"Apabila kalimatnya yang afdhal itu sudah kita pakai dengan cara yang mudah, tentu nanti diberi cara (metodologi) yang mudah dan tidak sulit. "Allahumma yassir wa la tu'assir"Â Ya Allah permudahkanlah, jangan persulit. Nah kalimat laa ilaaha illallah inilah yang bisa kita pakai di semua kalangan, baik pedagang, mahasiswa, karyawan, TNI, POLRI, direktur, pengacara, bahkan sampe pengangguran banyak acara bisa dipakai tanpa hambatan. Kenapa begitu? Karena caranya yang sangat mudah dalam mengamalkannya".
"Nah terkait metode caranya, dzikir kalimat ini tidak hanya sekedar diucap. Melainkan harus ditalqinkan, dituntunkan, ditanamkan, ditancapkan, dimasukkan, dibentengkan ke dalam dada ruh manusia. Ini yang paling penting sesuai dengan hadist Nabi SAW supaya qolbu (hati) kita baik dan bersih".Â
Membangun Kecerdasan Spiritual dengan Berdzikir Kepada Allah
Kemudian memasuki materi inti yang disampaikan oleh KH. Mohammad Ali Hanafiah Akbar sebagai berikut:Â
"Ikhwan wal akhwat... kita itu disuruh untuk berguru. Dan mencari guru itu tidaklah mudah. Apalagi kondisi saat ini ilmu itu sudah sangat terbuka luas. Di youtube ini semua pengetahuan tidak ada yang tersembunyi. Tinggal bagaimana caranya kita bisa mengambil pelajaran dengan benar. Maka dari itu saya memulainya. Dari mana kita mulai berguru".Â
"Bukan cari gurunya dulu yang baik. Biar gurumu baik, kalo kamu hatinya ga baik. jadi niatnya dulu. Kalo kita punya niat, kita punya niat untuk bagaimana supaya dekat kepada Allah. Sudahkah niatnya itu niat yang baik? kalo ketemu guru yang tidak baik ga masalah. Ga baik, ga baik, ga baik, pasti ga masalah guru tidak baik, karena pasti akhirnya baik kalo niatnya baik".
"Dalam ilmu tasawuf, yang memilih guru itu adalah Rasulullah. Setelah Rasulullah meninggal digantikan oleh sahabat, setelah sahabat meninggal digantikan oleh tabi'in, dan begitu seterusnya hingga para ulama yang meneruskan. Mereka semua adalah orang terpilih yang bersambung sanadnya. Dan mereka itu tidak dipilih orang banyak, melainkan dipilih oleh Rasulullah SAW (gurunya), karena yang mengetahui muridnya itu hanya gurunya, ga mungkin orang lain. Dan yang dipilih itu pasti waliyullah. Kemudian kualitas kita ini sebagai murid tergantung kualitas gurunya".
"Ulama ada tiga, dan ini semuanya benar, ulama tontonan yang biasanya kita tonton untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan metoda. Ulama panutan yang biasanya ada di Pondok Pesantren, disana kalo ga manut biasanya disuruh pulang, jadi harus manut. Kemudian ulama tuntunan, tidak mungkin sampean dituntun itu ga sampai tujuan, apalagi yang menuntun ini memang dia guru yang punya otoritas untuk menuntun. Ulama tasawuf ini rata-rata ulama tuntunan. Makanya ga ada yang ketinggalan. Dasarnya apa "Ikuti jalan orang-orang kembali", kita disuruh mengikuti bukan disuruh belajar. Jadi ga ada yang ketinggalan, baik yang bodoh, pintar, semuanya dituntun bisa wushul kepada Allah".
"Zaman sekarang ini banyak orang yang pintar dan melampaui kepintarannya. Tapi banyak orang yang tidak paham sehingga ilmu pengetahuannya sudah sangat cukup dan sampai langit, tapi orangnya masih ada di bumi. Kenapa? Karena pada umumnya hari ini kebanyakan ceramah kita diajak untuk mengikuti prestasi nabi. Siapa yang bisa mengikuti prestasi nabi? cinta, ikhlas, pintar, itu semua prestasi nabi. Qonaah, zuhud, nabi tidak pernah kenyang, banyak lapar, tidak tidur".Â