Mohon tunggu...
ARVI AMARTYA BRACILLA
ARVI AMARTYA BRACILLA Mohon Tunggu... Mahasiswa - pembelajaran

Mahasiswi S1 Reguler - Dosen Prof.Dr.Apollo M.Si.Ak - Arvi Amartya Bracilla - NIM 43220010165 - Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuis 13 Teori Akuntansi: Akuntansi sebagai Seni memahami Hermeneutika dan Semiotika

5 Juni 2022   16:35 Diperbarui: 5 Juni 2022   16:41 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Akuntansi juga merupakan teknik untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas transaksi dan peristiwa yang bersifat keuangan dan menafsirkan hasilnya dengan cara tertentu, dalam  satuan mata uang. Lantas mengapa akuntansi disebut seni karena bisa dilihat dari cara penerapannya?

Ada banyak cara untuk mencatat transaksi keuangan  dalam akuntansi. Yaitu, pencatatan perdagangan dalam jurnal umum,  pencatatan transaksi dalam jurnal pembelian  dan pengeluaran, dan banyak contoh teknik pencatatan transaksi keuangan lainnya. Seni transaksi keuangan dapat diartikan sebagai siklus akuntansi keuangan, tetapi mengapa diartikan sebagai seni pencatatan transaksi keuangan? Karena siklus akuntansi adalah  proses pembuatan laporan keuangan akuntansi, siklus akuntansi keuangan dapat diartikan sebagai bagian dari teknik perakitan dan pencatatan semua transaksi keuangan yang terdapat dalam pembukuan. Hal ini dikarenakan siklus akuntansi memiliki tahapan untuk mencatat transaksi dalam jurnal, dan  siklus akuntansi memiliki tahapan yang lebih banyak. Akuntansi sebagai teknik pencatatan transaksi keuangan sangat banyak digunakan dalam dunia bisnis dan industri. Peran akuntansi juga dapat diterapkan pada bidang pemerintahan, politik, masalah sosial, budaya dan organisasi lainnya.

Desain dan Metode Penelitian

penggunaan kata"hermeneutika"merupakan bentuk singular dari bahasa Inggris, hermeneutics dengan huruf "s", dalam transliterasi Indonesia disertakan huruf "a" sehingga menjadi "hermeneutika". Dengan memilih istilah "hermeneutika", menurut Palmer (2003), memiliki keuntungan antara lain: dapat menunjuk kepada bidang hermeneutika secara umum, dan membedakan spesifikasi. Misalnya, Hermeneutik HansGeorg Gadamer membedakannya dengan bentuk adjektif "Hermeneutik"(hermeneutic tanpa hurup "s") atau "henneneutis" (hermeneutical). Oleh sebab itu,"hermeneutik" cenderung terdengar sebagai adjektif, kecuali disertai "the". Kata "hermeneutika" (hermeneutics) merupakan kata benda (noun).Kata ini mengandung tiga arti : (1) ilmu penafsiran, (2) ilmu untuk mengetahui maksud yang terkandung dalam katakata dan ungkapan penulis, dan (3) penafsiran yang secara khusus menunjuk kepada penafsiran kitab suci (Faiz, 2003:21). Tapi F Menurut Budi Hardiman, kata "hermeneutika" dapat didefinisikan dalam tiga pengertian: (1) Ekspresikan pemikiran Anda dalam kata-kata, terjemahkan, dan bertindak sebagai juru bahasa. (2) Upaya pengalihan dari  bahasa asing yang  tidak masuk akal ke  bahasa lain yang dapat dipahami oleh pembaca. (3) Peralihan ekspresi pikiran yang tidak jelas diubah menjadi ekspresi yang jelas (Faiz, 2003: 22). Oleh karena itu, "hermeneutika" dalam kegiatan penafsirannya selalu mengacu pada tiga unsur: (1) tanda, pesan, atau teks yang menjadi sumber atau sumber interpretasi yang terkait dengan pesan yang dibawa oleh Herms. (2) Interpreter atau juru bahasa (Hermes); (3) Penyampaian pesan  oleh  perantara agar penerima dapat mengerti dan  menerima (Faiz, 2003: 21).

Hermeneutika pada awal perkembangannya lebih cenderung sebagai gerakan eksegesis di kalangan gereja, kemudian berkembang menjadi "filsafat penafsiran" yang dikembangkan oleh F.D.E. Schleiermacher. Ia dianggap sebagai "Bapak Hermeneutika Modem" sebab membakukan hermeneutika menjadi metode umum 11 interpretasi yang tidak terbatas pada kitab suci dan sastra. Kemudian, Wilhelm Dilthey mengembangkan hermeneutika sebagai landasan bagi ilmu kemanusiaan (Geisteswissenschaften). Setelah itu, HansGeorg Gadamer mengembangkan hermeneutika menjadi metode filsafat, terutama di dalam bukunya yang terkenal Truthand Method. Selanjutnya, hermeneutika lebih jauh dikembangkan oleh para filosof, seperti Paul Ricoeur, Jurgen Habermas, dan Jacques Derrida. Perkembangan hermeneutika ini merambah ke berbagai kajian keilmuan. Ilmu yang terkait erat dengan kajian hermeneutika adalah ilmu sejarah, filsafat, hukum, kesusastraan, dan ilmu pengetahuan tentang kemanusiaan. Sekalipun hermeneutika mengalami perkembangan pesat sebagai "alat menafsirkan" berbagai kajian keilmuan, namun demikian jasanya yang paling besar ialah dalam bidang ilmu sejarah dan kritiks teks, khususnya kitab suci (Faiz, 2003). Dalam perkembangannya, hermeneutika mengalami perubahanperubahan. Gambaran kronologis perkembangan pengertian dan pendefinisian Hermeneutika dengan lengkap diungkapkan oleh Richard E. Palmer ditampilkan dalam bukunya "Theory of Hermeneutics by Schlermacher, Dilthey, Heidegger and Gadamer" (1969). Buku ini diterjemahkan oleh Musnur Hery menjadi The New Hermeneutic Theory of Interpretation (2003). Di dalam buku, Palmer (2003:33) membagi perkembangan hermeneutika menjadi enam kategori, yakni sebagai berikut.

(1) Hermeneutika sebagai teori penafsiran kitab suci

(2) Hermeneutika sebagai metode filologi

(3) Hermeneutika sebagai pemahaman linguistik,

(4) Hermeneutika sebagai fondasi dari ilmu kemanusiaan

(5) Hermeneutika sebagai fenomenologi desain

(6) Hermeneutika sebagai sistem interpretasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun