Duduk di tepi jalan, saya berdoa dan berdoa, semoga saudara-saudaraku yang kalap malam ini, tidak kehilangan jiwa. Pemandangan langsungku kali ini, seolah saya berada di Jalur Gaza, demikian chaos, aroma dehumanisasi sangat terasa.
Maka datanglah dua pasukan TNI dari dua arah, masyarakat ber yel-yel: "Hidup TNI". Kearifan tentara kita ini, membujuk warga agar memberi jalan kepada pengguna lalu lintas. Sedang ada teriakan: "Tembak saja itu mahasiswa Pak!". Tentara itu tersenyum, luar biasa bagiku, sebab ia masih sempat tersenyum di belantara perang. Keadaan berangsur-angsur pulih. Fakta lain, trik saling menyusup terjadi, ada warga di area kampus dan mengaku mahasiswa. Sedang di kerumunan warga, seorang mahasiswa menyusup sebagai warga. Kedua-duanya, dipentung TNI. Yang paling mencemaskanku saat ada lemparan api di pagar gereja. Duh, Ya Allah, semoga tidak ada saudara Nasraniku tersulut. Sebelumnya, masjidpun sempat menjadi sasaran karena mahasiswa ketika diserang, ada yang lari ke masjid. Lagi-lagi, Ya Allah, semoga saudara Muslimku, tak tersulut emosi.
Sampai saya balik ke rumah, saya tak tahu lagi apa yang terjadi di zona perang itu, yang pasti saya merasa lega atas kehadiran Tentara Nasional Indonesia, mereka mengajak masyarakat dan penonton untuk pulang ke rumah. Sepertinya ada yang membangkang, tak bergerak. Akhirnya, dia dapat jatah pentungan, dan menjadi sampel acak yang membuat massa lain, berlarian dan menjauhi lokasi perang.
Firasatku, TNI akan sukses mengamankan dan menghentikan perang nan pilu, malam ini. Insya Allah^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H