Mohon tunggu...
arvindaisnaini putri
arvindaisnaini putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswi Universitas Airlangga semester 1 dengan prodi D3 Perpajakan fakultas vokasi. Kesibukan saya selain seorang mahasiswi aktif saya juga bekerja sebagai guru pada sebuah bimbingan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kurangnya Kesadaran akan Dampak Buruk Seksualitas dan Perlunya Pendidikan Seksual pada Sekolah di Indonesia

1 Desember 2024   21:55 Diperbarui: 1 Desember 2024   22:17 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain masalah yang melibatkan anak SD tersebut ada juga anak yang dibawah umur namun sudah menginjak tahap remaja. Hal ini dimulai dengan gaya berpacaran mereka dengan kekasihnya yang sudah terlalu cinta hingga mau melakukan hal hal yang mendekati seksual.

Usia 18 tahun keatas yang mayoritas peraturan di Indonesia menyebut bahwa memasuki usia dewasa, seksual ini juga tetap tidak diperbolehkan selagi belum menjalankan hubungan pernikahan. Namun, banyak kalangan muda yang melanggar aturan tersebut yang menyebabkan jumlah persentase pernikahan dini di Indonesia masih tergolong banyak. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo melakukan hubungan seks pada remaja. Ia menyebutkan bahwa hubungan seks remaja di usia 15-19 tahun mengalami peningkatan. Ia menyebut bahwa persentase perempuan usia 15-19 tahun yang melakukan hubungan seksual ada di 59 persen, sedangkan pada laki-laki berada di angka 74 persen.

Selain melanggar norma agama, terdapat juga dampak dari perilaku seksual, yaitu:

  • Penyakit kelamin seperti sipilis, HIV, gonore, dan klamida
  • Konsekuensi psikologis
  • Depresi dan OCD (Obsessive-compulsive disorder)

Mengenai hal tersebut, Pendidikan mengenai seksualitas ini sangat diperlukan. Selain melalui jenjang sekolah, pendidikan dan pengawasan secara pribadi dengan orang tua juga sangat diperlukan. Contoh penerapan Pendidikan seksual pada jenjang sekolah:

  • Memberikan edukasi tentang seksual
  • Menjelaskan dampak apabila melakukan seksual
  • Melakukan kampanye

Contoh yang dapat dilakukan oleh orang tua mengenai Pendidikan dan pengawasan tentang seksual:

  • Mengajarkan pentingnya privasi dan persetujuan dalam interaksi sehari-hari
  • Mengajarkan perbedaan sentuhan yang baik dan sentuhan yang buruk
  • Orang tua harus bersikap terbuka dan jujur
  • Mengajarkan Anak tentang keamanan di dunia digital dan memantau aktivitas online mereka
  • Menjelaskan tentang Menstruasi dan perubahan fisik lainnya
  • Mengajarkan tentang Kesehatan Reproduksi

Dalam hal ini, orang tua sangat berpengaruh terhadap masalah seksualitas pada anak, karena orang tua bertanggung jawab besar atas pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun