Mohon tunggu...
Arwina
Arwina Mohon Tunggu... Pengacara - Paralegals and Legal Consultant

Certified Paralegals on Indonesian Sharia Advocates Associations

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

MDTQN Benteng Suryalaya Gelar Dialog Agama tentang Kecerdasan Spiritual di Kampung Inggris

1 Januari 2024   21:45 Diperbarui: 1 Januari 2024   21:50 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Abah Ali dan Ustadz Zuhri - Sumber Gambar: Dokumentasi Nowadays English (Fuad/Nowish)

Hari ini banyak orang menolak dan takut belajar tarekat karena harus mencintai Allah seperti nabi dan mengikuti prestasi nabi. Pertanyaannya, bisakah orang langsung mencintai Allah tanpa mengenal? Sama halnya seperti mencintai orang tanpa mengenal terlebih dahulu tentu tidak bisa.

Lalu kita mulai darimana belajar agama itu? Sekarang lihat nabi pertama kali belajar apa. Sama halnya, sampean disuruh niru orang kaya, sekarang lihat orang-orang kaya itu? dulu itu pertama kali mereka jualan apa? Rasulullah dulu pertama kali menerima pelajaran apa? Setelah nabi berkhalwat di goa hira' bertahun-tahun dapat pelajaran pertama itu adalah iqra' (membaca). Padahal Rasulullah SAW itu buta huruf, lalu bagaimana dengan perintah membaca. Kemudian oleh para malaikat Rasulullah dibisikkan, diajarkan "menyebut-nyebut nama Allah". Ternyata perintah "membaca" ini adalah passwordnya dzikir, yaitu dengan menyebut-nyebut nama Allah.

Sumber Gambar: Dokumentasi Nowadays English (Fuad/Nowish)
Sumber Gambar: Dokumentasi Nowadays English (Fuad/Nowish)

Jadi pertama kali tugas Rasulullah itu adalah menyebut-nyebut nama Allah, berdzikir dulu. Dekat dulu dengan Allah dan melibatkan Allah. Kita semua orang islam tidak ada yang tidak berdzikir kepada Allah. Tidak ada yang tidak ingat kepada Allah. Masalahnya sekarang yang kualitas ingatannya itu sejauh mana. Kita ingat kepada Allah itu kapan? Waktu shalat mungkin ingat, kita upayakan untuk ingat. Tapi sebelumnya? Kemudian setelahnya? Kualitas ingat kita itu seberapa? Jadi kekosongan-kekosongan tidak ingat Allah itu tadi adalah saat-saat untuk iblis mendominasi. 

"Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman: "Hai orang-orang beriman.. kapan kamu serius dekat dengan Tuhan?" Dalam ayat tersebut terdapat perintah "Utuhkan imanmu dengan kalimat laa ilaaha illallah", yaitu kalimat tauhid, supaya imannya kuat. Dengan mengingat (dzikir) ismu dzat ini tentu semuanya otomatis tidak ada yang dituhankan selain Allah, seperti uang, anak, harta, karir". 

Kualitas iman menjadi bagus dari dzikir, kualitas tauhid bagus dari dzikir. Dan ini perlu ditanamkan bibit kedalam hati (qolbu). Jika tidak ada bibitnya ga bisa khusyuk. Sesungguhnya shalat itu berat kecuali untuk yang khusyu. Dan khusyu' itu bisa didapatkan apabila hatinya tentram, dan jika hatinya tidak tentram maka tidak bisa khusyu'. Dasar hati bisa tentram "hanya dengan berdzikir hati bisa tentram".

Mudah mudahan yang mau mengambil pengetahuan ini hanya membutuhkan waktu 15 menit, utama, mudah, ga sulit, dzikir ini membantu dan untuk menyelesaikan semua masalah. Mengambil dzikir ismu dzat laa ilaaha illallah ini, semua orang bisa mengambilnya. Bahkan orang yang paling bodoh pun bisa mencapainya. 

Aksesya belajar agama itu semuanya mulainya dari sini. Dengan belajar mengenal Allah, belajar dzikir ismu dzat dan mengikuti Nabi. Yaitu mengikuti apa yang pertama kali diperintahkan kepada Nabi, bukan langsung mengikuti prestasi Nabi. Thariqat membantu itu semuanya, membantu kita untuk belajar mengingat Allah dengan mengikuti jalan orang-orang kembali kepada Allah.

Setelah KH. Mohammad Ali Hanafiah Akbar menutup dialog agama, rangkaian acara ditutup dengan pengambilan ijazah belajar dzikir "ismu dzat laa ilaaha illallah" dan shalat dzuhur berjamaah. (win)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun