Apa mungkin setua itu masih melakukan perselingkuhan. Bermain api dengan lelaki selain suaminya sendiri?
"Ah, yang benar saja, Mang (Saya memanggilnya demikian, sebagaimana anak-anak biasa memanggil kepadanya). Masa sudah punya dua orang cucu berselingkuh?"
"memang saya sendiri awalnya tidak percaya dengan gunjingan sanak-saudara saya itu. Hanya saja ketika tengah malam saya terbangun, untuk menunaikan salat malam sebagaimana biasa, saya mendapati istri sayatidak ada tidur di samping saya.
Mungkin sudah bangun terlebih dahulu, pikir saya saat itu. Saya pun turun dari tempat tidur, dan langsung keluar dari kamar menuju dapur.Â
Maksudnya akan mengambil air wudu di kamar mandi. Akan tetapi saat lewat di kamar tempat biasa kami menunaikan salat, yang letaknya dekat ruang makan, saya mendengar istri saya seperti sedang berbicara dengan seseorang.
Meskipun suaranya seperti setengah tertahan, namun karena suasana malam yang sepi, telinga saya dapat dengan jelas mendengarnya. Terlebih lagi pintu kamarnya setengah terbuka.
Maka saya pun mencoba mencari tahu dengan mengintipnya dari balik pintu. Rupanya ia sedang bicara dengan seseorang lewat tilpon. Siapa orangnya di tengah malam ini yang berani menelponnya?
Saya merasa penasaran. Dan dari yang dikatakan istri saya, saya jelas mendengar seperti sedang janjian untuk mengadakan suatu pertemuan dengan lawan bicaranya. Hanya saja dari nada bicaranya, apa yang diucapkan istri saya terdengar sedemikian mesranya. Sebagaimana kalau sedang berduaan dengan saya.
Saya menebak-nebak, mencari tahu siapa lawan bicaranya itu. Tapi selama saya mengupingnya, saya tidak dapat mengetahuinya sama sekali. Sungguh. Hanya saja kecemburuan dalam dada terasa begitu menggelegak.
Ingin rasanya saya menghampiri istri saya. Untuk menanyakan siapa lawan bicaranya. Akan tetapi untunglah saya masih memiliki kesadaran. Diam-diam saya beranjak menuju kamar mandi.
Selesai berwudlu saya langsung menuju kamar tempat kami menunaikan salat. Saya temukan istri saya sedang duduk sambil membaca Al Quran.