Ini PR besar bagi para elit politik dan pejabat di pemerintahan. Sebenarnya Indonesia mempunyai budaya politiknya sendiri. Indonesia adalah negara yang multikultural. Seharusnya pemerintah berupaya untuk merevitalisasi kebudayaan-kebudayaan lokal. Agama seharusnya tidak perlu menjadi perintang bagi perkembangan budaya-budaya tradisonal. Jepang, sebagai contoh, berhasil mempertahankan nilai-nilai kejepangannya dengan tetap bertumpu pada kebudayaan tradisional Jepang. Bahkan mereka memproduksi budaya pop dengan tetap berpijak pada nilai-nilai kejepangannya. Sedangkan industri budaya Indonesia malah cenderung melupakan tradisi dan masa lalu bangsa kita.
Hal ini tidak terlepas dari sistem pendidikan Indonesia yang melupakan aspek seni-budaya dalam kurikulumnya. Anak-anak hanya dilatih intelektualitasnya namun melupakan aspek seni yang bisa menghaluskan perangai generasi muda. Akibatnya generasi muda Indonesia kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia. Tawuran pelajar terjadi dimana-mana. Kekerasan di antara murid-murid SMU mempermalukan dunia pendidikan Indonesia. Bangsa Indonesia kini tidak lagi dikenal santun dan sopan. tapi bahkan beringas. Para politisi mempertunjukkan adu jotos dan korupsi yang sudah sedemikian kronis. Apakah itu yang disebut sebagai budaya bangsa yang demokratis? Pada kenyataanya, ekonomi menjadi salah-satu pilar dasar bagi pembangunan bangsa Indonesia. Tak heran, masyarakat lebih mementingkan perekonomian ketimbangan kebudayaan. Selama ini telah terjadi transformasi sosial yang sangat masif di Indonesia. Nilai-nilai kekeluargaan dan persaudaraan tidak lagi dipegang. Diganti dengan sifat individualistik dan mau menang sendiri. Bangsa Indonesia masih berbudaya okol (kekerasan) bukan otak. Masyarakat Indonesia masih harus mempersiapkan diri untuk masa depan gemilang dengan bertumpu pada kebudayaannya.
PenutupÂ
Untuk menghidupkan kebudayaan Islam, masyarakat Indonesia harus diberitahu bahwa Islam bukan agama ritual an sich. Lebih dari itu, Islam mencakup nilai-nilai kebudayaan yang adiluhung. Budaya Islam berakulturasi dengan budaya-budaya tradisional. Dakwah Islam di Indonesia harus memperhatikan aspek kebudayaan setempat. Bukan mengubah masyarakat Indonesiaa menjadi masyarakat Timur Tengah. Nabi Muhammad SAW sendiri mengatakan tidak ada kelebihan orang Arab dibanding orang non Arab, kecuali karena takwanya. Manusia secara harkat dan martabat pada hakikatnya sama. . Pendekatan terhadap budaya haruslah lemah lembut.
      Dakwah melalui kesenian menjadi suatu hal yang penting bahkan lebih elok. Seni-budaya bukan tabu dalam Islam. Islam pun datang pada masyarakat yang berbudaya Arab. Namun bukan berarti umat Islam harus menjadi kearab-araban. Banyak nilai Islam yang bersifat universal. Islam turun di Timur Tengah namun risalahnya bersifat universal.
      Regenerasi dan kaderisasi di bidang kebudayaan harus terus dilakukan. Kita harus mengajak generasi mencintai dan mempelajari kebudayaan asli Indonesia tanpa harus menanggalka kemodernannya. Contohlah Jepang yang berhasil mempertahankan kejepangannya di antara arus deras kebudayaan Barat. Kita tidak perlu mengekor Barat untuk mencapai kejayaan bangsa Indonesia. Kita harus menciptakan kreasi dan inovasi sendiri. Kita perlu belajar ke Barat tapi bukan menjadi Barat. Wallhu a'lam bisshowab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H