Keesokan harinya, aku duduk manis diatas kursi roda yang bergerak menuju ruang thorax/rongten.  Ruang rongten tidak jauh dari kamar opname-ku.  Sambil mendengarkan obrolan perawat dan petugas Ray-X, aku terdiam sambil menguping pembicaraan mereka yaitu baru saja terjadi kecelakaan dengan korban ibu muda  dengan kondisi berdarah.  Semakin ngilu mendengarnya.  Kualihkan pendengaranku dan kucoba menikmati pemandangan didalam ruangan itu. Â
Dokter spesialis Penyakit Dalam yang menanganiku mulai datang memeriksaku, kemudian memberikan rujukan ke perawat untuk tes darah dan urine. Â Saat magrib, petugas pengambil sample darah datang keruanganku dan mengambil darahku secukupnya. Â Aku pun memberikan sample urine kepada perawat. Â Hari itu sudah tiga tes kesehatan yang kulakukan yaitu Thorax, Urine dan darah.
Infeksi Saluran Kemih
Thorax normal.
Darah normal.
Urine positif bakteri.Â
Dengan melihat hasilnya, dokter mulai menginstruksikan kepada perawat untuk mengganti antibiotik kapsul menjadi cairan.  Antibiotik cairan masuk kedalam tubuhku melalui infus.  Dokter sempat membacakan hasilnya kepadaku dan menjelaskanku bahwa terdapat bakteri pada saluran kemih yang menyebabkan suhu badanku tinggi.  Jadi, bakteri yang terdapat di dalam saluran kemih harus segera dikeluarkan dari tubuh supaya tidak menyebar ke organ tubuh lainnya.  Kondisiku ini lebih dikenal dengan istilah Infeksi Saluran Kemih.Â
Selain Antibiotik, aku diharuskan minum air putih sesering mungkin, begitu pula dengan buang air kecil. Harus rutin. Â aku menuruti semua yang dikatakan oleh dokterku. Â Setiap satu jam sekali, aku minum air putih segelas dan pergi ke toilet sambil menenteng infus untuk buang air kecil. Siapa sangka bakteri sekecil itu bisa mengalahkanku dan membuatku terkapar di rumah sakit. Â