5) Belajar untuk berhenti memburuk-burukkan orang lain sebab kita sudah berprinsip bahwa orang lain itu lebih baik dibanding diri kita. Maknanya, tiada kata jelek lagi yang bertengger di tubuh dan sukma orang lain.
Bila merasa sudah lebih baik, maka tugas memperbaiki diri, pun sudah berakhir di sana! Kelewat dipaksakan pendapat ini, untuk masa-masa ini, tetapi bila tak mencobanya di masa ini, maka kita akan ditelan masa oleh monotonya prinsip-prinsip yang sebetulanya telah harus disudahi dan telah sangat layak untuk ditinggalkan dan dipetieskan! Perkara lainnya bahwa sesungguhnya menulis itu akan lebih nikmat bila tiada beban apa-apa! Dan membayangkan penulis itu, tersenyum-senyum di depan komputernya dan sejenisnya, saat ia menulis, pertanda bahwa ia memang amatlah menikmati kehidupan menulisnya, nyaman jugalah menindis tombol-tombol sekaligus tiada sengsara dan nervous dalam menulis dan menayangkan pikiran-pikirannya, pengalaman-pengalamannya dan juga seluruh pori-porinya mendeskripsikan nikmatnya menulis di tiap artikelnya, di tiap waktunya, di siang harinya dan malamnya^^^
Salam Kompasiana Pagi
Makassar, 2 Agustus 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H