sebuah lukisan wanita. Yang, menurut seseorang itu, selalu mengamatinya.Â
Intinya, kisah-kisah seperti itu", jelas Dana.Â
Mala tersenyum. Dia sudah tahu, buku apa yang dimaksud oleh Dana. Malahan, dia juga telah membaca buku itu. Sepertinya, buku itu selesai dibacanya ketika menjelang libur semester ganjil yang lalu.Â
"Ah, kamu memperlambat langkahku saja. Bye. Sampai jumpa lain waktu". Dana melambaikan tangannya sembari berjalan ke luar. Mala membalas lambaian tangan tersebut. Dia menyadari, bahwa pertemuan mereka setiap sore sudah berakhir untuk kali ini. Lagian, untuk apa juga baginya untuk memperlambat langkah Dana. Padahal, dirinyalah yang meminta Dana untuk pulang. Ibunya Dana telah menunggu.Â
Namun, sejenak kemudian, Mala mengingat sesuatu. Kapan jadinya ke mall? Besok adalah hari Minggu. Biasanya mereka ke mall di kota. Kalaupun tidak ada teman-teman yang lain, maka cukup Dana dan Mala saja yang pergi mejeng-mejeng di sana. Dengan cepat Mala berlari keluar, lalu mencari-cari Dana.Â
Sementara itu, di luar rumah Mala, ayah dan abangnya Mala terlihat asyik berlomba suara dengan dua ekor burung balam kesayangan mereka. Kebiasaan aneh ini dimulai ketika ayah Mala mendapat hadiah dua ekor burung balam dari temannya. Kalau berbicara ayahnya Mala, tidak heran kalau dirinya suka meniru suara burung. Akan tetapi, berbeda dengan abangnya Mala. Laki-laki itu tidak pernah memelihara burung. Di masa awal, dia sangat menolak keberadaan burung-burung balam itu. Disuruh apapun tentang perawatan burung, dia kelenjeran duluan. Akan tetapi, dalam perjalana waktu, abangnya Mala malah ketularan tradisi meniru suara burung.Â
Begitulah adanya saat ini. Ayah dan abangnya Mala begitu asyik menirukan suara burung balam. Dua ekor balam di dalam
 kadang yang menggantung ikut menyahuti karena telah terbiasa. Hingga matahari terbenam sempurna, konser suara burung ini belum akan berhenti.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H