Membangun Kesadaran Bersama antar umat Beragama untuk Menjaga Kelestarian lingkungan
Naufaldi Miftahul Akbar (07040221071)
Arvanda Putra Alfirdaus (07040221064)
Abstrak
Membangun warga negara untuk pelestarian lingkungan merupakan hal yang amat penting sekarang ini. Sebab realitasnya hingga saat ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat dalam berbagai bentuk perilaku mencerminkan ketidakpedulian terhadap lingkungan serta antar umat beragama disekitarnya. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dan umat beragama ini terjadi tidak hanya pada sekelompok orang tertentu, tetapi meliputi hampir semua kalangan. Oleh karena itu, konsep utama yang digali dalam penelitian ini adalah kesadaran lingkungan. Agama dapat berperan dalam menanggulangi krisis ekologi dengan lima resep dasar yaitu Reference, Respect, Restrain, Redistribution, dan Responsibility. Para pemimpin agama juga berperan penting dalam membangun kesadaran umatnya untuk ikut serta dalam pelestarian lingkungan.
PENDAHULUANÂ
Membangun warga negara untuk pelestarian lingkungan merupakan hal yang amat penting sekarang ini. Sebab realitasnya hingga saat ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat dalam berbagai bentuk perilaku mencerminkan ketidakpedulian terhadap lingkungan serta antar umat beragama disekitarnya. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dan umat beragama ini terjadi tidak hanya pada sekelompok orang tertentu, tetapi meliputi hampir semua kalangan, baik terjadi pada tingkat individu rumah tangga, komunitas kecil perambah hutan, maupun pada tingkat organisasi seperti perusahaan. Bahkan pada tingkat intelektual, seperti cendekiawan yang melontarkan ide-ide pembangunan masa depan, tetapi tidak mengagendakan masalah lingkungan yang bisa disejajarkan dengan masalah politik, ekonomi, teknologi, dan kualitas sumber daya manusia.
Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup ini tidak hanya terjadi pada kelompok populasi tertentu, namun berdampak pada hampir seluruh kelompok, baik pada tingkat individu rumah tangga, komunitas kecil penghuni hutan, maupun organisasi seperti dunia usaha. Bahkan pada tingkat intelektual, seperti para ilmuwan yang mengajukan ide-ide untuk pembangunan di masa depan, isu-isu lingkungan yang dapat diselaraskan dengan isu-isu politik, ekonomi, teknologi, dan kualitas manusia yang tidak ada dalam agenda.
Hal ini menyusul hasil Konferensi Dunia Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diselenggarakan di Stockholm pada tanggal 5 Juni 1972, yang berupaya melestarikan dan mengendalikan kerusakan lingkungan akibat meningkatnya industrialisasi baik di negara maju maupun berkembang. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap perlindungan lingkungan sehingga menyebabkan kerusakan ekosistem. Al Gore (1992: 3) berpendapat bahwa akar dari krisis ini adalah menumpulkannya sisi spiritual manusia dalam memahami hakikat logika dengan lingkungan alam. Gollman (2009: 24) berpendapat bahwa ``Di dunia yang tidak lagi kita tinggali, otak kita dipersiapkan untuk menjadi sangat waspada terhadap bahaya olahraga, namun di dunia yang kita tinggali saat ini. Hanya pada tingkat individu, tetapi juga kecerdasan kolektif dan kesadaran kolektif harus berkembang. Oleh karena itu, konsep utama yang digali dalam penelitian ini adalah kesadaran lingkungan.
LATAR BELAKANGÂ
Program kesadaran lingkungan dalam dunia pendidikan memiliki tantangan yang berat, seperti kebiasaan membuang sampah sembarangan, pola hidup kurang bersih, dan perilaku hidup boros. Hal ini terlihat dari keberadaan sampah yang berserakan di halaman sekolah, debu pada kaca dan meja kelas, serta penggunaan air dan kertas yang berlebihan. Perilaku hidup tidak ramah lingkungan tersebut akan membudidaya hingga kehidupan berikutnya. Oleh karena itu, menanggulangi permasalahan lingkungan harus dimulai dari proses menanggulangi perilaku manusia.