USAI menghadap Allah; sholat isya. Saya bergegas ke kampusku, Universitas Hasanuddin. Terkulailah saya memandang warga dan demonstran, jual-beli lemparan batu, teriakan, mercon dan busur. Sulit sekali berada dalam posisi netral dalam sikon serupa ini. Saya teramat prihatin atas nasib mahasiswaku yang dikepung warga. Namun, sayapun memaklumi atas kemarahan warga, karena demonstrasi mahasiswa Unhas, yang dimulai pukul 14.00 WITA macetkan jalan, lumpuhkan transportasi.
Catatan: Saya memiliki foto-foto demonstran, warga dan TNI, namun gagal diterima Kompasiana.
***
Sempat saya tuliskan status di Facebook: "Ya Allah, kuberada saat ini di pintu 1 Unhas: Perang warga vs demonstran". Beragam tanggapan kuterima, memintaku berhat-hati. Selanjutnya, perang demonstran vs warga, kian menuju puncak, mahasiswa Unhas hanya mampu bertahan di pintu gerbang pintu 1.
(Aksi pembakaran sepeda milik Unhas oleh warga)
Setidaknya 7 kali mahasiswa dipukul mundur oleh warga, warga mempersenjatai diri dengan parang, batu, tongkat, tiang bendera dan tameng. Bergantian menyerang, saat warga mendekat pintu gerbang, mahasiswa Unhas meluncurkan mercon jarak jauh. Warga berlarian mundur, mahasiswa melewati tapal batas/pintu gerbang dengan tameng. Saya hanya mampu berdoa, semoga tiada yang 'tewas' malam ini dari kedua masyarakat yang berperang: Mahasiswa dan Warga.
Warga sungguh murka, hingga mereka kembali menyerang. Aksi balas-membalas lemparan batu, terjadi lagi. Dua warga yang sempat masuk ke kampus, ditangkap oleh mahasiswa. Warga kian marah, warga dengan massa banyak itu, sukses membakar pintu gerbang, mahasiswa mundur, menyebar. Ya Allah, seorang warga terkena busur, menetes darah di aspal, persis belokan masuk Unhas. Kusaksikan sendiri, sembari meneteskan air mataku atas nasib rakyat Indonesiaku.
Warga kian bringas, puluhan sepede sebagai fasilitas transportasi kampus, dibawa dan dikumpulkan di jalan raya, lalu dibakar bersama sebuah motor. Seorang warga di sampingku berkata: "Demo sih demo, tapi jangan ganggu jalanan". Begitu muak masyarakat atas aksi mahasiswa Unhas, yang bikin miris lagi, seorang warga yang menyerang mahasiswa, ternyata ponaannya ada di barisan mahasiswa itu. Ini ironi kehidupan, rakyat telah terpecah belah, saling memakan atas kebijakan Mas Jokowi dan Daeng Jusuf Kalla.
***
Seorang warga lagi (di samping kananku) berkata cerdas: "Kalau BBM tidak dinaikkan, keadaan akan lebih parah tahun depan". Begitu celotehnya bak pengamat politik. Posisiku sangat sulit, sebab saya hermaprodit, sebagai warga dan sebagai sivitas akademia. Tiada seorang polisi hadir, seputar pukul 21.00, barulah tiba satu-dua polisi. Keadaan kian mencekam, saat sebuah mobil nyaris dibakar warga. Seorang telah naik di atap mobil dan berteriak lantang.
Duduk di tepi jalan, saya berdoa dan berdoa, semoga saudara-saudaraku yang kalap malam ini, tidak kehilangan jiwa. Pemandangan langsungku kali ini, seolah saya berada di Jalur Gaza, demikian chaos, aroma dehumanisasi sangat terasa.
Maka datanglah dua pasukan TNI dari dua arah, masyarakat ber yel-yel: "Hidup TNI". Kearifan tentara kita ini, membujuk warga agar memberi jalan kepada pengguna lalu lintas. Sedang ada teriakan: "Tembak saja itu mahasiswa Pak!". Tentara itu tersenyum, luar biasa bagiku, sebab ia masih sempat tersenyum di belantara perang. Keadaan berangsur-angsur pulih. Fakta lain, trik saling menyusup terjadi, ada warga di area kampus dan mengaku mahasiswa. Sedang di kerumunan warga, seorang mahasiswa menyusup sebagai warga. Kedua-duanya, dipentung TNI. Yang paling mencemaskanku saat ada lemparan api di pagar gereja. Duh, Ya Allah, semoga tidak ada saudara Nasraniku tersulut. Sebelumnya, masjidpun sempat menjadi sasaran karena mahasiswa ketika diserang, ada yang lari ke masjid. Lagi-lagi, Ya Allah, semoga saudara Muslimku, tak tersulut emosi.
Sampai saya balik ke rumah, saya tak tahu lagi apa yang terjadi di zona perang itu, yang pasti saya merasa lega atas kehadiran Tentara Nasional Indonesia, mereka mengajak masyarakat dan penonton untuk pulang ke rumah. Sepertinya ada yang membangkang, tak bergerak. Akhirnya, dia dapat jatah pentungan, dan menjadi sampel acak yang membuat massa lain, berlarian dan menjauhi lokasi perang.
Firasatku, TNI akan sukses mengamankan dan menghentikan perang nan pilu, malam ini. Insya Allah^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H