Serangan mendadak militer Rusia ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022) lalu, telah mengejutkan warga dunia.Â
Rasa prihatin dan simpati tertuju pada Ukraina. Sebaliknya Rusia, terutama Putin, tentunya, harus menghadapi kecaman dan amarah yang dialamatkan kepadanya.Â
Bagaimanapun juga sosok bernama lengkap Vladimir Vladimirovich Putin, ini dianggap bertanggung jawab atas kemelut di salah satu wilayah Eropa timur sekarang ini.Â
Sementara itu alasan Putin melakukan invasi ke Ukraina adalah untuk melindungi orang-orang yang menjadi sasaran pelecehan dan genosida dari rezim Kiev selama delapan tahun.Â
“Tidak ada cara lain yang bisa kita lakukan untuk melindungi diri kita sendiri. Hal yang sama sedang terjadi sekarang. Anda dan saya belum pernah diberi kesempatan untuk melindungi Rusia dan rakyat kita sebelumnya, kecuali hal yang akan kita hadapi hari ini. Situasi yang ada menuntut kita untuk bertindak tegas dan cepat. Republik Rakyat Donbas telah meminta bantuan Rusia," kata Putin dalam pidatonya.
Akan tetapi apabila kita merunut kembali catatan konflik antara Rusia dengan Ukraina, sesungguhnya bukan hanya terjadi saat ini saja.
Ketegangan Rusia dan Ukraina mulai terjadi sejak akhir 2013 karena munculnya kesepakatan politik dan perdagangan penting dengan Uni Eropa.Â
Pada tahun 2014, muncul revolusi di Ukraina. Protes yang terjadi selama berbulan-bulan itu telah menggulingkan presiden Ukraina yang pro-Rusia bernama Viktor Yanukovych. Kekosongan kekuasaan ini dimanfaatkan Presiden Putin untuk mengambil alih wilayah Krimea, semenanjung otonom di Ukraina.Â
Putin juga mendukung pemberontak di provinsi tenggara Donetsk dan Luhansk. Akhirnya, ribuan tentara berbahasa Rusia yang diakui oleh Moskow membanjiri semenanjung Krimea.Â
Konflik antara Ukraina dan Rusia kembali memanas pada November 2021. Kala itu, citra satelit menunjukkan adanya penumpukan pasukan baru Rusia di perbatasan Ukraina.Â