Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buku dalam Perkara antara Aku dan Dirimu: Perjalanan dan Refleksi Diri

21 Juli 2023   20:12 Diperbarui: 21 Juli 2023   20:23 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aku sudah coba-coba. Ya, mulai dari puisi, sih. Aku kira, menulis puisi belum memerlukan suatu wacana yang panjang. Bukan berarti, aku meremehkan puisi. Tentu, menulis puisi yang memikat butuh waktu yang tidak sebentar. Tapi, karena puisi yang biasa berlarik-larik itu terlihat tidak lebih menakutkan dari cerpen atau novel, yang satu halamannya saja bisa memuat banyak sekali hal", begitulah penjelasan Mala. 

Dana memandang buku yang masih di dalam genggaman Mala itu. Dengan cepat, dia meraihnya. Hal yang pastinya membuat jengkel Mala. Dana lalu membuka buku tersebut, dan membaca beberapa tulisan yang disebut sebagai puisi oleh Mala. 

"Aku kira, puisi-puisi kamu ini tidak jelek. Eh, maksudku, aku sendiri nyaman dan terpikat ketika membacanya. Kamu merendah, aku pikir. Dibandingkan diriku yang masih kesulitan menulis puisi, kamu mah lebih tinggi kepandaiannya". 

Mala merasa tersipu mendengar perkataan Dana itu. Dia memandang Dana, yang masih asyik membaca setiap lembar di buku itu. Kalau dia pikir-pikir, sepertinya Dana memang serius dengan ucapannya. Dia tidak sedang berupaya sekedar membuat senang hatinya. Dia menatap mata Dana: Dana sangat serius dan begitu mendalami tulisan-tulisannya. 

"Kalau kamu bilang membaca buku sejarah waktu itu awalan dari perjalanan kita, aku jadi sulit menolaknya. Benar, saat ini, aku sudah jauh berbeda darimu. Lalu, soal dunia perbukuan itu, aku juga tidak bisa menampik, kalau siang itu, keputusanku untuk berdua denganku di kelas menjadi awalan dari semuanya. 

Memang, saat ini aku belum seterampil itu untuk menulis cerita, atau buku yang luar biasa. Tapi, aku sudah mengatakannya tadi. Saat ini, kita berdua sedang berada di fase yang begitu maniak dalam membaca. Kita selalu mencari tahu, menjelajahi wacana-wacana, dan perlahan-lahan merasa tahu segalanya. Naif memang. Tapi, aku tidak merasa menyesal.

Kamu juga paham, walau kamu membawaku ke dunia buku-buku ini lewat buku sejarah, tetapi aku telah memilih jalanku sendiri. Aku lebih suka kepada cerita-cerita. Aku cinta kepada novel. Kalaupun tidak berat mengatakan ini, aku cinta kepada sastra. 

Tapi, aku tetap berterimakasih kepadamu. Setidaknya, otakku masih encer ketika diharuskan membaca hal-hal yang bersifat akademik. Uhm, kalau aku sejak awal cuma fokus ke cerita-cerita, aku juga akan meragukan kemampuanku ketika membaca buku-buku pelajaran, sih".

Mala menjelaskan panjang lebar. Sembari kepalanya menunduk. Tidak lupa, jari-jemarinya seakan-akan sedang merajut sesuatu. Dana yang mendengarkan sedari tadi hanya tersenyum. 

"Tapi, kebiasaan membaca kita. Lalu, kamu yang mulai membiasakan diri menulis, untungnya tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari kita, ya". 

"Tentu saja tidak. Aku sendiri, sih, berusaha membagi waktuku. Setidaknya, aku sudah hafal betul jam-jam ketika ibuku meminta atau menginginkan sesuatu. Ketika periode itu datang, maka aku hanya perlu berhenti sejenak dari buku, lalu mengerjakan apapun yang ibuku inginkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun