Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

Menanti Pebalap Indonesia Tampil di Podium MotoGP Sirkuit Mandalika

7 Maret 2022   12:16 Diperbarui: 8 Maret 2022   16:01 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mario Suryo Aji pebalap muda Indonesia (kompas.com/AHM)

Tak salah lagi. Kalau bicara soal adu balap "kuda besi", sepertinya Indonesia termasuk negara yang memiliki penggemarnya yang lumayan banyak. Apalagi ajang balap MotoGP, magnetnya boleh dibilang cukup tinggi. 

Terlebih setelah hadirnya salah satu stasiun televisi swasta yang sejak 2002 lalu menyiarkan secara live balapan sepeda motor paling bergengsi di dunia, yang diprakarsai Fédération Internationale de Motocyclisme (FIM), yakni organisasi internasional di bidang olahraga sepeda motor ini.

Siapa di negeri ini yang tak kenal Valentino Rossi? 

Nama pebalap asal Italia ini bisa jadi merupakan satu dari sekian banyaknya pebalap yang telah menyita perhatian tersendiri berkat prestasinya yang fenomenal, dan belum ada yang mampu menggungguli hingga saat ini.

Dari bocah kecil hingga generasi baby boomers, sudah pasti mengenal nama yang berjuluk VR46 ini.

Bahkan tidak sedikit anak-anak muda di negeri ini yang bercita-cita untuk mengikuti jejak pemegang sembilan gelar juara dunia, yakni sekali pada kelas 125cc pada tahun 1997, sekali pada kelas 250cc (1999), dan tujuh kali juara dunia pada kelas puncak 500cc/MotoGP (2001, 2002, 2003, 2004, 2005, 2008, dan 2009), sampai dirinya menyatakan pensiun di akhir musim balap tahun 2021 lalu.

Memang selain dipicu oleh kehadiran adu balap MotoGP tersebut, produksi sepeda motor yang sangat jor-joran di negeri ini, terutama produsen yang berasal dari pabrikan negeri Sakura, seperti Honda, Yamaha, Suzuki, dan Kawasaki, MotoGP pun bisa jadi sebagai penyebab lain perkembangan balapan sepeda motor di Indonesia ini.

Hampir setiap waktu tertentu - khususnya di akhir pekan diselenggarakan balapan sepeda motor tingkat lokal. Baik yang bersifat resmi, maupun ilegal yang lebih dikenal dengan sebutan balapan liar. 

Untuk yang disebutkan terakhir, ini selalu saja membuat aparat kepolisian kerepotan dibuatnya. Karena selain dianggap mengganggu pengguna jalan lain, tak jarang pula menimbulkan banyak korban jiwa berjatuhan secara sia-sia. 

Sementara dari even balapan resmi, yang biasanya menggunakan sirkuit dadakan di jalan raya, sejak lama memang telah banyak melahirkan nama-nama anak muda sebagai seorang atlet, atawa pebalap yang jago memacu sepeda motornya paling cepat di tingkat nasional.

Bahkan di tahun 1997, Indonesia pun tercatat pernah menjadi tuan rumah ajang MotoGP, yakni di sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat.

Hanya saja meskipun tak terhitung banyaknya anak-anak muda yang dari tahun ke tahun lahir sebagai juara, atau paling tidak dianggap memiliki potensi besar untuk mengikuti even MotoGP, sampai saat ini belum ada satupun yang berhasil meraih juara - sekalipun di kelas Moto3, yang merupakan kelas MotoGP paling rendah.

Sebut saja nama Donni Tata Pradipta, Rafid Topan Sucipto, M. Fadli, Petrus Tobun Canisius, Rudi Arianto, dan Ahmad Jayadi, akan tetapi semuanya belum mampu berbicara banyak. Keikutsertaan mereka pun tercatat karena hanya mendapatkan wildcard, yakni kesempatan atau izin yang diberikan untuk pebalap non-reguler sehingga dapat tampil pada seri balapan tertentu saja.

Sekarang ini, Indonesia kembali mendapatkan kesempatan untuk menjadi tuan rumah ajang balap sepeda motor paling bergengsi di dunia, ini setelah hadirnya sirkuit Mandalika di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Sirkuit yang memiliki nama resmi Pertamina Mandalika International Street Circuit, ini dirancang sepanjang 4,3 kilometer atau 4.300 meter. Jumlah tikungan di Sirkuit Mandalika mencapai 17, dengan 11 mengarah ke kanan dan 6 lainnya mengarah ke kiri, masuk dalam kalender MotoGP 2022 yang digelar 20 Maret setelah seri pertama di sirkuit Losail, Qatar.

Pertanyaannya, apakah dalam seri kedua MotoGP di sirkuit Mandalika yang menjadi kebanggaan Indonesia ini akan ada pebalap Indonesia yang akan tampil di podium sebagai penerima trofi, atau paling tidak juara ketiga untuk kelas Moto3 - karena jika bicara Moto2, apalagi kelas utama adalah suatu mimpi yang terlalu jauh, tentunya.

Memang ada seorang anak muda yang membawa angin segar pada seri MotoGP 2022 ini. Namanya Mario Suryo Aji, yang oleh penggemarnya disebut "Super Mario", dan bahkan dipandang sebagai Marc Marquez-nya Indonesia.

Hal ini karena konon anak muda yang satu ini punya kemiripan dengan juara dunia enam kali MotoGP tersebut. Junior Talent Team Riders Coach di FIM CEV, Diego Lozano, menilai Aji punya kemiripan dengan Marquez dalam hal late breaking.

Pebalap yang satu ini jadi satu-satunya wakil Indonesia yang akan mentas di Sirkuit Mandalika pada musim ini. Sebab, dia berlaga di kelas Moto3. 

Pebalap kelahiran Magetan 16 Maret 2004 ini memulai kariernya di ajang Idemitsu Talent Cup. Dia pun mampu bersinar di ajang itu dengan finis di posisi kelima pada 2018. Kariernya terus menanjak setelah itu sehingga Aji mendapat kesempatan berlaga semusim penuh di Moto3 2022.

Lalu, di rumahnya sendiri, di sirkuit Mandalika nanti, mampukah Mario Aji menjawab pertanyaan di atas tadi, tampil di podium, dan memberikan kebanggaan bagi publik pecinta MotoGP ini?

Sepertinya hanya keajaibanlah yang akan membuat harapan besar menjadi suatu kenyataan. Dalam debut pertama di sirkuit Losail, Mario yang berada di posisi start ke-24, hanya mampu finis di urutan ke-19.

Itulah sebabnya.

Untuk mampu berbicara banyak di ajang balap MotoGP, pembinaan talenta muda sepertinya perlu untuk ditingkatkan lagi. 

Pabrikan sepeda motor sudah saatnya untuk tidak setengah-setengah dalam membina talenta muda potensial yang diharapkan dapat tampil sebagai juara di Moto3, Moto2, maupun kelas utama MotoGP. 

Bagaimanapun secara sepintas saja, keuntungan penjualan sepeda motor yang diraup setiap pabrikan dari konsumen di dalam negeri sepertinya begitu besar. Kenapa sebagian tidak disalurkan untuk mencetak juara dunia balapan sepeda motor yang kelak akan membuat merek pabrikannya semakin laku penjualannya?

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun