Mohon tunggu...
Arulia Posa
Arulia Posa Mohon Tunggu... Relawan - Teacher in Literature and Humanities

Education is my world. Literature is my entertainment. Making as many networks as possible is my way of getting to know various human characters. Exploring the world of children by telling stories and storytelling makes me more excited. Humans are social creatures, cannot live alone without the help of others. If we give, one day we will receive. Not because they want to get a reward for what has been given, but because God's law is like that. If we do good, other people will do good to us. Always believe that what God gives is the best for life, not only for now but also for the best in the future.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hebat Bercerita dengan Metode "BaKu LuNit"

16 Februari 2023   10:52 Diperbarui: 16 Februari 2023   11:10 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hebat Bercerita dengan Metode BaKu LuNit (Baca buKu sepuLuh meNit)

"Dengan membaca engkau mampu membuka cakrawala. Lewat menulis ada banyak karya yang kau ciptakan. Melalui cerita yang kau sampaikan maka akan ada jutaan imajinasi yang dikembangkan."

Menjadi seorang guru tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran dan sukses membuat murid menjadi paham tentang ilmu pengetahuan. Sejatinya seorang guru juga mengemban tugas agar murid-murid bisa berkembang sesuai bakatnya serta mampu menyampaikan pendapatnya di depan umum. 

Salah satu kemampuan menyampaikan pendapat di depan umum adalah hebat bercerita/mendongeng di depan teman-temannya. Kadang murid mampu berbicara dengan teman-temannya di luar jam pembelajaran, mengobrol dan tertawa dengan riang namun "nyalinya" mulai ciut ketika diminta untuk mengungkapkan pendapat.

Pada kenyataannya masih ada sebagian murid yang sebetulnya mampu dan yakin merasa benar, namun karena enggan atau bahkan mungkin tidak percaya diri maka mengurungkan keinginan untuk mengungkapkan pendapat. 

Sebagai seorang guru tentulah hal tersebut menjadi problem dalam pembelajaran. Karena sangat diharapkan dalam proses belajar mengajar terdapat komunikasi dua arah sehingga pembelajaran berjalan lancar. 

Berdasarkan kondisi itulah yang membuat saya sebagai seorang pendidik ingin sekali meningkatkan kepercayaan diri anak-anak melalui program membaca buku cerita secara mandiri yang bisa dilakukan di rumah maupun di perpustakaan sekolah. 

Selama program itu berlangsung dan dengan pantauan, ada kejanggalan yang bermunculan. Ternyata ada murid yang tidak membaca buku dan juga ada sebagian murid yang membaca buku tapi sekedar menggugurkan tugas yang diberikan. Sehingga murid tersebut tidak mendapatkan feel atas buku yang dibaca.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Belajar dari kondisi-kondisi yang dialami murid maka terciptalah sebuah ide untuk menyempurnakan program baca buku secara intensif dan terstruktur dengan metode BaKu LuNIT. 

BaKu LuNit adalah program membaca buku serentak yang diikuti seluruh murid dan terdapat waktu khusus untuk mengembangkan keterampilan berbicara lewat menyampaikan isi dari buku yang telah dibaca. Bahkan murid-murid juga bisa mengembangkan isi dari buku yang dibaca jika memang mereka memiliki pengetahuan tambahan terkait pokok bahasan dalam buku tersebut.


Dokpri
Dokpri
Buku yang dibaca apakah buku pelajaran? Sangat tidak wajib. Mengapa? Karena memang program ini dibuat untuk merefresh kembali pikiran anak-anak dan lebih utamanya untuk mengembangkan imajinasi murid sehingga mereka lebih leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya. 

Buku yang dibaca sebagian besar adalah buku cerita ringan. Lalu bagaimana jika murid-murid memiliki karakter dengan lebih menyukai buku dengan tema pengetahuan? Tentunya sangat bisa. 

Dewasa ini banyak buku pengetahuan yang dikemas begitu menarik dan "renyah" dibaca anak-anak, seperti ensiklopedia anak, buku cerita sains, bahkan juga ada komik sains yang konon lebih mudah dipahami anak-anak dengan gaya belajar visual. 

Program baca buku ini tidak hanya dilakukan di perpustakaan sekolah saja. Untuk mendukung peningkatan literasi murid-murid maka di dalam kelas juga disediakan pojok baca yang bisa digunakan murid untuk mengisi waktu luang dengan membaca buku.

Dokpri
Dokpri
Program berjalan secara lancar dan lambat laun ada banyak perubahan dan perkembangan yang ditunjukkan peserta didik. Kini murid mampu mengungkapkan apa yang mereka pikirkan dan menyampaikan pendapat yang mereka miliki. Terlepas itu adalah materi cerita yang dibaca ataupun materi pembelajaran yang diajarkan. Peserta didik mampu mengorelasikan apa yang ingin mereka ungkapkan dengan bekal yang telah mereka baca dari buku. 

Bahkan saat diminta untuk menceritakan isi dari buku yang dibaca, antusias murid tampak dari wajah semangat yang mereka tunjukkan. Tidak hanya itu, bahkan keberhasilan program yang dibuat mampu menciptakan calon pendongeng cilik yang bisa menceritakan buku cerita di depan teman-teman sekelasnya dengan gesture dan mimik layaknya tokoh yang ada dalam buku cerita. Kesuksesan keterampilan berbicara yang dimiliki anak-anak juga memberi dampak di jam pembelajaran lain. 

Murid juga mampu mempresentasikan materi pembelajaran yang telah didiskusikan dengan baik dan percaya diri. Mengapa itu bisa terjadi? Karena mereka sudah jatuh cinta dengan membaca dan membaca telah membuat mereka yakin bahwa berbicara di depan umum merupakan hal yang mudah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun