"Sudah jelas aku pikir, Tia. Aku menanyakan hal itu sebagai suatu ujian bagimu. Apa kau memahami objek yang sedang kau teliti atau tidak." Kata ketua jutek. Tia tidak ngeh. Dia terlihat menggelengkan kepalanya. Sepertinya, kapasitas mental anak tersebut belum cukup untuk menjangkau hal semacam itu. "Sepertinya kau tidak mengetahui jawabannya. Baiklah kalau begitu, aku akan menjelaskan. Tapi tentu, kau harus mendengarkan setiap kata yang terucap dengan baik-baik."
***
      Tidak ada satupun peninggalan tertulis yang menegaskan asal dari kata "TarukoPedang." Satu-satunya yang dapat dijadikan acuan sebagai sumber sejarah dari asal-muasal nama tempat ini adalah, ya, bagaimana lagi, sebuah legenda yang menceritakan tentang tujuh orang pengguna pedang terkuat pada zaman dahulu.
      Konon, daerah ini dahulunya tidak lain dari hamparan hutan yang begitu luas dan lebat. Senjata manusia biasa tidak sanggup membuka lahan yang ada di sini. Bahkan beberapa inovasi aneh, seperti membakar hutan, juga tidak sanggup melenyapkan keperkasaan dari hutan kuno itu. Meski asapnya sudah begitu bergumul, sampai-sampai memutihkan langit dan bumi, hanya sedikit bagian yang betul-betul berubah menjadi abu. Pedang?? Tidak bisa juga.
      Lalu, darimana asal kata "TarukoPedang"?? Padahal di pengakuan sebelumnya, "pedang" pun tidak bisa mengalahkan keperkasaan hutan kuno itu. Jawabannya sederhana, dan itu terlukis di dalam beberapa syair kuno:
Lihatlah di suatu jalan
Ketika hari kegelapan
Mereka datang dengan harapan
Suatu masa yang indah rupawan
Â
Tujuh orang datang berwibawa