Mohon tunggu...
Fauziyah Kurniawati
Fauziyah Kurniawati Mohon Tunggu... Penulis - A Genuine Dreamer

Struggling Learner / Random Writer / Poem Addict

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepasang Hati yang Berseteru; Setelah Senja di Karang Batu

15 Oktober 2020   09:01 Diperbarui: 15 Oktober 2020   09:25 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini, aku ingin mengungkap cerita tentang perseteruan sepasang hati yang sebenarnya tak begitu. Ya... perseteruan antara Zora dan Daisy, perseteruan setelah Senja dikarang batu, perseteruan untuk merarai Senja dari perasaan naifnya terhadap Daisy yang tak pernah mengisyaratkan rubin hati untuk dimiliki Senja.

Aku sengaja merangkum kisahnya setelah puas menyaksikan perseteruan itu tiga hari yang lalu di Venus Alaska, 24 September 2011.

Aku; Selena Lyris.

@@@

Aroma segar pagi ini menciptakan kisah roman fajar dan matahari. Sebuah kisah yag mampu melahirkan rindu dan cemburu ketika Senja mencoba menumbuhkan perseteruan diantara mereka. Namun tak tahu mengapa, mereka hanya berpaling setelah Senja dikarang batu, selebihnya ter-daud-kan talibun rancak dalam karikatur cinta dan euforia; Zora dan Daisy ...

Sepasang hati yang berseteru hanya untuk terali tabu mengelabuhi Senja.

@@@

Di tepian shodiq subuh, terangkum simphoni rindu Zora kepada kekasihnya, Daisy; si Dewi Matahari. Begitu lama dia tak menyaksikan senyum Daisy dan merasakan damai bersamanya, padahal sebelumnya tak ada sengketa dan kesumat diantara dua hati itu. Zora tak mampu memendam rasa dan segera beranjak dari lamunan sepinya.

Sebentar lagi ... pagi kan menyapa dan membawa Daisy ke peraduan pribadinya, setelah terbaca mantra rundu dan tersadur sapa mesra, Zora menemuinya ...

"Daisy ...!" sapanya.

Daisy hanya membalikkan posisi tanpa kata dari ranum bibirnya dan rancak sinarnya.

"Daisy ...ada apa dengan dirimu? Mengapa kau tak lagi tersenyum ketika kita saling mengadu mata? Apakah ada yang salah dengan diriku yang selalu memperhatikanmu??"

"Maafkan aku Zora, aku tak pernah kabarkan hal ini padamu, hal tentang Senja yang selalu mengelabuhiku dalam cinta, Senja meminta pada Tuhan agar menurunkan hujan tiap pagi hingga sore dan meredakannya kembali pada petang hari." Tutur Daisy.

"Apa maksud Senja melakukan hal itu?" Tanya Zora.

"Dia ingin agar ku tak menemuimu lagi setelah fajar, dan mencipta sengketa diantara kita. Ketika hujan telah reda, dia menemuiku dan perlahan menghapus cintaku untukmu. Ku harap kau mengerti ..."

"Lantas ... mengapa hari ini Tuhan tak menurunkan hujan?"

"Senja ingin menyaksikan kita berseteru hari ini... Namun aku tak pernah menghendaki hal itu, aku tak ingin kehilanganmu, Zora ...!" ucap Daisy terisak.

"Itu semua tak kan pernah terjadi, namun ku akan membiarkan senja menyaksikan kita berseteru hari ini."

"Apa maksudmu Zora?" Tanya Daisy kaget.

"Ya ... hari ini kita akan berseteru, namun ku akan sadurkan terali karam untuk mengelabuhi Senja melalui Artema."

"Siapa itu Artema?' Tanya Daisy tak paham.

"Dia adalah Dewi Bulan yang ku rasa lebih pantas bersanding bersama Senja, bukan dirimu, Daisy kekasihku." Jawab Zora.

"Baiklah, kalau memang itu yang kau mau."

@@@

Sehabis merampingkan percakapan, Zora dan Daisy saling berjauhan berseteru tabu dalam cinta. Mencoba memperjuangkan segala rasa yang ada sebelum teringkus Senja yang tak pernah mengerti tentang dikara hamdu sebuah kesetiaan.

Meski tak ada kuasa yang mengilhami dan asa untuk saling memungkiri rindu dan puisi, misi kan tetap berelaksasi mendera dedak narasi untuk Senja; si Hester yang selalu memaksakan kehendak api ...

Daisy terus berjalan melewati selubung siang hari dengan jelempah yang turut menjejaki langkahnya bertemu dengan Senja petang nati. Dia belajar memanipulasi kata yang setidaknya mampu menjerat pengertian Senja bahwa dirinya dan Zora memang sedang berseteru.

            Perlahan ku sandang belati

            di hari yang semakin cepat mati.

            Perlahan ku kagumi Zora dan Daisy

pada kisah setia yang penuh arti.

@@@

Kala petang telah terpahat di dinding lazuardi ... Senja menemui Daisy yang telah menunggunya di teras peraduan kebanggaannya. Diapun membuka dialog sebagai prolog kata antara Daisy dan dirinya ...

"Selamat sore Daisy! Kau tampak beringas hari ini."

"Selamat sore Senja! Seperti apa yang kau mau, ku sentilkan perseteruan ini di wajahku." Jawab Daisy ketus.

"Wah... wah.. wah..! rupanya kau begitu polos dan amat culun untuk hal ini, dengan mudahnya kau putuskan perseteruan ini menjadi milikmu dan si pengecut Zora, aku memang sudah berpraduga bahwa kau akan selamanya bersama Zora, karena akulah yang pantas bersamamu." Ucap Senja dengan congkaknya menyentuh dagu Daisy.

"Hei... Senja, Senja! Ternyata otakmu begitu sempit mengartikan semua ini, kau tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi setelah ini, setelah Zora menemuimu." Daisy menambahkan ketus suasana.

"Hemm... mana mungkin Zora berani menemuiku, sedangkan kau ada bersamaku."

Sekilas petir merajut getir

menjamah jiwa seperti pekir tak berdaya

angkuh di saku bajumu,

menyeret hati layaknya hamba sahaya

untuk kau sandingkan bersama hati palsu.

            

@@@

Kemudian Zora datang bersama Artema yang mengenakan gaun warna rubin kerajaan dan tampilan wajah bak mawar yang sedang mekar; sangat mempesona.

"Hai Senja! Ini aku Zora!" Zora memulai percakapan.

"Zora! Siapa wanita di sampingmu itu? Dia begitu anggun dan menawan."

"Oh pantaskah kau tayakan hal itu padaku? Sedangkan wanita ini sangat mengenalmu!"

"Begitukah ...? Siapakah dia ..?"

"Ini aku kanda, Artema yang sejak dulu mengagumimu". Artema mulai berbicara.

"Artema, itukah kau?"

"Ya, ini aku Artema."

"Ma'afkan aku telah mengabaikan cintamu sayang! Aku merindukanmu." Senja memeluk Artema.

"Zora, Daisy! Ma'afkan aku telah mencipta perseteruan diantara kalian, kalian memang seharusnya bersatu."

"Tak apalah sahabatku Senja! Kita berdua memaklumi kerinduanmu terhadap Artema kekasihmu, sehingga Daisy kau jadikan pelampiasan airmata." Ucap Zora.

"Ya.. Senja akan selalu tercipta untuk Artema, dan Zora akan selalu bahagia bersama Daisy." Ucap Senja mengakui sebuah kebenaran abadi.

Setelah jejalan batu melahap darah di setiap sudut amarah, hancurkan hujan mengguyurkan bersama dawai angin beranjak damai.

Untuk sepasang hati yang berseteru!

Lihatlah angin dan jumpailah awan untuk memapahmu ke paraduan matahari, hangat.

Tak akan pernah melelehkan merah

di atas piring yang sebenarnya putih.

           

Diriku; Selena Lyris ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun