Mohon tunggu...
Arvyno Limahardja
Arvyno Limahardja Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - arvyn

bocil petualang

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Atheis atau Beriman, Komunisme atau Keagamaan?

1 Oktober 2021   21:33 Diperbarui: 1 Oktober 2021   21:35 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

. Di sana, ia bertengkar hebat dengan ayahnya, setelah memperolok ayah dan ibunya karena masih percaya dengan Tuhan. 

Tak lama setelahnya, banyak cobaan demi cobaan yang terus melanda, hingga mulai muncul perasaan bahwa dirinya sudah tersesat terlalu jauh. Sayang, kesadaran pun tak cukup untuk menghentikan permasalahan hidupnya. Hingga akhirnya, terjadilah sebuah peristiwa yang meninggalkan rasa sakit mendalam dalam hati Hasan. Pada saat itu pula, pecahlah kesabaran dan bulatlah tekad Hasan untuk membalaskan dendamnya. Bukannya balas dendam, tapi malah lantunan takbir, disusul dengan kematian yang berhasil didapatkan Hasan.

“Jangan menilai buku dari sampulnya.”, begitulah isi salah satu peribahasa yang tidak asing di telinga masyarakat. Namun, tidak kali ini. Buku karangan Achdiat yang satu ini dibalut dengan sampul berjenis soft-cover. 

Dengan desain sampul yang terkesan klasik, atau bahkan bisa dibilang jadul. Mulai dari penggunaan jenis tulisan, pewarnaan, hingga ilustrasi yang kurang menarik dan menampilkan estetika bagi mata pembaca. Pada sampul, terdapat pula kutipan dari beberapa sastrawan serta kritikus sastra termasyhur, yang memberikan gambaran positif mengenai buku ini. Mungkin, penerbit sengaja menambahkannya supaya bisa meyakinkan para calon pembaca. 

Di satu sisi, buku ini memang praktis untuk dibawa pergi oleh pembacanya, yang didukung dengan dimensi ukurannya yang tergolong kecil, yakni lebar 13,5 cm dan panjang 20 cm. Namun, rentannya buku tertekuk oleh karena penggunaan sampul berjenis soft-cover, serta desain sampul yang kurang menarik menjadi sekian dari sedikit hal yang bisa diperbaiki.

Dalam proses penciptaan sebuah karya sastra, seringkali pengarang perlu melalui proses perenungan pengalaman hidupnya serta keadaan masyarakat. Jika kita bicara soal isi cerita secara keseluruhan, maka bisa dirasakan pengaruh daripada buah pemikiran dan perasaan Achdiat, serta pandangan beliau atas kehidupan di era pasca-kemerdekaan dalam penulisannya. 

Bahkan, novel Achdiat yang satu ini bisa dianggap sebagai sebuah dokumentasi sosial budaya karena menangkap realita dari masa tertentu. 

Realita yang ditonjolkan dalam novel tersebut, berkaitan dengan masa pada saat ideologi Marxisme-Komunisme dengan ideologi Islamisme, yang dipersonalisasikan dalam cerita perjalanan iman Hasan. Pertarungan di antara kedua ideologi tersebut dibahas secara kental sepanjang novel tersebut. 

Membaca buku ini membuat kita mengetahui sebuah perbedaan yang paling mencolok di antara keduanya, yakni kepercayaan akan kehadiran Tuhan. Kaum berhaluan kiri atau komunis, tidak percaya dengan keberadaan Tuhan sebab mereka hanya mempercayai hal-hal yang bisa diinderakan. 

Ideologi ini diwakilkan secara sejati oleh sosok Anwar, yang mempercayai bahwa Tuhan adalah hasil ciptaan manusia sebagai entitas yang bisa menjawab ketidaktahuan manusia. 

Sementara, penganut Islam meletakkan kepercayaan akan Tuhan dan dunia gaib sebagai salah satu rukun imannya. Keberadaan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, tugasnya tiada lain adalah untuk beribadah. Hasan menjadi perwakilan, yang dengan tepat mampu menggambarkan kehidupan beragama seorang Islam yang taat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun