Zenit sunyi pun pecah di malam hari sebelum kami memanah langit untuk sekadar tahu dirimu baik-baik saja, Ayah.
Â
Seperti itulah anak-anak rindu kita mencoba bercakap denganmu, Athan. Sama seperti diriku yang tak pernah lelah menyambungkan do'a kita untuk sekadar bertukar kabar.
Salam rinduku untukmu.
Â
Kekasihmu, Aisy Â
Â
***
Tanpa terasa, Pangeran Athan telah dibanjiri airmatanya sendiri pada pipi tirusnya. Ia tak kuasa menahan rindu yang telah dikuadratkan musim dan waktu kepada kekasih dan anak-anak rindunya. Ia tak sanggup menahan keresahan tahun demi tahun berlalu. Sebab jika berpisah bukanlah perintah, barangkali resah tak kan pernah tercipta.
Rupanya sedari tadi Tuhan memperhatikan Pangeran Athan membaca surat dari kekasih dan anak-anak rindunya sambil tersedu menghapus airmata yang terus berjatuhan dari mata elangnya. Sehingganya waktu diutus untuk segera mempertemukan Pangeran Athan dan keluarganya meski dua jam saja. Dan segalanya pun dipersiapkan.
Mendengar kabar itu, Pangeran Athan girang kesenangan, sambil berucap syukur hingga sekian kali sambil mempersiapkan do'a dan segala sisi terbaiknya untuk bertemu dengan kekasihnya, Putri Aisy dan anak-anak rindunya. Ya, inilah saatnya.