Mendapat pertanyaan yang to the point seperti itu, Jaka malahan menjauh dari Angie. Mulutnya justru kembali membisu. Jaka memasukan lembaran kertas ke dalam tasnya. Sementara Angie menjadi bengong dibuatnya.
"Ayo kita pulang," ajak Jaka kemudian.
"Lho biasanya juga pulang sendiri-sendiri. Emangnya sekarang mau antar dulu gua gitu?"
Sesaat Jaka menatap gadis itu. lalu, "Kalau kamu tidak keberatan diantar pulang sama gua," ujarnya agak pelan.
"Boleh juga tuh. Hitung-hitung ngirit ongkos taksi juga. Asal ikhlas saja kamunya..."
Jaka menggamit tangan Angie. Hati Angie berbinar. Dia beranjak dari kursinya. Lalu berjalan mengikuti langkah Jaka, menuruni tangga.
Saat berpapasan dengan OB di lorong keluar di lantai satu, Jaka mencoleknya seraya berkata, "Bang, beneran cantik cewek gua ini kan?"
OB itu tidak berkata menjawab petanyaan Jaka. Dia hanya tersenyum sambil mengacungkan jempol tangan kanannya. Sementara dalam hati Angie, di samping ada bunga bermekaran, muncul juga pertanyaan yang bercampur keheranan.
Kenapa perangai Jaka tiba-tiba jadi berubah seketika? Apakah benar Jaka naksir, dan jatuh cinta pada dirinya? Atawa... sikapnya itu sekedar menyenangkan hatinya saja?
Angie tersentak saat Jaka mengajaknya bicara dalam perjalanan di sore itu menyusuri jalan menuju ke arah rumahnya. Bahkan Angie pun keheranan pula, kali ini Jaka tidak ngebut dengan motornya sebagaimana biasa.
"Sebelum ke rumah, kita mampir dulu ke warung Dewi Indah ya?"