Tiap kali memandangi bangkunya aku merindukannya, hari-hari tanpa Bara nggak asik.
Ketika aku mencoba berbaring dibangkunya aku lihat di kolong mejanya ada sebuah kotak. Aku ragu untuk menyentuh kotak itu.Â
Rasa penasaranku membuatku mencoba mengambil kotak itu namun saat aku mencoba meraih kotak itu Pak gio memanggilku beliau memberiku telfon dari Bara.
"Hallo?" suara dari telfon itu.
"Ya, hallo?" Jawabku.
"Ini Alana? Na, ini Bara." Suara dari telfon itu.
"Ya, Bar ni aku Alana. Kamu baik di situ? Ada apa ya kok telfon?" Jawabku.
Rupanya Bara tak menjawab, akhirnya aku lanjut bertanya, "Yo, katanya HP di nonaktifkan? Tapi kamu kok? Bohong ya? Loh, karantinanya udah tah? Apa lagi istirahat? Hallo? Bara? Hallo?"
"Ehm, ya maaf. Alana, baik-baik ya? Tunggu aku! Udah dulu tentornya datang nih. Assalamu'alaikum," jawab Baraa dan dia menutup telfonnya.
"Wassalamu'alaikum," jawabku.
Sejak saat itu aku tak pernah tahu kabar Bara lagi, dia tak pernah menghubungi aku lagi begitupun aku.Â