Membawa hasrat dan suara
Tidak ada yang merintanginya
Kecuali alam yang gagah perkasa
Â
Ingatlah kisah pedang tujuh
Sakti rupawan bergemuruh
Meneroka lahan yang tujuh
Melepaskan singkapan dengan guruh
      Sepertinya kebanyakan sastra lama, tidak ada yang mengetahui siapa yang menciptakan ataupun apa judul dari syair bersejarah ini. Meski demikian, tetap daa beberapa orang yang berusaha menjelaskan demi memenuhi hasrat keingintahuan. Pendapat populer bahwa syair itu diciptakan oleh tetua pertama di desa itu, ada yang mengatakan namanya Wan. Ada juga pendapat alternatif yang mengatakan bahwa yang menyusun syair itu adalah seorang cendekiawan bernama Seshat. Walau begitu, pendapat alternatif ini tidak mencantumkan periode dari penciptaan dari syair tersebut.
      Dari syair tersebut, dapat disimpulkan bahwa daerah yang sekarang disebut dengan "TarukoPedang" tidak lebih dari lahan hutan yang begitu luas. Mengapa disebut sebagai lahan yang tujuh?? Tidak ada yang bisa menjawabnya pasti. Akan tetapi, seperti yang sebelumnya, pendapat yang paling diterima bahwa yang tujuh merujuk kepada pembagian lahan yang diteroka oleh masing-masing yang ksatria yang tujuh.
      Satu hal yang menarik adalah, ada ungkapan ketika hari kegelapan. Hal ini menekankan bahwa ada suatu masa yang kelam bagi seluruh negeri, bahkan ada yang mengatakan seluruh benia. Suatu masa ketika pemeritahan yang berkuasa pada masa itu tidak begitu ramah dengan masyarakat. Bait-bait setelah ungkapan itu dianggap mewakili harapan setiap penduduk akan kedatangan pembebas yang akan membawa negeri ini menuju masa depan yang lebih baik.