Di sinilah kiranya kita semua patut untuk berpikir secara rasional, dan jernih- tentu saja.
Memang diakui, dengan jumlah penduduk yang berjumlah 270, 20 juta jiwa, sebagaimana hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, dari Sabang sampai Merauke, dari Talaud hingga pulau Rote, Indonesia memiliki banyak talenta-talenta muda sepak bola yang cukup potensial.Â
Hanya saja sampai saat ini proses pembibitan, dan pembinaannya masih dianggap belum memenuhi standar yang ditetapkan. Misalnya saja dalam hal yang mendasar saja seperti bagaimana melakukan passing, dribling, apa lagi mental dan kekompakan pemain di lapangan, masih begitu banyak kekurangannya.
Bahkan bisa jadi dalam hal mental, merupakan persoalan yang cukup memprihatinkan. Kita selama ini masih sering menyaksikan perkelahian antar pemain di tengah lapangan, atau juga pemain yang melakukan pengeroyokan terhadap wasit lantaran dianggap tidak adil, merupakan bukti yang kuat jika mental para pemain Indonesia belum benar-benar bisa dipertanggungjawabkan.
Oleh karena itu, untuk pembinaan talenta muda potensial yang diharapkan sebagai pemain Timnas Indonesia, kiranya masih membutuhkan waktu yang cukup panjang.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek seperti sekarang ini, lantaran dengan begitu padatnya berbagai event kejuaraan yang harus diikuti Timnas Indonesia, seperti misalnya turnamen piala AFF U-23 di Kamboja, babak penyisihan piala Asia, atau dalam waktu dekat ini adalah pertandingan Match Day yang merupakan salah satu syarat FIFA.
Suka maupun tidak, Shin Tae-yong, dan PSSI pun mengambil jalan pintas. Merekrut para pemain naturalisasi merupakan pilihan yang tepat.Â
Karena di samping untuk meningkatkan ranking FIFA supaya dapat lebih meningkat lagi, juga tuntutan agar Timnas Indonesia dapat mewujudkan impian kita semua menjadi juara di setiap event internasional dengan segera menjadi kenyataan.
Malahan pihak PSSI, maupun Shin Tae-yong sendiri sepertinya tidak gegabah, atau asal-asalan dalam merekrut para pemain naturalisasi tersebut.
Bisa jadi atas dasar berbagai pertimbangan juga, seperti misalnya skill individu dan mental para pemain tersebut sudah benar-benar memenuhi syarat kualifikasi yang dibutuhkan.
Sebagaimana halnya dengan Ragnar Oratmangoen pemain berusia 23 tahun, saat ini bermain untuk Go Ahead yang mentas di kasta tertinggi Liga Belanda. Berposisi sebagai winger, ia sering mendapatkan kepercayaan untuk tampil.Â