Mohon tunggu...
Arwina
Arwina Mohon Tunggu... Pengacara - Paralegals and Legal Consultant

Certified Paralegals on Indonesian Sharia Advocates Associations

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

MDTQN Benteng Suryalaya Gelar Dialog Agama tentang Kecerdasan Spiritual di Kampung Inggris

1 Januari 2024   21:45 Diperbarui: 1 Januari 2024   21:50 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Abah Ali Menyampaikan Motivasi dan Dialog Agama - Sumber Gambar: Dokumentasi Nowadays English (Fuad/Nowish)

MDTQN (Majelis Dzikir Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah) Benteng Suryalaya menggelar acara dialog Agama dengan tema kecerdasan spiritual sebagai solusi untuk gen-z. Acara yang diikuti lebih dari 100 peserta ini diselenggarakan di Aula Nowadays English, Jalan Brawijaya Nomor 88 Tulungrejo Pare. 

Acara dimulai pada pukul 08.00 WIB dengan pembacaan tawassul dan maulid simthudduror yang diikuti oleh seluruh jamaah yang mulai berdatangan. Para jamaah tersebut berasal dari Pare dan sekitarnya, yaitu Nganjuk, Plemahan, Plaosan, dan Kediri Kota. 

Dalam acara tersebut turut mengundang MATAN (Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al-Mu'tabaroh An-Nahdliyyah) Kediri Raya, MATAN Pare, Pemerintah setempat, Babinsa, Bhabinkamtibmas, BEM-UKK (Universitas Kahuripan Kediri), Kluster-III Kampung Inggris Pare, Komunitas GUSDURian Pare, DPC APSI (Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia) Kediri, ANSOR Gedangsewu Pare, BANSER Tulungrejo Pare, dan tamu undangan lainnya. 

Kecerdasan Spiritual Sebagai Solusi untuk Gen-Z

Jamaah dan Tamu Undangan dalam Dialog Agama - Sumber Gambar: Dokumentasi Nowadays English (Fuad/Nowish)
Jamaah dan Tamu Undangan dalam Dialog Agama - Sumber Gambar: Dokumentasi Nowadays English (Fuad/Nowish)

Dialog Agama yang bertajuk "Amaliyah dzikir thoriqoh sebagai solusi di era milenial dan gen-z" ini disampaikan oleh KH. Mohammad Ali Hanafiah Akbar Sesepuh TQN Benteng Suryalaya atau akrab dipanggil Abah Ali. 

Acara inti dipandu oleh Imam Syafi'I sebagai pembawa acara dan dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an sekaligus sari tilawah dibawakan oleh Kurniawan dan Ibrahim sebagai petugas. Kemudian dilanjutkan pembukaan dialog agama yang disampaikan oleh KH. Moh. Zuhri. 

Dalam pengantarnya, KH. Moh. Zuhri menyampaikan "zaman milenial seperti saat ini memang membutuhkan sesuatu yang mudah, cepat, dan sistematis. Yang dibicarakan itu maksudnya tidak hanya seputar dalil, melainkan yang dapat merefleksi qolbu (hati) kita. Kenapa hati harus direfleksikan? Jawabannya sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang mengatakan: "Dalam tubuh anak Adam ada segumpal daging, yang mana apabila segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruhnya. Dan apabila segumpal daging itu rusak, maka rusaklah seluruhnya (tubuh manusia tersebut)". Bagaimana solusinya? Solusinya adalah kita mencari sebuah metodologi atau cara yang mudah, sistematis, gampang, dan bisa dilakukan/diamalkan oleh siapa saja".

"Dahulu ada seorang sahabat yang bertanya kepada Nabi SAW "Adakah ibadah yang bisa dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, taqarrub ila Allah, dan yang bisa diamalkan semudah-mudahnya?" Ini adalah pertanyaan yang sangat sesuai sekali dengan keadaan kita. Pertanyaan ini pas sekali dengan kondisi zaman sekarang ini. Saat ini kita ada di zaman sibuk. Di zaman ini kita tidak mau bertele-tele dan berlama-lama".

"Pada saat itu Rasulullah SAW menjawab "dawamkan dzikir kepada Allah." Lalu mereka bertanya kepada Nabi? Bagaimana caranya berdzikir kepada Allah? Lalu kemudian Sayyidina Ali dibukakan dadanya kemudian ditalqinkan dzikir kalimatul haq "laa ilaaha illallah" ke dalam hatinya".

"Apabila kalimatnya yang afdhal itu sudah kita pakai dengan cara yang mudah, tentu nanti diberi cara (metodologi) yang mudah dan tidak sulit. "Allahumma yassir wa la tu'assir" Ya Allah permudahkanlah, jangan persulit. Nah kalimat laa ilaaha illallah inilah yang bisa kita pakai di semua kalangan, baik pedagang, mahasiswa, karyawan, TNI, POLRI, direktur, pengacara, bahkan sampe pengangguran banyak acara bisa dipakai tanpa hambatan. Kenapa begitu? Karena caranya yang sangat mudah dalam mengamalkannya".

"Nah terkait metode caranya, dzikir kalimat ini tidak hanya sekedar diucap. Melainkan harus ditalqinkan, dituntunkan, ditanamkan, ditancapkan, dimasukkan, dibentengkan ke dalam dada ruh manusia. Ini yang paling penting sesuai dengan hadist Nabi SAW supaya qolbu (hati) kita baik dan bersih". 

Membangun Kecerdasan Spiritual dengan Berdzikir Kepada Allah

Abah Ali dan Ustadz Zuhri - Sumber Gambar: Dokumentasi Nowadays English (Fuad/Nowish)
Abah Ali dan Ustadz Zuhri - Sumber Gambar: Dokumentasi Nowadays English (Fuad/Nowish)

Kemudian memasuki materi inti yang disampaikan oleh KH. Mohammad Ali Hanafiah Akbar sebagai berikut: 

"Ikhwan wal akhwat... kita itu disuruh untuk berguru. Dan mencari guru itu tidaklah mudah. Apalagi kondisi saat ini ilmu itu sudah sangat terbuka luas. Di youtube ini semua pengetahuan tidak ada yang tersembunyi. Tinggal bagaimana caranya kita bisa mengambil pelajaran dengan benar. Maka dari itu saya memulainya. Dari mana kita mulai berguru". 

"Bukan cari gurunya dulu yang baik. Biar gurumu baik, kalo kamu hatinya ga baik. jadi niatnya dulu. Kalo kita punya niat, kita punya niat untuk bagaimana supaya dekat kepada Allah. Sudahkah niatnya itu niat yang baik? kalo ketemu guru yang tidak baik ga masalah. Ga baik, ga baik, ga baik, pasti ga masalah guru tidak baik, karena pasti akhirnya baik kalo niatnya baik".

"Dalam ilmu tasawuf, yang memilih guru itu adalah Rasulullah. Setelah Rasulullah meninggal digantikan oleh sahabat, setelah sahabat meninggal digantikan oleh tabi'in, dan begitu seterusnya hingga para ulama yang meneruskan. Mereka semua adalah orang terpilih yang bersambung sanadnya. Dan mereka itu tidak dipilih orang banyak, melainkan dipilih oleh Rasulullah SAW (gurunya), karena yang mengetahui muridnya itu hanya gurunya, ga mungkin orang lain. Dan yang dipilih itu pasti waliyullah. Kemudian kualitas kita ini sebagai murid tergantung kualitas gurunya".

"Ulama ada tiga, dan ini semuanya benar, ulama tontonan yang biasanya kita tonton untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan metoda. Ulama panutan yang biasanya ada di Pondok Pesantren, disana kalo ga manut biasanya disuruh pulang, jadi harus manut. Kemudian ulama tuntunan, tidak mungkin sampean dituntun itu ga sampai tujuan, apalagi yang menuntun ini memang dia guru yang punya otoritas untuk menuntun. Ulama tasawuf ini rata-rata ulama tuntunan. Makanya ga ada yang ketinggalan. Dasarnya apa "Ikuti jalan orang-orang kembali", kita disuruh mengikuti bukan disuruh belajar. Jadi ga ada yang ketinggalan, baik yang bodoh, pintar, semuanya dituntun bisa wushul kepada Allah".

Sumber Gambar: Dokumentasi Nowadays English (Fuad/Nowish)
Sumber Gambar: Dokumentasi Nowadays English (Fuad/Nowish)

"Zaman sekarang ini banyak orang yang pintar dan melampaui kepintarannya. Tapi banyak orang yang tidak paham sehingga ilmu pengetahuannya sudah sangat cukup dan sampai langit, tapi orangnya masih ada di bumi. Kenapa? Karena pada umumnya hari ini kebanyakan ceramah kita diajak untuk mengikuti prestasi nabi. Siapa yang bisa mengikuti prestasi nabi? cinta, ikhlas, pintar, itu semua prestasi nabi. Qonaah, zuhud, nabi tidak pernah kenyang, banyak lapar, tidak tidur". 

Hari ini banyak orang menolak dan takut belajar tarekat karena harus mencintai Allah seperti nabi dan mengikuti prestasi nabi. Pertanyaannya, bisakah orang langsung mencintai Allah tanpa mengenal? Sama halnya seperti mencintai orang tanpa mengenal terlebih dahulu tentu tidak bisa.

Lalu kita mulai darimana belajar agama itu? Sekarang lihat nabi pertama kali belajar apa. Sama halnya, sampean disuruh niru orang kaya, sekarang lihat orang-orang kaya itu? dulu itu pertama kali mereka jualan apa? Rasulullah dulu pertama kali menerima pelajaran apa? Setelah nabi berkhalwat di goa hira' bertahun-tahun dapat pelajaran pertama itu adalah iqra' (membaca). Padahal Rasulullah SAW itu buta huruf, lalu bagaimana dengan perintah membaca. Kemudian oleh para malaikat Rasulullah dibisikkan, diajarkan "menyebut-nyebut nama Allah". Ternyata perintah "membaca" ini adalah passwordnya dzikir, yaitu dengan menyebut-nyebut nama Allah.

Sumber Gambar: Dokumentasi Nowadays English (Fuad/Nowish)
Sumber Gambar: Dokumentasi Nowadays English (Fuad/Nowish)

Jadi pertama kali tugas Rasulullah itu adalah menyebut-nyebut nama Allah, berdzikir dulu. Dekat dulu dengan Allah dan melibatkan Allah. Kita semua orang islam tidak ada yang tidak berdzikir kepada Allah. Tidak ada yang tidak ingat kepada Allah. Masalahnya sekarang yang kualitas ingatannya itu sejauh mana. Kita ingat kepada Allah itu kapan? Waktu shalat mungkin ingat, kita upayakan untuk ingat. Tapi sebelumnya? Kemudian setelahnya? Kualitas ingat kita itu seberapa? Jadi kekosongan-kekosongan tidak ingat Allah itu tadi adalah saat-saat untuk iblis mendominasi. 

"Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman: "Hai orang-orang beriman.. kapan kamu serius dekat dengan Tuhan?" Dalam ayat tersebut terdapat perintah "Utuhkan imanmu dengan kalimat laa ilaaha illallah", yaitu kalimat tauhid, supaya imannya kuat. Dengan mengingat (dzikir) ismu dzat ini tentu semuanya otomatis tidak ada yang dituhankan selain Allah, seperti uang, anak, harta, karir". 

Kualitas iman menjadi bagus dari dzikir, kualitas tauhid bagus dari dzikir. Dan ini perlu ditanamkan bibit kedalam hati (qolbu). Jika tidak ada bibitnya ga bisa khusyuk. Sesungguhnya shalat itu berat kecuali untuk yang khusyu. Dan khusyu' itu bisa didapatkan apabila hatinya tentram, dan jika hatinya tidak tentram maka tidak bisa khusyu'. Dasar hati bisa tentram "hanya dengan berdzikir hati bisa tentram".

Mudah mudahan yang mau mengambil pengetahuan ini hanya membutuhkan waktu 15 menit, utama, mudah, ga sulit, dzikir ini membantu dan untuk menyelesaikan semua masalah. Mengambil dzikir ismu dzat laa ilaaha illallah ini, semua orang bisa mengambilnya. Bahkan orang yang paling bodoh pun bisa mencapainya. 

Aksesya belajar agama itu semuanya mulainya dari sini. Dengan belajar mengenal Allah, belajar dzikir ismu dzat dan mengikuti Nabi. Yaitu mengikuti apa yang pertama kali diperintahkan kepada Nabi, bukan langsung mengikuti prestasi Nabi. Thariqat membantu itu semuanya, membantu kita untuk belajar mengingat Allah dengan mengikuti jalan orang-orang kembali kepada Allah.

Setelah KH. Mohammad Ali Hanafiah Akbar menutup dialog agama, rangkaian acara ditutup dengan pengambilan ijazah belajar dzikir "ismu dzat laa ilaaha illallah" dan shalat dzuhur berjamaah. (win)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun