Preposisi Gaya Kepemimpinan (5)
- Pada preposisi gaya kepemimpinan yang kelima ini, Aristotle menyatakan bahwa seorang pemimpin demi mencapai kehidupan yang lebih baik (berani ambil resiko): Harus diputuskan paling baik, dapat melakukan perang agar hidup memiliki implikasi pada kedamaian. Maksudnya adalah bahwa seorang pemimpin harus berani untuk mengambil resiko dalam pengambilan keputusan yang lebih baik, sekalipun itu memiliki resiko yang besar, seorang pemimpin pasti sudah mempertimbangkan keputusan tersebut secara kritis demi tercapainya suatu tujuan.
Misalnya pada gaya kepemimpinan lima tersebut, dikatakan bahwa pemimpin berani untukmberperang sekalipun demi terciptanya kedamaian. Jadi, sekalipun pemimpin mengambil keputusan dengan resiko besar, tapi keputusan itulah yang nantinya akan menjadi jalan untuk mencapai sebuah goal atau tujuan bersama dan demi kebaikan bersama baik dalam sebuah organisasi maupun demi kesejahteraan masyarakat.
Preposisi Gaya Kepemimpinan (6)
- Pada preposisi gaya kepemimpinan yang keenam ini dikatakan bahwa, Pemimpin harus mempunyai kategasan, dan kejelasan dalam tiap Keputusannya. Artinya, bahwa seorang pemimpin herus bersikap tegas dan tidak ragu-ragu pada saat pengambilan keputusan. Ketegasan menunjukkan keyakinan dalam menilai situasi dan menentukan arah yang tepat.
Kejelasan dalam pengambilan keputusan membantu menghindari kesalahpahaman atau kebingungan di antara anggota tim, karena mereka tahu apa yang diharapkan dari mereka dan mengapa keputusan tersebut diambil. Dengan pengambilan keputusan yang jelas, pemimpin jadi dapat untuk menetapkan harapan yang realistis, sehingga memudahkan dalam mengevaluasi hasil keputusan dan mudah untuk mengambil lagkah berikutnya.
Ketegasan bukan berarti kaku, dan kejelasan bukan berarti sederhana. Keduanya memerlukan pertimbangan dan kebijaksanaan untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil tetap etis, strategis, dan sesuai dengan situasi.
Preposisi Gaya Kepemimpinan (7)
- Pada preposisi gaya kepemimpinan yang ketujuh ini dikatakan bahwa ketidakmungkinan yang mungkin terjadi adalah hal-hal yang kelihatannya sangat tidak mungkin terjadi, namun hal tersebut tidak sepenuhnya berada diluar kemungkinan. Hal ini mengacu pada situasi atau keputusan yang pada awalnya terlihat mustahil, tidak masuk akal, atau sangat sulit untuk dicapai, namun, dengan adanya strategi yang tepat, keberanian, dan ketekunan, hal tersebut sebenarnya bisa direalisasikan. Dalam dunia kepemimpinan, ini sering melibatkan pemecahan masalah yang kompleks, inovasi yang signifikan, atau pencapaian tujuan ambisius.Â
Ketidakmungkinan ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang benar-benar tidak dapat dicapai, melainkan sesuatu yang membutuhkan pendekatan yang kreatif, sumber daya yang tepat, dan usaha yang luar biasa untuk dapat dicapai. Tentu saja ini membutuhkan pemikiran yang lebih ekstra lagi.
Preposisi Gaya Kepemimpinan (8)
- Pada Preposisi kepemimpinan yang kedelapan ini dikatakn bahwa seorang pemimpin harus mau ikhlas di kritik: kalau tidak mau dikritik, tidak usah berbicara apapun, tidak melakukan apapun, dan tidak menjadi apapun. Maksudnya disini adalah bahwa seorang pemimpin bukanlah hanya bergelar "pemimpin" saja, dimana dia merasa dirinya hanya pantas untuk mengatur segalanya tanpa boleh dikritik. Dia menganggap bahwa seorang pemimpin bebas memerintahkan anak buah nya, tanpa adanya campur tangan pemimpin.
Pemimpin yang berintegritas dan bijaksana harusnya menerima kritikan secara terbuka, karena dengan adanya kritikan tersebut, seorang pemimpin dapat mengevaluasi mengenai keputusan yang telah diambil, ataupun dapta menjadi jalan untuk seorang pemimpin mengevaluasi dirinya dalam pengambilan keputusan berikutnya agar menjadi lebih baik lagi.
Apabila seorang pemimpin tidak berkontribusi sedikitpun dalam pembuatan atau pengambilan keputusan, maka dipastikan bahwa dia bukanlah pemimpin yang baik, yang mebiarkan semuanya itu tidak ada artinya dan ujungnya tidak menjadi apapun, atau tidak memiliki hasil yang baik dan maksimal.
Preposisi Gaya Kepemimpinan (9)
- Pada preposisi gaya kepemimpinan yang kesembilan ini, dikatakan bahwa apabila seorang pemimpin seorang pembohong, sekalipun ia berkata jujur, si pembohong tidak akan bisa dipercaya. Maksudnya adalah bahwa sifat kejujuran bagi seorang pemimpin merupakan suatu hal yang paling utama dan sangat penting. Apabila seorang pemimpin sudah dikenali karena pembohong, maka tidak menutup kemungkinan bahwa reputasinya akan rusak.
Kepercayaan sulit diperoleh kembali. Kepercayaan adalah pondasi yang krusial dalam hubungan antara pemimpin dengan para anggotanya, dan jika reputasi seorang pemimpin tersebu sudah melekat, sangat sulit untuk membangun kembali kepercayaan para anggotanya.
Preposisi Gaya Kepemimpinan (10)
- Pada preposisi gaya kepemimpinan yang kesepuluh ini, dikatakan bahwa  mengenal diri sendiri adalah awal dari segala kebijaksanaan. Maknanya, jika kita memahami diri kita sendiri, termasuk dalam hal kelebihan dan kekurangan, nilai-nilai, ataupun emosi kita, itu merupakan langkah pertama yang sangat penting dalam perjalanan untuk menuju kebijaksanaan yang lebih baik serta kehidupan yang lebih baik pula.
Dengan memahami diri sendiri, seorang pemimpin akan mampu untuk mengendalikan emosinya sendiri. Sehingga ia mampu untuk mengambil keputusan dengan bijak, karena dia memahami apa yang perlu, apa yang diinginkan dan memahami situasi dalam pengambilan keputusan yang tepat.
Preposisi Gaya Kepemimpinan (11)
- Pada preposisi gaya kepemimpinan yang kesebelas ini, dikatakan bahwa kita adalah apa yang kita lakukan berulang kali. Jadi, keunggulan bukanlah sebuah tindakan, melainkan sebuah kebiasaan. Seperti yang sudah saya paparkan sebelumnya, bahwa ini menyangkut pada kebiasaan (habitus) dimana sikap atau sifat yang kita miliki saat ini adalah apa yang kita lakukan secara terus menerus.
Sikap dari seorang pemimpin dapat dilihat dari apa yang menjadi kebiasaanya. Seorang pemimpin yang berintegritas dan bijaksana, pasti memiliki kebiasaan yang baik, disiplin, serta bertanggungjawab atas kewajibannya. Ini merupakan tipe pemimpin yang menerapkan prinsip Aristotle dalam kehidupannya.
Preposisi Gaya Kepemimpinan (12)
- Pada preposisi gaya kepemimpinan yang keduabelas ini, dikatakan bahwa kemandirian diri: "Kebahagiaan adalah milik mereka yang mandiri." Maksudnya ialah bahwa seseorang yang mampu hidup secara mandiri, baik dalam pemikiran, tindakan, maupun emosi, akan lebih mudah menemukan kebahagiaan dan kepuasan hidup.
Pemimpin yang memiliki sikap yang mandiri akan mampu menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik karena ia memiliki keberanian untuk menemukan solusi sendiri. Kebahagiaan tidak selalu bergantung pada yang selalu menguntungkan, tetapi juga kemampuan seseorang dalam mengatasi masalah dan terus maju meski sekalipun melewati proses yang sulit.Â
Â