Mohon tunggu...
Althaaf Artasasmita
Althaaf Artasasmita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hola!, Salam literasi. Bagi saya, membaca adalah cara agar kita bisa menulis, dan menulis adalah cara agar kita bisa abadi. Maka “bacalah! dengan nama yang Maha yang kebijaksanaan”. Saya seorang mahasiswa di salah satu Universitas Islam di Indonesia, saya mengambil jurusan Filsafat. Jadi, kerjaan saya ya kalau tidak membaca, menulis, dan diskusi. Saya suka menulis agar saya Abadi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Plato dan Pemikiran Tentang Idea dan Jiwa

11 Juni 2022   11:47 Diperbarui: 11 Juni 2022   23:49 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Biografi

Plato lahir pada tahun 428 SM dalam keluarga yang terkemuka di Athena. Ayahnya bernama Ariston dan ibunya Periktione. Plato merupakan murid dari Sokrates, ia sudah mengenal Sokrates sejak kecil. Namun Plato dipengaruhi juga oleh Kratylos, seorang filsuf yang meneruskan ajaran Heraklitos. Pada usianya yang ke-40 Plato mendirikan Akademia, sekolah yang dirancang untuk pusat penyelidikan ilmiah. Dengan itu pun Plato hendak merealisasikan cita-citanya, yaitu memberikan pendidikan insentif dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat kepada anak muda yang akan menjadi pemimpin politik nanti. Berkat jasa Plato dalam membangun Akademia ini, membuka suatu sekolah yang bertujuan ilmiah, boleh dianggap sebagai pelopor universitas-universitas Abad Pertengahan dan modern.

B.Ajaran Tentang Ide-Ide

1.Adanya Ide-ide

Ajaran tentang Ide-ide merupakan inti dan dasar dari ajaran Plato. Untuk mengartikan maksud Plato dengan istilah "Ide", terlebih dahulu kita harus meyakinkan bahwa Plato punya maksud lain daripada arti yang dimaksudkan oleh orang modern tentang "Ide". Dalam bahasa-bahasa modern kata "Ide" berarti suatu gagasan atau tanggapan yang hanya terdapat dalam pemikiran saja. Lain halnya dengan Plato, ia menganggap bahwa ide merupakan sesuatu yang objektif. Ide tidak diciptakan oleh kita. Ide-ide tidak bergantung pada pemikiran; sebaliknya, pemikiran tergantung pada ide-ide. Justru karena adanya Ide-ide yang berdiri sendiri, memungkinkan kita untuk berpikir.

Menurutnya, ide itu objektif dan tunggal, terlepas dari perbuatan yang konkrit. Namun ide-ide yang objektif ini bisa dikaitkan dengan yang subjektif tanpa mengurangi nilai ide itu sendiri. Misalnya, ada banyak hal yang boleh disebut “Bagus”: rumah bagus, mobil bagus, baju bagus, dan lain sebagainya. Namun bukan objek itu yang membuatnya bagus-karena ada juga rumah yang jelek-, melainkan ide “bagus”-lah yang membuat rumah itu dikatakan bagus. 

2.Dua Dunia

Menurut Plato, realitas seakan terdiri dari "dua dunia". Satu "dunia" mencakup bagian-bagian jasmani yang disajikan kepada pancaindra, dalam taraf ini harus diakui bahwa semuanya dalam perubahan dan dunia ini mengandung pluralitas. Di dunia jasmani setiap objek mengambil bagian dari ide-ide yang tunggal, misalnya: Ide “keadilan”, yang tadinya seorang ayah adil terhadap anak-anaknya, lalu berubah menjadi tidak adil setelah anak yang satu tidak naik kelas. Maka di sini yang mengalami perubahan adalah perbuatan dari ayahnya, bukan perubahan terhadap ide “keadilannya”

Di samping dunia indrawi itu terdapat suatu dunia lain, dunia ideal atau dunia yang terdiri atas ide-ide. Dalam dunia ini sama sekali tidak ada perubahan, semua ide bersifat abadi dan tak terubahkan. Dalam dunia ideal tidak ada pluralitas, setiap ide bersifat tunggal dan sempurna. Misalnya: “ide bagus”, “ide keadilan”, “ide keberanian”, dan lainnya. 

3.Dua Jenis Pengenalan

Anggapan Plato tentang dua dunia membawa juga pendiriannya tentang pengenalan. Menurut Plato ada dua jenis pengenalan. Di satu pihak ada pengenalan tentang ide-ide. Itulah pengenalan dalam arti sesungguhnya, ia menamakannya dengan kata episteme (pengetahuan, Knowledge). Pengenalan ini mempunya sifat-sifat yang teguh, jelas, dan tidak berubah. Lalu Rasio adalah alat untuk menuju pengenalan tersebut. Dengan ini Plato menolak relativitas kaum Sofis. Bagi Protagoras dan pengikutnya manusia adalah ukuran dalam bidang pengenalan, sedangkan menurut Plato ukuran itu adalah ide-ide. Dengan berdasarkan ide-ide itu, jadi mungkin kebenaran menjadi mutlak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun