Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Refleksi Awal Tahun dan "Quality Time" yang Bikin Bingung

1 Januari 2022   17:06 Diperbarui: 3 Januari 2022   12:30 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sources: pexels.com/ cottonbro

Kemarin dan esok
adalah hari ini
bencana dan keberuntungan
sama saja
Langit di luar,
Langit di badan,
Bersatu dalam jiwa

Demikianlah pernah diungkapkan mendiang Mas Willy, alias WS Rendra. Kepanjangan WS itu adalah Willibrordus Surendra, tapi kemudian berubah menjadi Wahyu Sulaiman.

Seperti diketahui, WS Rendra adalah penyair, dramawan, pemeran dan sutradara teater terkemuka di negeri ini. Sejak muda, mendiang yang dikenal juga dengan padepokan Bengkel Teaternya itu menulis puisi, skenario drama, cerpen, dan esai sastra di berbagai media massa.

Setiap kali membaca quotes-nya itu yang sejak lama saya simpan di dalam diari pribadi, selalu saja merenungkan perjalanan hidup yang telah, dan sedang, juga akan dijalani selama di dunia ini.

Seperti di pagi ini. Manakala angka di kalender smartphone berubah dari angka 31 menjadi angka 1, yang artinya bulan Desember 2021 yang kemarin telah dilalui, sudah berganti menjadi 1 Januari 2022.

Demikianlah detik, menit, dan jam berputar tiada henti dengan hitungan dari angka 0 hingga angka 60. Maka genaplah menjadi satu hari satu malam selama 24 jam.

Begitu juga setelah tujuh hari berganti Minggu, dan dalam kurun empat minggu dinamakan bulan yang lamanya rata-rata 30 hari, atau juga empat minggu itu.

Tanpa terasa, suka dan duka, sedih dan gembira, bahagia dan derita pun datang silih berganti. Mewarnai hari-hari dalam kehidupan setiap orang. 

Dua sisi mata uang, sebagaimana juga alam. Siang dan malam. Musim kemarau berganti musim hujan. Dilalui tiada henti memang. Situasi dan kondisi, atau ruang dan waktu jualah yang menjadi pembedanya.

Sebagaimana yang pernah saya alami. Ketika itu, setiap kalender ditandai dengan warna merah, yang bagi kebanyakan orang merupakan hari libur. 

Misalnya saja ketika tiba saatnya untuk merayakan hari raya Iedul Fitri bagi umat Muslim, hari raya Natal bagi umat Kristiani, atau juga hari Nyepi bagi umat Hindu, Waisak bagi para penganut agama Budha, dan hari raya Imlek bagi penganut Konfusius, selalu ditandai dengan rasa bahagia, paling tidak dapat berkumpul bersama keluarga, dan untuk sejenak melupakan rutinitas sehari-hari.

Namun bagi saya ketika itu, beberapa tahun, bisa jadi dalam hitungan belasan tahun, tidak pernah mengenyam yang dinamakan hari libur, dan bisa menikmati quality time untuk berkumpul bersama keluarga.

Sebagai pekerja media, seringkali mendapat tugas yang diberikan pimpinan redaksi untuk meliput kegiatan para pejabat di saat hari-hari besar, yang notabene merupakan hari libur bagi orang kebanyakan.

Terkadang ada rasa iri, sesal, jengkel, yang bercampur-aduk dalam dada saat mendapat perintah untuk bekerja di hari besar. Namun apa boleh buat. Akhirnya harus dilaksanakan juga. 

Untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan hati nurani, boleh jadi begitu susahnya. Mencoba untuk membangkang, sudah pasti menjadi malapetaka. Asap dapur tak lagi mengepul, seluruh keluarga juga yang akan menanggung akibatnya.

Terlebih lagi, pekerjaan itu juga yang sejak lama menjadi tujuan utama hidup ini. Bagi saya, tentunya. Dunia tulis-menulis, dan mencari tantangan baru adalah obsesi sejak dini. Sehingga selain profesi, sudah pasti juga merupakan hobi.

Jadi kesimpulannya, pekerjaan itu selalu dijalani dengan sukacita. Apa lagi di saat mengikuti kegiatan para pejabat, selain banyak bertemu dengan banyak kolega maupun bawahannya, saya pun jadi semakin mengetahui gaya hidup para pejabat yang sedang berkuasa, dan yang sesungguhnya.

Begitu juga dengan sambutan mereka khususnya kepada saya. Terkadang saya sendiri merasa bangga dengan pekerjaan yang sedang saya lakukan. Mereka, para pejabat itu, begitu memberikan perhatian khusus juga kepada saya. Meskipun sesungguhnya saya tetap berusaha untuk menjaga jarak.

Quality Time Itu Begitu Mahal Ternyata

Risiko yang harus ditanggung ketika bekerja di hari libur, adalah keluhan, hingga omelan dari anak-anak dan istri - tentunya, yang pastinya harus diterima dengan lapang dada. Juga menjelaskan konsekuensi seorang suami dan ayah yang bekerja di media.

Tapi kemudian anak dan istri pun akhirnya menyadari juga. Semua yang dilakukan adalah demi kepentingan keluarga juga.

Hanya saja setelah resign, dan purnatugas dari pekerjaan sebagai awak media, dan hidup tinggal menghitung hari saja, sepertinya hidup ini masih tetap saya rasakan ada sesuatu yang hilang.

Quality time, berkumpul bersama keluarga, ternyata sekarang pun begitu sulitnya untuk didapatkan. 

Anak-anak kami sudah berkeluarga. Mereka hidup berumah tangga di tempat yang berbeda-beda. Berpencar dengan jarak tempuh yang cukup jauh juga. 

Sementara di rumah hanya tinggal kami berdua. Saya dan istri tercinta.

Seperti di Tahun Baru 2022 ini. Sekarang ini. Kami berdua menyambut pergantian tahun baru dalam suasana penuh kerinduan dan nostalgia. Tentang anak dan cucu yang jarang bersua, tentu saja. 

Sehingga ternyata bahwa quality time itu mahal dan langka. Seperti yang saya rasakan saat ini, juga anak-istri ketika dulu saya bekerja.

Terkadang memikirkan siklus kehidupan ini, membingungkan juga. Kok bisa terulang kembali sedemikian rupa?

Tapi memang begitu kenyataannya. Paling tidak kita sendiri yang harus mengaturnya. Walaupun pada akhirnya Tuhan juga yang menentukannya.

Begitu juga dengan ruang dan waktu yang berbeda,  pada akhirnya ternyata berputar tiada henti di dalam takdir siklus yang sama. 

Di antara dua sisi mata uang yang berbeda, suka atau tidak, akhirnya tetap harus diterima dengan lapang dada. Sebagaimana yang diungkapkan mendiang WS Rendra. 

Life must go on. Apa pun yang terjadi... ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun