"Baiklah, kalau memang itu yang kau mau."
@@@
Sehabis merampingkan percakapan, Zora dan Daisy saling berjauhan berseteru tabu dalam cinta. Mencoba memperjuangkan segala rasa yang ada sebelum teringkus Senja yang tak pernah mengerti tentang dikara hamdu sebuah kesetiaan.
Meski tak ada kuasa yang mengilhami dan asa untuk saling memungkiri rindu dan puisi, misi kan tetap berelaksasi mendera dedak narasi untuk Senja; si Hester yang selalu memaksakan kehendak api ...
Daisy terus berjalan melewati selubung siang hari dengan jelempah yang turut menjejaki langkahnya bertemu dengan Senja petang nati. Dia belajar memanipulasi kata yang setidaknya mampu menjerat pengertian Senja bahwa dirinya dan Zora memang sedang berseteru.
      Perlahan ku sandang belati
      di hari yang semakin cepat mati.
      Perlahan ku kagumi Zora dan Daisy
pada kisah setia yang penuh arti.
@@@
Kala petang telah terpahat di dinding lazuardi ... Senja menemui Daisy yang telah menunggunya di teras peraduan kebanggaannya. Diapun membuka dialog sebagai prolog kata antara Daisy dan dirinya ...