Semua orang menyaksikan tangis ku yang menjadi-jadi. Ku goncang tubuh itu sekali lagi namun ibu tak kunjung bangun dari lelapnya. Aku terisak mengingat semua perkataannya suaktu fajar tadi. Bodoh sekali aku yang tidak menyadari bahwa itu adalah sebuah isyarat kepergiannya.
Aku benar-benar menyesal. Andai waktu bisa diulang kembali, tak akan pernah ku lewatkan setiap fajar bersamanya barang sedetikpun.
"Dimana akan ku temukan sosok itu lagi?" Manis senyumnya, indah rambutnya juga lembut sentuhan tangannya. Semua pergi, pergi seperti lampion yang takkan kembali karena hanyut dalam dekapan fajar.
Aku meringis pedih bersandar pada dinding bambu, menarik nafas dengan dalam lalu menghelanya agar rasa ini segera hilang.
"Fajar terakhir kita begitu indah ya bu" Kataku tersenyum lirih
Aku Fahisya Natalia, kini aku tahu arti sebuah fajar yang sesungguhnya
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI