Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Invasi Rusia ke Ukraina: Putin Sedang Menggali Kuburnya Sendiri?

2 Maret 2022   10:51 Diperbarui: 3 Maret 2022   05:51 2125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Radar rusak dan peralatan lainnya terlihat di fasilitas militer Ukraina di luar Mariupol, Ukraina (Sumber: Kompas.com/AP PHOTO/Sergei Grits)

Serangan mendadak militer Rusia ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022) lalu, telah mengejutkan warga dunia. 

Rasa prihatin dan simpati tertuju pada Ukraina. Sebaliknya Rusia, terutama Putin, tentunya, harus menghadapi kecaman dan amarah yang dialamatkan kepadanya. 

Bagaimanapun juga sosok bernama lengkap Vladimir Vladimirovich Putin, ini dianggap bertanggung jawab atas kemelut di salah satu wilayah Eropa timur sekarang ini. 

Sementara itu alasan Putin melakukan invasi ke Ukraina adalah untuk melindungi orang-orang yang menjadi sasaran pelecehan dan genosida dari rezim Kiev selama delapan tahun. 

“Tidak ada cara lain yang bisa kita lakukan untuk melindungi diri kita sendiri. Hal yang sama sedang terjadi sekarang. Anda dan saya belum pernah diberi kesempatan untuk melindungi Rusia dan rakyat kita sebelumnya, kecuali hal yang akan kita hadapi hari ini. Situasi yang ada menuntut kita untuk bertindak tegas dan cepat. Republik Rakyat Donbas telah meminta bantuan Rusia," kata Putin dalam pidatonya.

Akan tetapi apabila kita merunut kembali catatan konflik antara Rusia dengan Ukraina, sesungguhnya bukan hanya terjadi saat ini saja.

Ketegangan Rusia dan Ukraina mulai terjadi sejak akhir 2013 karena munculnya kesepakatan politik dan perdagangan penting dengan Uni Eropa. 

Pada tahun 2014, muncul revolusi di Ukraina. Protes yang terjadi selama berbulan-bulan itu telah menggulingkan presiden Ukraina yang pro-Rusia bernama Viktor Yanukovych. Kekosongan kekuasaan ini dimanfaatkan Presiden Putin untuk mengambil alih wilayah Krimea, semenanjung otonom di Ukraina. 

Putin juga mendukung pemberontak di provinsi tenggara Donetsk dan Luhansk. Akhirnya, ribuan tentara berbahasa Rusia yang diakui oleh Moskow membanjiri semenanjung Krimea. 

Konflik antara Ukraina dan Rusia kembali memanas pada November 2021. Kala itu, citra satelit menunjukkan adanya penumpukan pasukan baru Rusia di perbatasan Ukraina. 

Ukraina pun menuduh Rusia telah memobilisasi 100 ribu tentara bersama dengan tank dan peralatan militer lainnya. Hal itu langsung mendapat respons dari Presiden AS Joe Biden. 

Ia memperingatkan tentang sanksi ekonomi apabila menyerang Ukraina. Tapi Rusia mengajukan tuntutan keamanan kepada Barat agar NATO menghentikan semua aktivitas militer di Eropa timur dan Ukraina. 

Rusia juga meminta agar tidak pernah menerima Ukraina atau negara-negara bekas Uni Soviet sebagai anggota.

Bisa jadi hal ini lantaran Putin masih beranggapan bahwa Ukraina merupakan anak nakal yang membangkang terhadap induknya, dan sama sekali tidak memandang prinsip kesetaraan sebagai negara yang berdaulat.

Di sinilah kiranya persaingan antara sekutu blok timur dan barat ternyata masih tetap sulit untuk menemukan titik terang adanya rekonsiliasi walaupun tembok Berlin yang merupakan monumen pemisahnya telah lama dihancurkan.

Sementara pada hakikatnya adalah kedegilan ego masing-masing juga yang masih tetap berambisi menjadi pemimpin dunia.

Lantaran ego seorang Vladimir Putin juga, bagaimanapun penulis melihat saat meluapkan ego yang berbalut nafsu angkaranya, kemungkinan besar Putin tengah menggali kuburnya sendiri. Paling tidak Rusia di masa mendatang akan dilanda banyak kesulitan.

Betapa tidak. Selain mendapatkan kecaman dari banyak negara, Rusia pun akan menderita kerugian besar dan bencana di masa mendatang.  Militer Ukraina telah meningkat secara dramatis di tahun-tahun sejak Rusia merebut Krimea dari mereka.

Demikian juga pasukan Rusia akan memiliki banyak masalah jika mereka menyerang Kiev. 

Persenjataan militer Ukraina kemungkinan lebih dari yang dipikirkan kebanyakan orang. Dari berbagai sumber, sikap patriotisme warga Ukraina sungguh luar biasa. 

Tua-muda, pria-wanita, berbondong-bondong menyatakan siap untuk membela negaranya sampai titik darah penghabisan.

Bahkan pria berusia 80 tahun ini muncul untuk menjadi sukarelawan. Dia mengajukan diri, mengatakan dia ingin berjuang untuk melindungi cucu-cucunya.

Sebaliknya pasukan Rusia dianggap tidak memiliki semangat tinggi, malahan mereka sadar jika dunia mengecamnya.

Banyak dari anggota pasukan Rusia tidak berpikir mereka benar-benar akan melakukan serangan, dan beberapa telah meletakkan senjata mereka.  Ada juga laporan tentang tentara yang mengetuk pintu warga Ukraina untuk membeli makanan dan bahan bakar.

Oleh karena itu, tanpa memiliki motivasi, dan jiwa patriotisme, serta semangat, militer Rusia ketika melakukan invasi sejauh ini hanya merupakan bencana bagi Rusia sendiri.  

Gambar pesawat dan helikopter Rusia yang ditembak jatuh bertebaran di media sosial. Seragam Rusia telah ditemukan ditinggalkan di sepanjang jalan raya.

Bahkan dikabarkan, di Rusia ribuan orang turun ke jalan untuk memprotes, mengetahui bahwa mereka mempertaruhkan hidup mereka dengan melakukannya.  Hal itu sudah pasti akan  menurunkan popularitas Putin di mata warganya.

Untuk lebih jelasnya: situasinya sangat kritis dan negara-negara perlu meningkatkan sanksi mereka dan mengirim lebih banyak pasokan. 

Sanksi SWIFT sedang diterapkan sekarang pada bank-bank tertentu.  Mereka akan merugikan ekonomi Rusia tetapi pertarungan ini bisa berlangsung untuk waktu yang sangat lama. 

Sangat menginspirasi melihat orang-orang di seluruh dunia bersatu melawan invasi ini.  Ukraina memberikan kelas master untuk melawan tirani. 

Apa yang akan terjadi selanjutnya? 

Ada kemungkinan bahwa Rusia akan mengalahkan Ukraina dalam beberapa hari mendatang, dan khususnya, Kyiv. 

Menjaga kepemimpinan tetap utuh, dan tidak membiarkan Presiden Zelenskyy terbunuh adalah sangat penting.  Namun, terbunuhnya Zelenskyy akan sangat mengerikan bagi Putin. 

Zelenskyy telah berubah menjadi sosok pahlawan internasional karena berdiri di depan dan menolak untuk lari, meskipun Putin mengirim pembunuh untuk mengejarnya. 

Zelenskyy akan menjadi martir yang selanjutnya memotivasi pasukan Ukraina dan menuding Putin sebagai penjahat. 

Putin sedang duduk di belakang meja berpemanas di Moskow yang jauh sementara Presiden Zelenksy mengenakan rompi untuk berdiri di samping pasukannya.

Tatkala Putin sedang duduk di belakang meja berpemanas di Moskow, sementara Presiden Zelenksy mengenakan rompi untuk berdiri di samping pasukannya. 

Bahkan jika Kiev jatuh, tentara Rusia yang menduduki akan berada dalam masa tinggal yang sangat buruk.  Mereka kekurangan tenaga untuk mengendalikan pemberontakan.  Dan setiap warga sipil di sana akan mencari kesempatan untuk menembak mereka.

Lebih banyak gambar orang tak bersalah yang mengalami kematian mengerikan akan muncul saat perang ini berlangsung.  Ini akan menjadi biang dari semua bencana bagi Putin. 

Kita akan melihat gedung-gedung runtuh dan mayat-mayat berserakan di jalan.  Anak-anak akan dibunuhnya.  Kebencian dunia terhadap Putin pun sudah pasti akan semakin bertambah. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun