Mohon tunggu...
Arum Kusumo Rahayu
Arum Kusumo Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UNJ

Saya adalah seorang mahasiswi aktif Prodi Pendidikan Sosiologi UNJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gaya Berpacaran pada Mahasiswa Politeknik Negeri Nusa Utara dapat Menyebabkan Kekerasan Seksual

17 Desember 2022   14:48 Diperbarui: 17 Desember 2022   15:06 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Kasus Kekerasan Seksual 

Kasus kekerasan seksual bukan cuma terjadi pada pasangan yang telah menikah saja. Ternyata banyak sekali kasus kekerasan seksual yang terjadi diluar pasangan yang sudah menikah. Salah satu contohnya yaitu terjadi pada pasangan yang masih pacaran. Kekerasan seksual yang terjadi pada pasangan yang masih pacaran biasanya terjadi karena secara sengaja memaksa pasangannya dan bisa menjadikan pasanganya itu takut.

Data dari komnas perempuan bahwa sejak tahun 2010 terjadi 1000 kasus kekerasan dalam pacaran. Nah tahun 2011 itu sudah tercatat laporan kasus kekerasan seksual dalam pacaran sebanyak 1405, sedangkan tahun 2016, tercatat sebanyak 2734 kasus kekerasan dalam pacaran atau dating violence. Bahkan Lembaga bantuan hukum (LBH) APIK tahun 2015 menangani 23 kasus kekerasan dalam pacaran, 22% mengalami kekerasan seksual, 35% ingkat janji dalam pernikahan, 26% mengalami kekerasan fisik, dan 17% mengalami kekerasan dalam bentuk pemanfaatan ekonomi oleh pelaku.

Kasus yang terjadi pada mahasiswa keperawatan di Politeknik Negeri Nusa Utara adalah seorang perempuan, ada juga laki-laki tetapi tidak banyak. Perempuan tersebut kebanyakan dari umur 18 sampai 21 tahun dan ada juga yang 22-25 tahun tetapi tidak banyak. Pada kasus kekerasan seksual yang terjadi pada mahasiswa keperawatan di Politeknik Negeri Nusa Utara termasuk sangat rendah. Rendah yang dimaksud yaitu masuk ke kategori yang rendah dengan 21% sampai 40%.

Ada beberapa aspek kekerasan seksual dalam berpacaran. Yang pertama ada aspek fisik contohnya seperti dicubit, digigit, ditampat, ditendang, dipukul, dijambak, dicakar, dan disulutkan punting rokok. Yang kedua ada aspek psikis contohnya seperti dicurigai, dibandingkan sama orang lain, diabaikan, diancam, tuduh selingkuh, ditinggal selingkuh pacar, direndahkan di depan umum, dan dihina. Yang ketiga ada aspek ekonomi contohnya sepeti diminta untuk traktir, dipinjam benda yang dimiliki dan tidak dikembalikan, dan diminta buat membayar hutang. Yang keempat ada aspek sosial contohnya seperti dibuka dan dilihat isi handphone, selalu diperhatikan, dilarang jalan sama orang lain, membatasi aktifitas, dibatasasi berteman, dan dilarang bertemu keluarga. Yang terakhir ada aspek seksual contohnya seperti tubuh diraba, dipaksa buat dipeluk, dipaksa buat ciuman, dipaksa buat berhubungan seksual, dan dipaksa buat berhubungan seksual dengan alasan untuk memperbaiki hubungan.

Dari beberapa aspek yang tadi sudah disebutkan dan dijelaskan, pada kekerasan seksual mahasiswa keperawatan di Politeknik Negeri Nusa Utara, paling banyak dialami adalah yaitu aspek fisik dengan dicubit sekitar 53,4%, kemudian aspek psikis dengan dicurigai sebanyak 84,73%, kemudian ada aspek ekonomi seperti diminta untuk traktir sebanyak 16,03%, selanjutnya ada aspek sosial dengan diperiksa handphonenya sebanyak 86,25%, dan yang terakhir adalah aspek seksual dengan diraba tubuhnya sebanyak 32,82%.

 

Teori yang Digunakan dan Kaitannya dengan Kasus Tersebut

Teori yang dipakai pada kasus ini ialah teori konflik dengan tokohnya yaitu Lewis A. Coser. Beliau menyebutkan konflik ini bisa berdampak positif dan bisa juga negatif. Konflik ini adalah sebuah interaksi sosial. Konflik bisa membantu masing-masing dari pihak yang lebih memahami kebutuhan satu sama lain dan dapat memperkuat ikatan yang terjalin. Dalam kasus yang sudah dijelaskan tadi, konflik yang terjadi yaitu adalah adanya kekerasan dari berbagai aspek kekerasan dalam berpacaran. Jadi konflik tersebut telah menyinggung tema inti maka konflik tersebut dapat menyebabkan hal yang negatif seperti contoh akhirnya sebuah hubungan. Tema inti dari tiap pasangan yang berpacaran itu berbeda-beda. Contohnya seperti kurangnya perhatian dapat sebagai tema inti, dicubit dan dipukul sebagai tema intinya. Jadi kesimpulannya adalah jika konflik tersebut sudah mengenai tema inti, maka akan berakhir sebuah hubungan yang ada. 

Lewis A. Coser mengemukakan beberpa tipe konflik yaitu ada konflik realistis (bersifat langsung), konflik nonrealistis (bersifat tidak langsung), serta konflik realistis tanpa antagonisme (bisa terjadi karena dari masing-masing pihak Cuma menempatkan dirinya pada status dan peran. Pada beberapa tipe konflik tersebut pasti ditemui dalam konflik hubungan berpacaran. Pada kasus tersebut lebih masuk kepada tipe konflik yaitu konflik realitas. Dimana dalam kasus kekerasan seksual ini salah satu pasangan menjadi penyebab dari konflik tersebut. Contohnya pada kasus tersebut adalah salah satu pasangan meraba tubuh pasangannya. Itu dapat menyebabkan konflik dalam hubungan pacaran tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun